Sukses

Rusia Dituduh Akan 'Menganggu' Pemilu Jerman Lewat Serangan Siber

Petinggi intelijen Jerman, Bruno Kahl memperingatkan bahwa Rusia akan melancarkan serangan siber. Tuduhan serupa pernah dilontarkan AS.

Liputan6.com, Berlin - Kepala badan intelijen luar negeri Jerman (BND), Bruno Kahl memperingatkan bahwa Rusia kemungkinan akan menganggu pemilu tahun depan melalui serangan siber. Tujuannya menurut Kahl adalah "menimbulkan ketidakpastian politik".

"Eropa adalah fokus dalam upaya gangguan ini, khususnya ," ujar Kahl kepada harian Sueddeutsche Zeitung seperti dikutip dari BBC, Selasa (30/11/2016).

Kendati musim kampanye untuk pemilu federal belum dimulai, namun Angela Merkel telah mengumumkan akan mencalonkan diri untuk keempat kalinya sebagai Kanselir Jerman.

Rusia atau kelompok yang terhubung dengan Rusia kerap kali dituding mendalangi serangan siber. Pada awal tahun ini, badan intelijen domestik Jerman menuduh Rusia berada di balik serangkaian serangan siber terhadap sistem komputer negara termasuk menargetkan majelis rendah di parlemen Jerman.

Sebuah kelompok bernama Fancy Bear yang diduga kuat terhubung dengan Rusia menjadi tertuduh utama atas serangan tersebut. Mereka juga diyakini telah menargetkan Uni Demokratik Kristen (CDU), partai asal Merkel.

Tak hanya Jerman, namun Amerika Serikat (AS) dalam beberapa kesempatan juga menuding Rusia melancarkan serangan siber sebagai upaya untuk menganggu pilpres. Tuduhan ini secara konsisten dibantah Kremlin.

Kahl juga mengomentari tudingan AS terhadap Rusia. Meski tidak secara gamblang, namun pernyataan Kahl seolah membenarkan keterlibatan Moskow.

"Mencantumkan keterlibatan aktor negara secara teknis sangat sulit. Namun ada beberapa bukti bahwa tindakan tersebut setidaknya ditoleransi atau diinginkan oleh sebuah negara," jelasnya.

Sosok Kahl yang jarang muncul di hadapan publik baru lima bulan menjabat sebagai kepala badan intelijen luar negeri Jerman.

Ia menggantikan Gerhard Schindler yang diberhentikan setelah terungkap bahwa BND membantu Badan Keamanan Nasional AS (NSA) melakukan spionase terhadap beberapa lembaga intelijen negara Eropa lainnya.

Wawancara dengan Kahl ini terjadi sehari setelah hampir satu juta pelanggan Deutsche Telekom, perusahaan telekomunikasi Jerman, mengalami gangguan. Kuat dugaan ini dipicu peretasan hardware atau perangkat keras.