Liputan6.com, Sydney - Kota-kota besar di Australia dibangun dengan megah. Beberapa pencakar langit menghiasi Negeri Kanguru itu.
Bangunan pertunjukan kesenian mereka menjadi salah satu yang terbaik di dunia. Jalanannya padat, dihiasi dengan kafe-kafe yang menyediakan makanan dan minuman lezat nan ramai dikunjungi.
Semuanya tampak indah dan seakan 'sempurna' tanpa celah. Bahkan wisatawan yang berkunjung ke Negara Kanguru itu dibuat ketagihan untuk kembali menginjakkan kaki mereka di sana.
Advertisement
Namun, semua itu berbanding terbalik dengan apa yang 'tersembunyi' di bawah gedung-gedung pencakar langit, rumah, apartemen, dan bangunan perkantoran modern lainnya.
Tepat di bawah permukaan tanah Sydney, Melbourne, Hobart, Darwin, dan Brisbane, terdapat jalanan, terowongan rahasia, bunker perang, ruang penyimpanan, dan area pemakaman yang lengkap dengan batu nisan, peti mati, serta tulang belulang.
Banyak kota modern di Australia, termasuk Canberra, dibangun di atas bekas lahan berburu, pemakaman, dan temuan suku Aborigin.
Seperti salah satunya pembangunan gedung pencakar langit dengan memindahkan area kuburan. Ketika makam-makam tersebut dipindahkan, banyak jasad di dalam kuburan tidak dipindahkan.
Akibatnya tulang belulang manusia itu tetap berada di bawah bangunan megah Australia hingga sekarang.
Letaknya pun tak jauh dari permukaan peradaban modern rakyat. Hanya beberapa meter di bawah kota paling padat penduduk di Australia. Seperti dikutip dari News.com.au, Senin (6/12/2016) berikut selangkapnya 3 kota di Australia yang menimbun rahasia dari masa lalu:
Lahan Kuburan
1. Sydney
Salah satu tempat tujuan paling populer di Sydney, Town Hall, berdiri kukuh di atas 'lingkaran kematian' -- tempat yang dulunya merupakan tanah pemakaman kolonial. Kuburan, batu nisan, peti mati, tengkorak, dan tulang kerangka manusia, telah beberapa kali ditemukan saat pekerja konstruksi melakukan penggalian di wilayah tersebut.
Pada 1790-an situs itu dulunya dikenal sebagai tempat pemakaman utama di New South Wales (NWS), yang dikenal dengan nama Old Sydney Burial Ground. Kuburan umum itu juga diketahui dengan nama George Street Burial Ground, Cathedral Close Cementery, dan Town Hall Cemetery.
Mulanya tempat tersebut bukanlah pemakaman umum. Namun pada saat masa penjajahan Inggris di Australia, Gubernur Arthur Philip dan Pendeta Richard Johnson -- yang datang bersama armada kapal First Fleet Inggris -- memilih 'Town Hall' sebagai lokasi pemakaman.
Mereka menjadikan kuburan itu sebagai pemakaman sementara. Pembentukan pemakaman temporer itu dikarenakan oleh adanya budaya Inggris yang memakamkan seseorang di halaman gereja. Namun kala itu tempat ibadah tersebut belum dibangun hingga 1793.
Philip dan george memilih situs itu menjadi tempat pemakaman karena letaknya yang jauh dari pemukiman penduduk. Namun pada 1812 Kota Sydney meluas hingga ke dekat kuburan umum itu.
Saat itu pemakaman tersebut telah penuh dan harus diperluas. Setelah diperbesar, pada 1820 tempat itu kembali padat tak bercelah. Akibatnya pemerintah memutuskan untuk membatas lokasi tersebut dengan tembok batu.
Situs pemakaman baru kemudian dibangun di Brickfield Hill -- yang kini menjadi Central Station. Namun, tidak semua kuburan dipindahkan. Ada beberpa yang masih bersemayan di 'Town Hall'.
