Sukses

Korban Selamat Titanic Ini Menolak Amputasi dan Jadi Juara Tenis

Richard bersusah payah berdiri dan terus berlatih. Ia mencintai tenis dan tidak mau memasrahkan karir tenisnya.

Liputan6.com, London - Seorang pria bernama Richard "Dick" Norris Williams II yang lahir pada 1891 dulunya adalah seorang pemain tenis terkenal. Tapi, ia pun dikenal sebagai seorang korban selamat tenggelamnya RMS Titanic.

Ayahnya adalah seorang pengacara berkebangsaan Amerika bernama Charles Duane Williams, salah seorang pendiri International Tennis Federation.

Ia juga seorang keturunan langsung Benjamin Franklin yang dulunya tinggal di Jenewa, Swiss, tempat kelahiran Richard. Jadi, jangan heran sudah mulai berlatih tenis sejak berusia 12 tahun. Siswa yang belajar di sekolah swasta itu juga mahir berbahasa Jerman dan Prancis.

Pada usia 20 tahun, Richard memenangkan Kejuaraan Swiss. Lalu, setahun kemudian, ia memulai kuliah di Harvard University dan menjadi juara tunggal antar kampus pada 1913 dan 1915, serta juara pasangan ganda pada 1914 dan 1915.

Ia mulai dikenal setelah meraih dua gelar juara dalam Kejuaraan Amerika Serikat (US Championship) pada 1914 dan 1916. Untuk tim ganda, ia masuk dalam tim Davis Cup Amerika pada 1925 dan 1926.

Pada masa itu, pada 1912 Richard mengunjungi ayahnya di Jenewa, kemudian mereka bersama-sama menuju AS menggunakan layanan Kelas I di RMS Titanic.

Dalam film “Titanic” oleh James Cameron, seorang awak mengancam denda kepada tokoh bernama Jack karena merusak properti White Star Line ketika menolong seorang penumpang lain yang terjebak. Kisah itu mendapat ilham dari kejadian sesungguhnya di Titanic ketika Richard menolong sesama penumpang.

Ketika Titanic mulai tenggelam, Richard dan Charles, ayahnya, tetap di kapal hingga saat terakhir. Tak lama, mereka berdua berenang di air dingin lautan dan saat itulah Richard melihat anjing jenis bulldog bernama Gamon de Pycombe, milik sesama penumpang, Robert W. Daniels. Tapi, ayahnya sudah tidak kelihatan lagi.

RMS Titanic. (Sumber The Vintage News)

Walaupun ia tahu ayahnya sudah tertimpa cerobong depan, Richard terus berenang ke sekoci penyelamat hingga naik ke sekoci nomor 14. Setelah dalam sekoci, ia masih mencelupkan kakinya dalam air dingin sehingga membeku.

Ketika dokter di kapal Carpathia menemuinya, ia ingin melakukan amputasi pada kaki-kaki Richard, tapi Richard menolaknya. Ia bersusah payah berdiri dan terus berlatih. Ia mencintai tenis dan tidak mau memasrahkan karir tenisnya.

Ia berlatih tiap 2 jam, hanya untuk berdiri dan berjalan, walaupun sangat kesakitan. Pada akhirnya, ia bukan hanya memulihkan kaki, tapi juga kembali berlatih dan melanjutkan karir tenisnya, bahkan hingga memenangkan beberapa kejuaraan.

Bersama dengan sesama penyintas bernama Karl Behr, ia menjuarai Davis Cup. Lalu, Richard juga bergabung dengan Angkatan Darat Amerika Serikat selama Perang Dunia I hingga mendapatkan penghargaan Croix de Guerre dan Legion of Honor.

Setelah perang usai, ia meneruskan bermain tenis untuk kejuaraan. Richard juga menjadi bankir investasi yang terkenal dan menjadi presiden Historical Society of Pennsylvania. Ia meninggal pada 1968 dalam usia 77 tahun.