Sukses

Mahathir Mohamad: Rakyat Malaysia Tak Suka dengan Pemerintahnya

Mantan Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Mohamad di Yogyakarta mengungkapkan bagaimana situasi negaranya baru-baru ini.

Liputan6.com, Yogyakarta - Mantan Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Mohamad mengungkapkan bagaimana situasi negaranya baru-baru ini, Terlebih, Negeri Jiran itu tengah menghadapi perjalanan pemilu di negaranya yang akan dilaksanakan pada tahun 2018. Menurutnya, rakyat Malaysia tidak suka dengan pemerintahan yang ada saat ini.

Hal itu diungkangkap oleh Mahathir dalam kuliah umum yang rutin digelar antara Malaysia dan Universitas Muhammdiah Yogyakarta pada Senin 5 November 2016.

Pria bernama lengkap Tun Datuk Seri Dr. Mahathir bin Mohamad menjelaskan langkah politik telah dilakukan oleh partai-partai yang ada di Malaysia.

Namun dari semua partai politik yang ada, pemilu di Malaysia seperti pertarungan antara dua partai besar saja, yaitu Perhimpunan Bangsa Melayu Bersatu (UMNO) dengan partai DAP. Ditambah peluang masuknya partai oposisi Partai Islam Se-Malaysia (PAS) ke UMNO.

"Rata-rata di Malaysia tidak suka dengan pemerintah yang ada sekarang. Malahan pemerintah melakukan gerakan untuk di mana ada perdebatan antara PAS yang dinamakan partai Islam dengan UMNO dan Democratic Action Party (DAP) yang identik dengan partai china dalam pemilu ini," ujar Mahathir di kampus Universitas Muhammdiah Yogyakarta.

Menurut Mahathir, DAP merupakan partai semua rakyat Malaysia. Walaupun ada anggapan partai itu merupakan partai yang isinya mayoritas China di Malaysia. Klaim ini membuat peta pertarungan politik di Negeri Jiran menjadi tidak sehat.

"Tapi DAP bukan partai China. Dia ada untuk semua bangsa. Tapi kerajaan sudah menjadikan dia partai china melawan melayu. Ini tidak sehat," kata Mahathir di kuliah umum Mahathir Global Peace School "Islam and Democracy: Comaparing Middle Eastern and Indonesia Experiences in Dealing wit Political Transititon and Conflict Situation"

Menurutnya jika kerajaan yang ikut campur dalam dunia politik ini akan berpengaruh dalam pemilu nanti. Sebab Ia percaya kerajaan akan kalah. Terutama jika pemilu dilakukan secara terbuka dan bersih.

"Jika pemilu diadakan dengan cara yang bersih tidak ada rasuah tidak ada tekanan dan tangkapan dan sebagainya," tutupnya. (Yanuar H.)

2 dari 2 halaman

Ancaman PM Najib

Situasi politik di Malaysia bak bara dalam sekam setelah skandal Perdana Menteri Najib Razak 1MDB menyeruak. Rakyat Malaysia, lewat Demo Bersih telah turun ke jalan menuntut Najib turun.

Namun demikian, Najib Razak bersumpah akan berjuang sampai titik akhir demi rakyatnya. Ia pun mendesak partainya, Organisasi Nasional Malaysia Bersatu (UMNO) bersiap untuk bertarung dalam pemilu mendatang.

Dalam pertemuan tahunan UMNO, Najib memperingatkan "mimpi buruk" yang akan datang jika oposisi, Partai Aksi Demokratik (DAP) yang didominasi etnik China berkuasa. Demikian seperti dikutip dari Reuters. 

Najib saat ini tengah diterpa tuduhan korupsi. Tantangan terbesarnya dalam pemerintahannya tahun lalu datang setelah munculnya laporan yang menyebutkan terjadi penyalahgunaan dana 1MDB, badan investasi Malaysia yang didirikannya.

Pada Juli lalu, dalam tuntutan hukum yang diajukan Kementerian Kehakiman Amerika Serikat (AS) disebutkan bahwa lebih dari US$ 700 miliar dana yang disalahgunakan mengalir ke rekening sosok yang disebut sebagai "Malaysian Official 1", belakangan diketahui orang yang dimaksud adalah Najib.

Najib sendiri telah membantah semua tuduhan yang ditujukan kepadanya. Ia masih mampu mengamankan kekuasaannya melalui dukungan dari sekitar 200 politisi kuat UMNO. Namun kemarahan rakyat tak terbendung, tak hanya oleh skandal korupsi yang melilitnya namun juga kondisi perekonomian yang merosot.

Pada November lalu puluhan ribu orang berunjuk rasa menuntut pengunduran diri Najib. Demonstrasi bahkan diwarnai dengan penangkapan sejumlah aktivis termasuk salah satunya pemimpin kelompok prodemokrasi Bersih, Maria Chin Abdullah, namun belakangan ia dibebaskan.

Pemilu seharusnya akan digelar pada 2018 mendatang. Rumor yang berkembang menyebutkan bahwa Najib akan "membuat" pemilu dilaksanakan pada tahun depan.

Sementara itu terdapat kekhawatiran bahwa partai baru yang didirikan oleh eks PM sekaligus mentor Najib, Mahathir Mohammad dan mantan wakil PM Muhyiddin Yassin akan memecah suara etnik Melayu.

PM Najib selama ini mengkritik Mahathir. Ia menuduh mentornya itu telah "meninggalkan" partai dan bergaul dengan oposisi dan prodemokrasi Bersih.