Sukses

Alih-Alih Mundur, Presiden Korsel Malah 'Lempar Bola' ke Parlemen

Bahkan di saat upaya pemakzulan terhadap dirinya tengah dipersiapkan, Presiden Park belum memutuskan mundur.

Liputan6.com, Seoul - Presiden Korea Selatan (Korsel), Park Geun-hye mengumumkan telah meminta bantuan parlemen atas upaya pengunduran dirinya. Presiden Park juga mengaku akan menunggu keputusan parlemen kapan tepatnya ia harus menyerahkan kekuasaan.

Pernyataan itu disampaikan Park dalam kemunculan ketiganya di muka publik selama skandal politik mengguncang Negeri Ginseng itu.

"Aku akan menyerahkan segalanya menyangkut masa depanku kepada parlemen, termasuk pemendekan masa jabatanku," ujar Park dalam pidato terbarunya di televisi seperti dikutip dari Reuters, Selasa (29/11/2016).

"Aku akan mengundurkan diri ketika partai berkuasa dan oposisi mencapai kesepakatan bagaimana mewujudkan suksesi yang lancar demi mencegah ketidakstabilan politik dan kekosongan kekuasaan," imbuhnya.

Partai Demokrat, yang merupakan oposisi utama, mengklaim pernyataan Park itu tak lebih merupakan taktiknya untuk "melarikan diri" dari upaya pemakzulan. Demikian seperti dilansir kantor berita Yonhap.

"Dia menyerahkan bola kepada parlemen, ketika sebenarnya dia bisa langsung mengundurkan diri," ujar anggota parlemen dari Partai Demokrat, Park Kwang-on.

"Dia meminta parlemen untuk menentukan tanggal pengunduran dirinya, di mana dia tahu bahwa ini akan memicu diskusi tentang pemilu dan penundaan terhadap semuanya," imbuhnya.

Shin Yul, profesor ilmu politik di Myongji University, sependapat dengan Kwang-on.

"Dia (Park) tidak ingin parlemen memakzulkan dia dan menurutnya parlemen akan lama untuk mencapai kesepakatan. Jadi dia membuat segalanya lebih rumit dan mencoba untuk mengalihkan kesalahannya kepada parlemen," kata Shin Yul.

Sejumlah anggota Partai Saenuri, parpol yang mendukungnya, telah mendesak Park untuk mengundurkan diri di mana mereka akan membuatnya meninggalkan kekuasaan dengan terhormat.

Unjuk rasa di Korsel terakhir kali terjadi pada akhir pekan lalu. Pihak penyelenggara mengklaim setidaknya 1,5 juta orang turun ke jalan menuntut mundurnya Park. Namun pihak kepolisian menyebut kerumunan itu hanya berjumlah 260.000 orang.

Park yang merupakan putri dari eks Presiden Park Chung-hee dituding terlibat dalam skandal politik yang dilakukan sejumlah orang dekatnya. 

Pekan lalu, penyidik kejaksaan Korsel mengumumkan bahwa Park memiliki peran dalam tindak pidana korupsi yang dilakukan orang-orang terdekatnya.

Pihak berwenang telah lebih dulu menahan Choi Soon-sil dan seorang mantan ajudan Park atas dugaan penipuan dan penyalahgunaan wewenang. Seorang eks ajudan Park lainnya ditangkap karena diduga membocorkan sejumlah dokumen rahasia milik negara.

Sepanjang sejarah Korsel, belum pernah ada presiden yang gagal menyelesaikan masa jabatannya. Kelak, jika Park diberhentikan atau mengundurkan diri maka pemilu akan digelar dalam 60 hari untuk mencari penggantinya. Dukungan terhadap Park saat ini hanya tersisa 4 persen, terendah sepanjang sejarah.

Kantor kepresidenan telah membantah tuduhan tersebut. Bahkan Park telah dua kali meminta maaf di muka publik. Ia menyadari kecerobohannya dalam berhubungan dengan Choi, teman yang disebutnya banyak membantunya melewati masa-masa sulit.