Sukses

'Horor' di Kapal Pesiar yang Wajib Dipertimbangkan

Tak semua hal mengenai bekerja untuk kapal pesiar benar. Ada beberapa hal menyedihkan yang dialami dan wajib dipertimbangkan kembali.

Liputan6.com, Karibia - Banyak cerita 'mengerikan' mengenai perjalanan laut yang sering terdengar di telinga. Mulai dari cerita horor tentang penampakan hantu di dalam kabin hingga kebersihan dek yang tak memadai.

Seperti salah satunya mengenai seseorang muntah di kolam renang dalam kapal pesiar mewah, Princess Cruise.

Pelayanan kapal pun sering dianggap tak memuaskan. Para awak pun sering menjadi 'sasaran' kemarahan dan keluhan dari penumpang yang tak puas dengan apa yang mereka dapatkan.

Namun, tahukah Anda para penumpang, bagaimana beratnya tugas menjadi awak kapal pesiar dan berapa gaji yang mereka dapatkan?

Jawaban dari pertanyaan itu diulas oleh seorang pria yang baru-baru ini berlayar dengan salah satu kapal pesiar mewwah di dunia, Royal Caribbean, seperti dikutip dari News.com.au, Minggu (4/12/2016)

Terlepas dari semua hal mengerikan yang didengar oleh pria itu mengenai melakukan perjalanan menggunakan transportasi laut, kapal yang dinaikinya bersih dan memiliki sanitizer (alat/cairan pembersih) di setiap ruangan.

"Tentu saja kami melakukan segala cara untuk menghindari adanya penumpang yang sakit selama perlayaran, dan bisa mempengaruhi tamu lainnya," ujar seorang juru bicara Royal Caribbean.

Jika dilihat dari segi kebersihannya, tentu saja kapal pesiar akan mengutamakan hal tersebut, karena berhubungan dengan kenyamanan penumpang mereka.

Namun, ketika ribuan orang bersantai di pinggir kolam renang menikmati indahnya lautan, ada banyak orng lainnya yang berada 'di belakang layar' untuk memastikan kapal beroperasi dengan baik.

Tak ada yang benar-benar tahu bagaimana rasanya menjadi bagian dari awak kapal. Beberapa orang mungkin berpikir hal itu merupakan suatu yang menyenangkan dan dapat menghasilkan uang yang banyak.

Namun kenyataannya tidak seperti itu.

2 dari 3 halaman

Hampir Tanpa Libur

12 Jam per hari, 7 hari seminggu

Awak kapal bekerja sepanjang hari -- secara bergantian -- selama perjalanan. Sayangnya mereka sering kali mendapatkan bayaran yang tak setimpal.

Mereka bekerja dengan sangat keras. Menurt keterangan dari Royal Caribbean, pekerja mereka dikontrak selama 4-9 bulan -- sebelum mendapatkan libur sekitar 2-4 bulan.

Namun waktu perlayaran itu merupakan sesuatu yang sangat berat untuk dijalani. Mereka bekerja selama 7 hari dalam seminggu dan hampir 12 jam dalam satu hari selama satu bulan.

Pekerja 'balik layar' tersebut tidak mendapatkan banyak libur. Di sela-sela istirahat, selain menghabiskan waktu untuk istirahat, mereka biasanya menghubungi keluarga di daratan.

Satu-satunya cara untuk dapat berhubungan dengan orang-orang terkasih itu adalah dengan menggunakan sistem Wi-Fi kapal.

Namun mereka harus mengeluarkan biaya yang terbilang tidak murah, US$ 10 per harinya.

Jadi, biasanya kru akan menunggu hingga kapal berlabuh di pelabuhan, dan mencari akses internet gratis.

Hal itu bukan sesuatu yang mudah untuk dijalani. Terlebih lagi setelah mereka harus menangani penumpang yang mengeluh dan terlihat seakan ingin memperlakukan para awak kapal seperti 'pelayan'.

"Kondisi bekerja yang sulit dan rendahnya upah hampir tak bisa terbayangkan. Lebih dari 12 jam kerja setiap hari, 7 hari dalam satu minggu, 30 hari dalam satu bulan tanpa ada libur hingga 6 atau 9 bulan ke depan, demi upah sebanyak US$ 550 per bulan dan tanpa tip (bagi mereka yang tidak dapat)," ujar seorang pengacara angkatan laut, Jim Walker.

"Sebenarnya semuanya tergantung pada peran pekerja di dalam kapal. Kru dikontrak berdasarkan hasil kerja selama satu minggu. Tentu saja ada jam istirahat yang telah ditentukan. Kami memberikan kontrak konsisten dengan industri perlayaran global," kata juru bicara Royal Caribbean.

"Sama halnya dengan di daratan, jika ada pekerja yang ingin lembur, mereka juga akan mendapatkan upah tambahan," kata juru bicara itu.

"Ada pula masanya di mana mereka bisa bekerja kurang dari waktu yang ditentukan. Hal itu biasanya terjadi ketika penumpang berada di daratan saat hari tersebut," tambah dia.

Juru bicara itu juga menambahkan bahwa awak kapal juga mendapatkan tunjangan seperti kesehatan, akomodasi gratis, dan uang sakit.

Sementara itu The Cruise Lines International Association mengatakan bahwa semua anggotanya, termasuk Royal Caribbean, harus mengikuti standar yang telah ditetapkan.

 

3 dari 3 halaman

Kesempatan Langka

Walaupun begitu, tinjauan mengenai kehidupan sebagai awak kapal di situs pencarian kerja, memperlihatkan komentar yang positif dan negatif mengenai Royal Caribbean.

"Bekerja untuk Royal Caribbean memberikanku pengalaman yang dapat mengubah hidup," tulis seorang mantan karyawan Royal Caribbean.

Namun beberapa mengeluhkan karena harus bekerja hingga 15 jam dan mendapatkan perlakuan seperti 'binatang' oleh menajer mereka.

Tentu saja hal tersebut menjadi masukan yang negatif bagi orang yang ingin berkarier di lautan.

Ada juga yang mengatakan bahwa mereka bahkan mendapatkan bayaran yang lebih tinggi di kampung halaman.

Brian David Burns bekas staf juga mengungkapkan perasaan negatif.

Burns mengklaim bekerja 100 jam per minggu untuk 15 minggu. Dan bayaran tidak tergantung berdasarkan jam kerja.

"Berlayar di atas perairan internasional justru membuat kapal pesiar melanggar undang-undang buruh yang ditemukan di negara-negara maju," tutur Burns.

Pria itu mengidentifikasikan kru sama dengan pekerja kelas kambing.

Namun pengakuan para mantan kru dibantah. Kapal pesiar Carnival mengatakan industri mereka justru memprioritaskan kesejahteraan para pekerjanya.

"Perusahaan menerapkan aturan sesuai kewajiban yang diatur oleh peraturan. Dan secara teratur kami diinspeksi oleh badan industri pelayaran dari Eropa maupun internasional."

Sementara itu, perusahaan yang berkantor di Florida AS mengatakan, mereka menggaji kru lebih dari layak.

"Termasuk penyediaan kamar gratis dan mendapat perawatan medis yang eksklusif jika mereka sakit."

Video Terkini