Sukses

Demo Besar 'Hantam' Malaysia, Jalan Protokol Ditutup

Tercatat ada 58 jalan protokol yang ditutup. Sejak pukul 07.00, kepolisian Malaysia telah berjaga-jaga di sejumlah tempat penting

Liputan6.com, Kuala Lumpur - Unjuk rasa besar menentang Pemerintah Malaysia atau yang dikenal dengan Demo Bersih Malaysia 5 menghantam Kuala Lumpur. Ribuan orang diperkirakan akan turun ke jalan untuk meminta pengunduran diri dari Perdana Menteri Najib Razak.

Sejak pukul 07.00, waktu setempat kepolisian Malaysia telah berjaga-jaga di sejumlah tempat penting.

Beberapa jalan protokol di Malaysia seperti Dataran Merdeka, ditutup oleh barikade Polisi. Dilansir dari media lokal bernama, untuk mencegah massa masuk, beberapa truk besar di parkir di sejumlah sudut jalan.

Menurut keterangan kepolisian bukan cuma dataran merdeka yang mereka jaga ketat. Sebanyak 58 jalan lainnya ditutup dan dialihkan lalu lintasnya.

Jalan-jalan yang dialihkan di antaranya, Little India, Masjid Negara and Muzium Negara, Sogo dan Dataran Merdeka, Parliament House dan Bank Negara, Pudu Central, Central Market, Putra World Trade Centre dan Chow Kit.

Jelang demo besar tersebut kondisi politik Malaysia diterjang guncangan dahsyat. Bahkan mantan PM Mahathir Mohamad mendorong masyarakat turun ke jalan meminta PM Najib Razak mundur.

Mahathir melihat, sudah saatnya Najib mundur. Pasalnya, menurut dia kondisi Malaysia sudah memasuki masa kritis.

"Malaysia sudah menjadi negara dalam kondisi darurat. Najib telah menciptakan uutang miliaran ringgit yang tak mampu dibayar pemerintah," ujar Mahathir seperti dikutip dari CNN, Jumat (18/11/2016).

Dia pun menyatakan, kondisi Malaysia hanya bisa disembuhkan dengan adanya pergantian pemerintahan. Oleh sebab itu, kata Mahathir, sangat penting bagi warga Malaysia mensukseskan demo bersih Sabtu nanti.

"Kita tidak bisa dipimpin seseorang yang dituduh oleh dunia telah menghilangkan begitu banyak uang," jelas dia.

"Saya harap seluruh warga Malaysia memberikan dukungannya dan turut serta di demonstrasi bersih ini," ujar Mahathir.