Saat pemakaman yang lama ditutup, tempat itu mulai tak terurus. Dan pada 1837 batu nisan di kuburan itu dirusak, hewan ternak mulai berkeliaran di dalamnya. Pada akhirnya, bau menyengat dan tak sedap muncul dari area pemakaman itu, terutama pada saat panas terik.
Kondisi tak terawat itu menjadi semakin parah dan mulai membuat mata tak enak memandangnya. Kemudian ada gagasan yang menyarankan untuk memanfaatkan kuburan terbengkalai itu.
Seorang yang tengah mencari lahan untuk pembangunan alun-alun kota jauh dari Macquarie St, memutuskan untuk membeli lahan kuburan tersebut. Pada 1868, pekerja bangunan mulai membongkar kuburan. Kerangka yang berada di 'town hall' dipindahkan ke pemakaman baru di Haslem's Creek atau kini dikenal dengan nama Rookwood.
Namun, karena pembangunan alun-alun kota yang terburu-buru, beberapa jasad dibiarkan di dalam tanah. Setelah Town Hall dibangun, beberapa abad kemudian, warga mulai menemukan kerangka manusia.
Seperti salah satunya yang ditemukan pada 1926, ketika Sydney tengah mengerjakan proyek kereta bawah tanah. Saat itu pekerja menemukan batu nisan lengkap dengan peti mati dan kerangka manusia, beruliskan W.M. Bowen.
Penemuan kuburan kuno tersebut terus terjadi hingga 2008 lalu.
Advertisement
Stadium Olahraga
2. Brisbane
Stadium Suncorp Brisbane selalu ramai oleh sorak penonton dan komentar pembawa acara pertandingan rugbi yang disiarkan ke seluruh penjuru negara itu.
Gedung olahraga itu dibangun di atas lokasi pemakaman North Brisbane Burial Ground. Tempat ini menjadi lokasi kuburan utama bagi penduduk setempat, hingga 1875. Kala itu, tanah kuburan tersebut ditutup oleh pemerintah, dengan alasan kesehatan dan perluasan wilayah.
Hampir semua kuburan dan batu nisan dipindahkan ke memorial Cemetery, Lutwyche Cemetery, dan Toowong, pada pertengahan 1914.
Selain kuburan kuno, penemuan lainnya di Brisbane adalah penemuan jalan bawah tanah yang lengkap dengan saluran air dari batu. Jalan kuno yang juga disebut dengan Streetscape itu ditemukaan saat akan merenovasi City Hall pada 1920-an.
Tempat itu dulunya diduga merupakan sebuah pasar, karena adanya penemuan paku, botol, perkakas, dan sepatu, oleh seorang arkeolog senior, Phil Habgood.
Terowongan Saluran Air
3. Hobart
Di bawah jalanan Hobart, sebuah jaringan terowongan kuno terbentang berabad-abad lamanya. Terowongan itu disebut-sebut sebagai saluran air yang menjadi sumber perairan bagi koloni dan warga setempat pada 1860-an.
Berdasarkan struktur bahan bangunannya, terowongan yang juga dikenal dengan sebutan The Rivulet, diduga berasal dari Abad ke-19.
Kini terowongan itu tak lagi dialiri air. Banyak coretan-coretan grafitti di dindingnya. Lukisan kontemporer lainnya juga ikut 'mencerahkan' terowongan yang kelam itu.
Selain itu, di ibu kota negara bagian Tasmania itu juga ditemukan area pemakaman kuno, yang kini telah disulap menjadi perumahan warga.
Pada Abad ke-19 warga menguburkan jenazah kerabat mereka di Wesley Church. Hingga 1872 penduduk masih menngebumikan jenazah di tempat itu. Namun pada tahun berikutnya pemakaman umum itu ditutup.
Kuburan itu kemudian dipindahkan ke Corneluan Bay, yang berjarak sekitar beberapa kilometer. Namun belakangan diketahui bahwa tidak semua kuburan dipindahkan.
Pada awal 2016, seorang laku-laki yang tengah menggali pekarangan belakang rumahnya di West Hobart, menemukan tengkorak manusia di kedalaman 1,5 meter di dalam tanah -- hanya 60 sentimeter dari fondasi rumahnya.
Advertisement