Sukses

10 Bukti Bahwa Hidup Tak Seburuk yang Dikira

Dunia tidak sedang menjadi lebih buruk. Bahkan, ketika ketakutan beberapa orang menjadi nyata sehingga memang terasa jadi lebih buruk.

Liputan6.com, New York - Jika kita menelan bulat-bulat berita dari media utama, sepertinya kita sekarang dalam masa panik. Sebab kerap dikabari bahwa orang-orang sedang ketakutan dan memasuki abad kegelapan baru.

Ternyata, dunia tidaklah seburuk yang kita pikirkan. Otak memang tersusun untuk berpikir bahwa hal-hal yang ada sekarang akan menjadi lebih buruk daripada yang sebenarnya.

Tapi semua itu tergantung kepada Anda. Bagaimana menyikapi hal tersebut.

Terkadang juga disadari bahwa hidup memang tidak sempurna. Tapi sebenarnya masih lebih baik daripada yang pernah ada sebelumnya.

Berikut ini adalah 10 hal yang menjelaskan bahwa hidup tak seburuk yang dipikirkan, dikutip dari List Verse pada Sabtu (19/11/2016):

Peran Media

Ilustrasi Menonton Televisi. Foto: Mirror

10. Media Menipu Otak Agar Merasa Lebih Buruk

Ada alasan psikologis mengapa orang merasa dunia ini kelam. Ketika kita menonton atau membaca berita, otak kita tidak sepenuhnya menyadari bahwa kita melihat layar buatan.

Otak menduga bahwa dunia nyata yang kita tinggali ini seperti yang kita lihat dalam kisah-kisah menyeramkan dari seluruh dunia. Konsep ini dikenal dengan "Mean World Syndrom", diterjemahkan bebas sebagai "Gejala Dunia yang Bengis".

Ketika pertama kali dikembangkan pada 1990-an, pria yang menggagasnya mengamati bahwa, secara rata-rata seorang menyaksikan 8.000 kasus pembunuhan di televisi sebelum ia berusia 12 tahun. Ketika menyaksikan sedemikian banyaknya kekerasan, maka otak mengira kehidupan memang seperti itu.

Kita melihat serangan teroris di Prancis, kartel di Meksiko, atau kejahatan kebencian, sehingga otak kita bereaksi seakan itu semua terjadi di luar jendela rumah sendiri. Hal itu mengubah cara seseorang memandang dunia.

Sejumlah penelitian mengungkapkan bahwa orang yang menonton kekerasan di televisi terkena risiko lebih tinggi terkait perilaku kekerasan pada dirinya. Lalu, orang yang menonton berita pun lebih takut kepada kejahatan daripada yang tidak menonton.

Kita hidup dalam ketakutan kepada lingkungan bertetangga, karena kita menyangka bahwa berita itu menayangkan kenyataan, padahal kenyataannya tak demikian.

9. Kita Tinggal Pada Masa Paling Damai

Di tengah-tengah serangan bom oleh teroris dan kekerasan oleh polisi dalam berita, sebenarnya belum pernah ada masa yang lebih damai daripada yang sekarang.

Sejarah awal kita benar-benar mengandung kekerasan. Genosida dan perang massal dulunya menjadi bagian kehidupan sehari-hari. Berdasarkan temuan-temuan arkeologis, ada dugaan bahwa di awal peradaban sekitar 15 persen kehidupan dihabisi melalui pembunuhan.

Kemudian, segala sesuatu menjadi lebih baik seiring berjalannya waktu. Sekarang, angka pembunuhan di seluruh dunia sudah lebih rendah daripada yang pernah ada.

Di beberapa tempat, perubahannya nyata sekali. Misalnya di Italia, yang angka kejahatan pembunuhan sekarang hanya 1,4 persen dari jumlah angka pembunuhan pada 1400-an.

Genosida pun sedang akan dikikis. Sekejam-kejamnya genosida ISIS dan Rwanda, itu hanyalah secuil dibandingkan dengan apa yang pernah terjadi di masa lalu.

Di awal sejarah, genosida adalah hal yang lazim, sehingga Perang Dunia II pun jadi tampak seperti masa yang damai dan penuh toleransi. Secara keseluruhan, angka pembunuhan massal terus menurun dan belum pernah serendah sekarang ini.

8. Orang Sudah Lebih Setara

Sekarang ini, HAM sedang tinggi-tingginya. Untuk pertama kalinya dalam sejarah, tidak ada negara manapun di dunia yang masih ada perbudakan secara legal.

