Sukses

3 Hal Ini yang Paling Dipedulikan Donald Trump?

Donald Trump dinilai punya tiga hal yang sangat dipedulikan di dalam hidupnya. Apa saja?

Liputan6.com, New York - Kemenangan Donald Trump menjadi Presiden ke-45 Amerika Serikat, meninggalkan misteri. Terutama, terkait apa yang akan ia lakukan setelah dilantik.

Bukan tanpa alasan pendapat tersebut mengemuka  di seluruh tatanan masyarakat AS. Kebijakan Trump jadi tanda tanya karena pria 70 tahun itu tak punya pengalaman di dunia politik.

Meski masih jadi pertanyaan besar, kemungkinan besar ada tiga hal yang pasti dipedulikan Trump saat nanti menjabat sebagai Orang Nomor Satu di AS ini.

Prediksi muncul dari beberapa faktor. Termasuk datang dari beberapa kebiasaannya ketika sebelum jadi Presiden.

Dilansir dari CNN, Sabtu (26/11/2016) berikut tiga hal yang akan dipedulikan Trump saat jadi Presiden, menurut Michael D'Antonio, penulis buku 'The Truth About Trump':

Peduli Terhadap Media

Sesaat setelah memastikan diri jadi Presiden Amerika Serikat, Trump langsung mengatur waktu bertemu dengan awak media.

Jaringan televisi berita terkemuka AS dan redaksi New York Times menjadi yang pertama yang ia kunjungi. 

Keputusannya ini menunjukkan satu hal: 0bsesi Trump untuk menguasai dan punya kekuatan terhadap media tak pernah pudar.

Dalam pertemuan tersebut Trump memberi sinyal mengejutkan. Ia ingin membina hubungan positif antara Gedung Putih dan media -- setidaknya, itu yang dikatakan Brian Stelter dari CNN. Sementara, New York Post melaporkan, perjumpaan Trump dengan awak media 'penuh konflik'.

Meski punya obsesi dengan media, saat kampanye hubungan kedua pihak tak begitu harmonis. Trump menuding media kerap menjelek-jelekan dirinya.

Namun, saat dia terpilih Trump berubah. Ia mengapresiasi hasil kerja beberapa media termasuk New York Times.

Donald Trump Tak Jadi Penjarakan Hillary Clinton (Reuters)

Ia bahkan dirinya mendeskripsikan media cetak dari tempat kelahirannya ini sebagai perhiasan AS, berbeda dengan saat kampanye ketika ia menyebut New York Times -- yang terang-terangan mendukung Hillary Clinton -- sebagai 'kelas tiga', 'palsu', dan 'gagal'.

Apa alasannya berubah sikap? Saat masih muda, Trump mendapat perhatian besar media sejak Times mempublikasikan profilnya sebagai 'mogul' sebelum ia benar-benar sah jadi taipan. Ia tahu benar, New York Times adalah 'agenda setter' untuk seluruh media di New York, AS, juga dunia. 

Di kantor redaksi New York Times juga, Trump menarik ucapannya soal niatnya memenjarakan Hillary Clinton terkait skandal email yang menjeratnya saat jadi Menlu AS.

"Itu bukan hal yang sekarang aku pikirkan dengan sungguh-sungguh," kata Trump yang dikutip dari cuitan wartawan New York Times Mike Gynbaum seperti dilansir CNN.

"Saya tidak mau menyakiti keluarga Clinton. Benar, saya tidak mau. Hillary telah melalui hari-hari yang berat," ia melanjutkan.

Opini Orang Terhadap Dirinya

Semenjak mendeklariskan diri sebagai Capres, Trump telah mencari tahu seberapa orang menyukai dirinya.

Nampaknya, hal ini akan terus dilakukan Trump. Ia terlihat siap menerima penilaian seberapa baik dirinya bekerja kelak.

Ekspresi Donald Trump yang berdiri belakang rivalnya, Hillary Clinton selama debat Capres AS putaran kedua di Washington University, St Louis, AS, Minggu (9/10). Bahasa tubuh trump ini memicu keheranan dan ejekan di media sosial. (AP Photo/Julio Cortez)

Fakta ini muncul dari rekam jejak Trump. Saat menjalankan kampanye ia terus memperhatikan jajak pendapat terkait popularitasnya.

