Liputan6.com, Havana - Fidel Castro merupakan sosok yang pernah memimpin Kuba selama hampir setengah abad. Pria kelahiran Biran itu dinilai sebagai sosok yang membawa pengaruh besar di negara tersebut.
Di samping kegiatan politiknya, Castro dikenal sebagai womanizer atau playboy. Ia dilaporkan pernah menjalin hubungan dengan sejumlah perempuan dan memiliki banyak anak.
Dalam buku Without Fidel: A Death Foretold in Miami, Havana and Washington yang terbit pada 2009, Ann Louise Bardach mengklaim bahwa Castro memiliki setidaknya 10 anak. Sementara itu ketika ditanya berapa jumlah anak yang ia punya oleh Vanity Fair, Castro tersenyum dan menjawab, "hampir satu suku".
Advertisement
Meski memiliki hubungan dengan sejumlah perempuan, nama Marita Lorenz mungkin menjadi salah satu yang cukup dikenal. Kisahnya bersama Castro bermula pada Februari 1959, ketika kapal pesiar ayahnya, MS Berlin, berlabuh di Havana, Kuba.
"Ia berusia 33 tahun, dengan mata berbinar," tutur Marita saat melihat Castro. "Dan itu saja. Aku tersesat dalam cinta," ujar dia kepada CIA Declassified, film dokumenter produksi History Channel.
Sekembalinya ke New York beberapa hari kemudian, ia menerima banyak panggilan dan undangan untuk kembali ke Kuba oleh Castro.
Marita pun memenuhi undangan tersebut dan tinggal di apartemen milik Castro. Dua bulan kemudian ia hamil. Namun, kebahagiaannya tak berlangsung lama.
Ketika minum segelas susu saat sudah hamil besar, tiba-tiba ia tak sadarkan diri. Sewaktu bangun, Marita merasakan sakit yang teramat sangat dan menyadari bahwa bayi yang dikandungnya telah tiada.
Marita mengklaim telah dibius oleh CIA sebelum organisasi itu menginduksi persalinan dan mencuri bayinya. Namun menurut Vanity Fair, tidak ada bukti bahwa bayi telah lahir, dan hingga saat ini tidak jelas apakah Marita melakukan aborsi atau mengalami keguguran.
Setelah mengalami kejadian itu, ia kembali ke rumahnya di New York. Di sana ia dikunjungi oleh CIA yang mengungkap bahwa Castro-lah yang memerintahkan agar kandungan Marita diaborsi.
"Aku tak mempercayainya," ujar Marita kepada Radio Times. "Namun mereka sangat pandai untuk mencuci otakku, berkata kepadaku bahwa ia (Castro) melakukan hal ini kepadaku. Hal itu membuatku patah hati," ungkap dia.
Marita meyakini informasi yang dibawa oleh agen CIA, bahwa Castro tak hanya ancaman bagi Amerika, tetapi juga berbahaya.
"Mereka berkata, 'Kami ingin Anda membunuhnya'," kenang Marita lahir pada 18 Agustus 1939 di Bremen, Jerman.
"Mereka menggunakanku karena aku adalah satu-satunya orang yang bisa kembali ke kamar tidurnya," ujar Marita dan ia menyetujui untuk membunuh Castro.
Detik-Detik Upaya Pembunuhan Fidel Castro
Pada Januari 1960, ia pergi ke Miami untuk bertemu dengan agen ganda CIA, Frank Sturgis, yang menyerahkan wadah berisi pil beracun. Peran yang dilakukan Marita sederhana. Ia hanya perlu memasukkan satu pil beracun ke dalam minuman Castro.
Takut pil beracun itu diketahui oleh petugas Kuba, Marita menyembunyikannya di dalam wadah krimnya.
Ketika kembali ke apartemen Casro di Havana, ia berusaha untuk memasukkan pil tersebut ke dalam segelas air. Namun, aksinya terhambat karena pil itu berlapis krimnya.
"Aku mencoba untuk menghapusnya, tapi aku tak bisa," kenang Marita seperti dikutip dari Daily Mail, Senin (28/11/2016).
"Aku panik dan mencoba untuk mengguyurnya ke dalam toilet, tapi tak bisa. Kemudian Fidel masuk," ujar dia.
"Ia mengeluarkan pistol dari tempatnya," kata Marita ketika Castro mengetahui rencananya. "Aku pikir dia akan menembakku, tapi dia memberikanku pistol dan bertanya, 'Apakah kamu datang untuk membunuhku?'"
"Lalu ia mengisap cerutunya dan menutup matanya. Ia membuat dirinya tak berdaya karena dia tahu aku tak bisa melakukannya. Ia masih mencintaiku dan aku masih mencintainya," ujar Marita.
Marita pun mengeluarkan peluru dari dalam pistol dan jatuh ke dekapan Castro. "Aku merasa lemas. Ia sangat yakin kepadaku. Ia mendekapku," ungkap perempuan dengan nama asli Ilona Marita Lorenz itu.
Ketika kembali ke Miami, ia takut CIA akan membunuhnya jika ia tetap menjalin hubungan dengan Castro. Namun, hubungannya dengan diktator tak hanya sampai di sana.
Ia dilaporkan pernah memiliki hubungan dengan dikator Venezuela Marcos Perez Jimenez. Dari hubungan tersebut, Marita mengandung dan melahirkan seorang anak perempuan.
Namun cinta Marita kepada Castro tak berkurang.
"Saat aku melihat garis pantai pulau itu dari pesawat, aku tahu aku tak bisa melakukannya," ujar dia. "Aku memiliki reputasi sebagai pembunuh, tapi aku tak akan membunuh seekor serangga."