Toleransi rasial juga sedang berada pada puncaknya dari beberapa sudut pandang. Semakin sedikit negara yang undang-undangnya bersifat diskriminasi terhadap kaum minoritas.

Kaum wanita memiliki lebih banyak hak daripada sebelumnya. Kaum wanita menjadi 40 persen tenaga kerja global dan meraih gaji paling setara dibandingkan yang pernah mereka raih.

Bahkan hak kaum gay juga sedang berada pada puncaknya. Sudah lebih banyak negara yang tidak lagi mempidanakan homoseksualitas dibandingkan masa manapun dalam sejarah.

Tentu saja tidak semuanya sempurna. Kaum wanita masih belum meraih gaji sebanyak kaum lelaki, dan masih jarang adanya kaum wanita pemimpin dunia. Tapi sudah jauh lebih baik dan setiap tren mengungkapkan bahwa semua ini terus membaik.

7. Perbaikan Perlakuan Pria Terhadap Wanita

Dengan semua cerita yang kita dengar tentang pemerkosa di kampus dan serangan seksual yang biadab, sebenarnya pemerkosaan dan serangan seksual sudah lebih jarang sekarang ini.

Hingga awal 1990-an, serangan seksual sangat meluas dan sekitar 1 persen wanita pernah diperkosa. Sekarang, angka itu sudah menurun hingga 200 kejadian dalam setiap 100 ribu wanita. Sungguh suatu 'lompatan jauh' hanya dalam waktu 20 tahun.

Kaum pria juga memperlakukan istri dan kekasih mereka dengan lebih baik. Sekarang ini, jumlah kaum pria yang masih menyesah istri dan pacarnya sudah 1/3 dibandingkan angka pada 20 tahun lalu.

Saat ini perlakuan yang lebih baik sudah setara, baik pada wanita atau bagi kaum pria. Sekarang juga tercatat lebih sedikit kaum wanita yang membunuh suaminya.

Lebih Aman, Lebih Demokratis

Yes, dengan berolahraga bareng buah hatimu kamu bisa mendekatkan batinmu bersama anak. Selain itu, jasmani pun sehat, mantap!

6. Anak-anak Lebih Aman

Banyak orangtua mengkhawatirkan anak-anak mereka setiap hari. Kita membentuk diri kita di dalam kungkungan ketakutan, sehingga menyangka peleceh dan penculik anak berkeliaran di setiap sudut.

Ternyata tidak begitu. Sesungguhnya, sekarang ini anak-anak labih aman daripada sebelumnya. Angka kejahatan (di Amerika Serikat) telah lebih rendah daripada yang pernah ada, dan, secara khusus, jauh lebih sedikit juga pemangsa yang berkeliaran.

Sekarang ini, kemungkinan seorang anak diculik adalah 1 kejadian di antara 1,5 juta anak. Hanya 3,1 persen penculikan itu yang dilakukan oleh orang-orang tak dikenal.

Demikian juga di rumah. Anak-anak jauh lebih aman. Kekerasan jasmani dan seksual juga tercatat paling rendah sekarang ini.

5. Lebih Banyak Wiraswastawan Daripada Sebelumnya

Gerai-gerai besar seperti Walmart seakan-akan mengenyahkan usaha-usaha kecil di AS, tapi ada tren mengejutkan, yaitu bahwa AS sebenarnya memiliki usaha kecil terbanyak selama ini.

Sepertinya membingungkan ketika melihat ke jalan dan melihat toko-toko bernama besar masih bertebaran. Lalu, bagaimana itu terjadi? Jawabannya, internet.

Orang sekarang bisa bekerja secara daring, sehingga bisa memulai perusahaan dengan lebih mudah. Tidak perlu modal besar atau bangunan atau gudang. Kita sekedar menciptakan situs web dan terjun berbisnis.

Dengan demikian, semakin banyak orang bekerja dari rumah, mengatur jadwal sendiri, dan menentukan sendiri pekerjaan mereka.

4. Demokrasi Jauh Lebih Tersebar

Banyak orang mengeluhkan proses demokratis sekarang ini, tapi keluhan mereka itu justru menjadi bukti pencapaian demokrasi karena hal tersebut berarti mereka memiliki kebebasan untuk menyuarakan pendapat tentang proses politik tanpa rasa takut.

Orang juga menikmati kebebasan yang lebih besar daripada yang pernah ada sebelumnya.

