Sukses

21 Tahun Setelah Dieksekusi Mati, Pria Ini Divonis Tak Bersalah

Pengadilan kasasi China membatalkan vonis bersalah atas terpidana mati Nie Shubin. Berkat perjuangan sang ibu.

Liputan6.com, Beijing - Zhang Huanzhi lega bukan kepalang. Perjuangannya selama lebih dari dua dekade membuahkan hasil. Ibu tangguh itu akhirnya bisa membuktikan bahwa putranya, yang dieksekusi atas tuduhan memperkosa dan membunuh, sama sekali tak bersalah.

Pengadilan kasasi China membatalkan vonis bersalah atas terpidana mati Nie Shubin pada Jumat 2 Desember 2016.

"Aku hanya ingin memberitahu anak saya, 'kau anak baik, dan sama sekali tak bersalah," kata Zhang kepada CNN, seperti dikutip Sabtu (3/12/2016).

Putusan tak bersalah dibacakan hakim di tengah suasana emosional yang melingkupi ruang sidang.

Diputuskan bahwa hakim dalam persidangan sebelumnya tidak mendapatkan bukti obyektif yang cukup untuk memutus vonis bersalah.

Alasan lain, ada keraguan serius terkait waktu kematian, senjata yang digunakan untuk membunuh, dan penyebab kematian korban.

"Pada saat putusan dibacakan, Zhang langsung menangis, berlinang air mata," kata pengacara Li Shuting. "Tak hanya dia, para pengunjung sidang lainnya juga merasa emosional. Saya hampir saja berdiri dan bertepuk tangan, tapi tak jadi. Yang kulakukan adalah menenangkan ibu terpidana yang menangis dengan keras."

Nie Shubin diduga menjadi korban peradilan sesat setelah seorang pria, Wang Shujin muncul dan mengaku melakukan perbuatan kriminal yang dituduhkan pada terpidana pada 2005 -- 10 tahun setelah eksekusi mati dilakukan.

Pengadilan kasasi China membatalkan vonis bersalah atas terpidana mati Nie Shubin pada Jumat 2 Desember 2016 (CNN)

"Dalam kasus ini, Mahkamah Agung Rakyat China mengubah vonis pengadilan sebelumnya dan memutuskan Nie tak bersalah," demikian menurut Xinhua.

"Karena bukti tidak akurat, juga bahwa ada kemungkinan orang lain yang dijadikan tersangka, direkomendasikan agar mahkamah mengadili kembali kasus ini."

Sebelumnya, pada Juni lalu, Mahkamah Agung China mengatakan pada ibu Nie bahwa pihaknya akan meninjau kembali kasus putranya.

"Setelah kematian Nie, ibunya kerap bermimpi putranya mengetuk jendela dan berguman, 'Bu, aku kembali'," kata pengacara Li.

Jika masih hidup, tahun ini Nie akan berusia 42 tahun. Menyusul ekskusi atas dirinya, sang ayah, Nie Xuesheng mencoba untuk bunuh diri. Untungnya ia selamat meski menderita kelumpuhan karenanya.

"Putraku akhirnya bisa beristirahat dengan tenang,"  kata pria sepuh itu kepada Beijing Times Friday.

2 dari 2 halaman

Sosok Ibu Tangguh

Nama baik Nie Shubin pulih berkat perjuangan sang ibu, Zhang Huanzhi.

Beberapa kali ia bepergian ke ibukota provinsi Shijiazhuang -- sekitar 320 kilometer barat daya  Beijing.

Pihak berwenang mengadili Nie secara tertutup dan melarang orangtuanya hadir di ruang sidang.

Kepada pengacara yang disewa keluarganya, Nie mengatakan bahwa ia dipukuli dan terpaksa mengaku bersalah pada hari keenam di penjara.

Tujuh bulan setelah ia pertama kali ditahan, pemerintah mengeksekusi Nie, tanpa memberi tahu orang tuanya.

Penderitaan Zhang bertambah dengan kepergian putranya. Belum lagi, suaminya yang gagal bunuh diri mengalami kelumpuhan.

Selama bertahun-tahun, tidak ada yang mau peduli dengan perjuangannya, namun bantuan kemudian datang dari media milik Partai Komunis, People's Daily.

Pada 2011, media tersebut memuat opini pedas. "Dalam kasus di mana seseorang dianggap salah, mengapa sulit untuk membenarkannya?"

Banyak yang melihat keadaan Zhang -- dan kasus yang melibatkan anak satu-satunya -- sebagai contoh mengerikan praktik penyiksaan polisi yang meluas, sidang pengadilan yang tak berjalan semestinya, dan longgarnya vonis serta eksekusi hukuman mati.

Sayangnya, tidak semua terpidana mati yang terbukti tak bersalah memiliki ibu setangguh Zhang. Yang menolak untuk diam.

Video Terkini