Ketika popularitasnya turun, sekuat tenaga ia menaikkan angkanya. Cara yang dipakai pun tidak biasa. Mulai dari mempertajam komentarnya hingga mempertegas tindakan dilakukan demi merebut menaikan popularitas.

Sebagai tuan rumah dari acara TV "The Apprentice" ia rajin mempromosikan rating yang positif.

"Salah satu asistennya mengatakan kepada saya bahwa setelah beberapa lama rating acaranya menurun, Trump terus mencari perhatian, didasarkan pada gagasannya bahwa ia masih memiliki acara paling populer," tulis Michael D'Antonio.

Demikian pula, Trump telah menggunakan kekayaannya, atau setidaknya tingkat kekayaan -- yang ia klaim memilikinya -- sebagai indikator keberhasilannya.

Ia dilaporkan melobi bahkan berdebat dengan para editor majalah Forbes, menuduh mereka 'meremehkannya' karena tak ada nama Donald Trump masuk daftar orang terkaya di AS atau dunia.

Itu diduga adalah salah satu alasan mengapa ia terpesona oleh media sosial.
Dia menikmati memiliki akses langsung ke sejumlah besar pengikut di Facebook dan Twitter -- di mana ia bisa mengatakan apapun.

"Dia mengeksploitasi media sosial sebelum dan selama kampanye," tambah D'Antonio.

Dan kebebasan itu tak akan ia dapatkan sekarang, setelah berpredikat Presiden AS.

Peduli Keuntungan Pribadi

Posisi Presiden otomatis membuat dirinya harus melepaskan jabatan dalam bisnis. Namun, ia tak sepenuhnya melepaskan hal tersebut.

Di beberapa sektor, Trump menaruh anak-anaknya untuk terus menjalankan bisnisnya.

Trump memang unik. Ia dinilai sebagai Presiden pertama AS yang berprofesi sebagai pengusaha dan punya jaringan bisnis superbesar.

Tanda-tanda Trump tak akan meninggalkan kegiatan bisnisnya sudah terlihat tak lama setelah pemilu. Menjalin kontak dengan Pemimpin Argentina dan Inggris, miliarder nyentrik juga diduga berbicara soal bisnis.

Dugaan bahwa bisnis pribadi masih terus dijalankan Trump, semakin terlihat kala ia menemui kolega bisnisnya asal India ketika masa transisi berlangsung.

Tak hanya Trump yang disorot. Putrinya, Ivankadikecam habis-habisan gara-gara menggunakan wawancara ekslusif ayahnya, Donald Trump, dengan 60 Minutes CBS untuk 'jualan' perhiasan.

'Jualan' Gelang di Wawancara Spesial Donald Trump, Ivanka Dikecam (AP)

 

Selama wawancara berlangsung, sekitar 20 juta warga AS menonton acara ekslusif itu. Mereka dibuat terpukau dengan gelang emas Ivanka seharga US$ 10.800 atau sekitar Rp 144 juta.

Dikutip dari News.com.au, sehari setelah wawancara berlangsung, laman Ivanka Trump Fine Jewerly mengirim email kepada jurnalis fashion di seluruh dunia. Isinya tak lain adalah promosi.

Namun, yang membuat para jurnalis -- yang kemudian menyebarkan di media sosial, dalam flyer promosi itu tertera kalimat yang tak semestinya.

"Style Alert, Ivanka Trump menggunakan gelang favoritnya dari koleksi Metropolis dalam acara '60 Minutes'," demikian tulisan dalam iklan perhiasan itu.

'Jualan' Gelang di Wawancara Spesial Donald Trump, Ivanka Dikecam (AP)

Email itu juga memperlihatkan foto Ivanka Trump menggunakan barang dagangannya duduk bersama keluarga dalam wawancara televisi perdana semenjak Donald Trump terpilih jadi Presiden.