Sekarang ini lebih banyak negara demokratis di dunia, tapi bukan sekedar angka. Negara-negara itu memiliki kebijakan demokratis dan pemilu yang lebih bertanggungjawab dibandingkan yang pernah ada sebelumnya.

Sekitar 2/3 negara di dunia diyakini melakukan pemilu demokratis yang benar-benar bebas dan adil. Bahkan, di negara otokratik yang tersisa semisal China, keadaannya jelas lebih bebas dibandingkan di masa lalu.

Kebijakan-kebijakan di China sekarang telah melompat lebih jauh dari masa Stalin dan Mao.

3. Lebih Sedikit Orang Hidup Dalam Kemiskinan

Sekarang, ada sekitar 702 juta orang miskin yang hidup dengan rata-rata US$ 1,25 per hari. Jumlah itu setara dengan sekitar 9,6 persen penduduk dunia.

Angka itu sepertinya jelek sekali, namun, ketika dibandingkan dengan 1820, saat itu sekitar 94 persen penduduk dunia hidup dalam kemiskinan mendalam.

Angka kemiskinan secara perlahan dan konsisten telah menurun dan sekarang ini berada pada titik paling rendah dibandingkan yang pernah ada sebelumnya.

Sekarang ini, Bank Dunia menduga bahwa kemiskinan ekstrem bisa dikikis sepenuhnya dalam rentang masa hidup kita sekarang ini. Ini bukan berarti problem itu lenyap, karena hidup di ambang kemiskinan ekstrem bukan berarti orang hidup dalam kenyamanan.

Tapi, artinya, lebih sedikit orang yang kelaparan dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya. Dan semua faktor mengungkapkan bahwa nantinya akan semakin membaik.

Permainan Pikiran

Cari tahu perbedaan merasa hanya sekedar sedih saja atau betul-betul menjadi korban penyakit depresi disini.

2. Peristiwa-peristiwa Buruk Lebih Berdampak pada Pikiran

Jadi, kalau dunia sedemikian indahnya, kenapa kita tidak menyadarinya? Apakah itu salahnya media yang tidak menyuguhkan kita berita berbunga-bunga? Tidak juga.

Bahkan seandainya berita melaporkan setiap kejadian secara berimbang, kita masih lebih memperhatikan berita buruk daripada berita baik. Hal itu disebabkan oleh dampak tak berimbang positif dan negatif (positive-negative asymmetry effect), suatu aspek dalam psikologi manusia yang sepertinya dirancang agar menyusahkan kita.

Pikiran kita dirancang untuk menjauhi kita dari kesan-kesan buruk tentang diri sendiri sehingga pikiran bekerja keras untuk lebih menepis hal-hal buruk daripada menerima hal-hal baik untuk memastikan bahwa kita menghubungkan hal-hal baik itu dengan kesadaran diri kita.

Hal tersebut mencegah kita membenci diri sendiri. Tapi, dampaknya adalah kita menghabiskan lebih banyak energi mental untuk mengamati hal-hal mengerikan.

1. Otak Dirancang Untuk Mengira Keadaan Memburuk

Walaupun kita memiliki reaksi besar terhadap kejadian-kejadian buruk, ingatan-ingatan itu akan memudar seiring berjalannya waktu. Dan hal demikian menghadirkan dampak yang dikenal sebagai declinism, yang menjadi alasan mengapa orang merasa segala sesuatu lebih baik ketika kita masih muda.

Kebanyakan orang dewasa paling mengingat kejadian-kejadian yang terjadi pada usia antara 10 hingga 30 tahun. Tapi, ingatan-ingatan itu pun tidak teliti.

Kita cenderung melupakan hal-hal buruk yang sangat mengecewakan kita ketika masih berusia 20-an dan hanya membawa serta semua kenangan-kenangan positif.

Dampaknya adalah kita mendapatkan filter nostalgia tentang masa lalu. Kita mengingat begitu banyak hal-hal hebat, tapi lupa bahwa kita menjalani kebanyakan waktu kita geram kepada hal-hal buruk.

Kita membayangkan hal-hal buruk itu seakan seperti suatu perkembangan yang barusan terjadi, sehingga hampir semua orang menyangka hidupnya menjadi lebih buruk. Padahal tidak begitu.

Dunia tidak sedang menjadi lebih buruk. Bahkan, ketika ketakutan beberapa orang menjadi nyata sehingga memang menjadi lebih buruk, kita memiliki begitu banyak alasan untuk meyakini bahwa itu hanyalah 'kerikil-kerikil' kecil dalam perjalanan menuju dunia yang lebih baik.

Video Terkini