Sukses

Seperti Ini 10 Bentuk Pakaian Dalam 'Unik' pada Masa Lalu

Perkembangan dunia mode tercatat dalam sejarah terjadi dari berabad-abad yang lalu. Namun ada beberapa model pakaian yang tak berkembang.

Liputan6.com, Jakarta - Tidak ada yang tahu persis apa yang ada di benak seorang desainer, ketika mereka menciptakan sebuah karya. Banyak hal menjadi pertimbangan dalam menentukan apa yang akan mereka buat.

Seperti ketepan guna, mode, manfaat, dan seni yang dikandungnya. Namun, tak selamanya hal tersebut dapat dilihat oleh konsumen. Tak semua orang dapat 'menangkap' apa yang ingin disampaikan oleh desainer melalui karya mereka.

Salah satu contohnya adalah mode pakaian dalam yang pada zaman dulu terkenal, tapi malah menjadi sesuatu yang dipandang 'aneh' pada masa sekarang.

Sebaliknya, pakaian dalam beraneka rupa yang ada saat ini mungkin akan ditertawakan orang-orang pada masa lalu. 

Seperti dikutip dari Listverse, Kamis (8/12/2016), berikut selengkapnya 10 mode pakaian dalam pada masa dulu:

1. 'Bikini'

Nenek moyang bikini (Listverse.com)

Setiap pelajar yang mendapatkan mata pelajaran Bahasa Latin di sekolah, pasti akrab dengan kalimat 'semper ubi sub ubi' -- jika diartikan ke dalam bahasa Inggris berarti 'always where under where' (selalu gunakan pakaian dalam).

Pakaian dalam perempuan pada masa Romawi Kuno bisa dibilang merupakan 'nenek moyang' bikini yang sering digunakan untuk bersantai di pantai zaman sekarang.

Perempuan masa itu menggunakan kain penutup ketat yang terbuat dari kulit, disebut dengan strophium dan berfungsi untuk menjadi penyangga payudara.

Pada masa itu memiliki payudara yang kecil dan panggul yang lebar adalah patokan bentuk tubuh ideal perempuan.

Namun kala itu tidak semua penduduk Romawi kuno menggunakan celana dalam. Sebagai gantinya, digunakanlah sebuah sebuah kain balut berbentuk 'popok' yang disebut subligaculum.

Subligaculum tak digunakan oleh semua orang. Pada umumnya digunakan oleh atlet dan budak, atau siapapun yang bekerja di bawah teriknya matahari.

Pria masa itu tiak menggunakan celana dalam, mereka hanya menggunakan 'toga' untuk menutupi kemaluan.

 

2 dari 10 halaman

2. Pantales

 

Celana dalam panjang

Sekitar dekade 1980 perempuan mulai menggunakan pantales atau celana dalam panjang. Pada Abad Pertengahan wanita tidak menggunakan pakaian dalam sama sekali, kecuali jika perempuan itu berasal dari keluarga bangsawan.

Terutama pada Abad ke-19, hanya wanita dari kelas atas saja yang dapat menggunakan pakaian dalam yang terbuat dari dua bahan pakaian yang diikatkan pada bagian panggul. Jadi sebenarnya pantales bukanlah pakaian dalam, melainkan 'aksesoris' mode.

Renda yang terdapat pada celana dalam tersebut dibuat dari bahan yang mahal. Semakin mahal dan mewah, maka menunjukkan kedudukan yang semakin tinggi.

3 dari 10 halaman

3. Stoking Sutra

Stocking Sutra (Listverse.com)

Stocking sutra merupakan salah satu mode penting yang hampir setiap wanita pada Abad ke-16 selalu gunakan, di dalam gaun mereka. Biasanya bahannya tak selalu dari sutra, terkadang dari wol dan linen.

Namun kebiasaan mode ini berubah pada Tahun Baru 1560, ketika Ratu Elizabeth I mendapatkan hadiah sepasang stoking sutra. Saking sukanya dengan kado yang ia terima, sang ratu memesan kembali 7 pasang stocking sutra.

Fashion yang 'diciptakan' oleh Ratu Elizabeth membuat semua wanita di Inggris ingin memiliki jenis pakaian dalam tersebut. Tak lama kemudian tren tersebut menyebar hingga ke seluruh Eropa.

Namun pada masa itu, sulit untuk menemukan stoking. Akhirnya, entah siapa yang memulainya, para perempuan mulai melukis motif bunga-bunga atau garis pada kaki mereka. Hal tersebut membuat mereka terlihat seperti menggunakan pakaian dalam di balik rok atau gaun mereka.

4 dari 10 halaman

4. Baju Dalam Mirip Daster

Chemise (listverse.com)

Chemise merupakan baju dalam seperti daster masa kini, yang digunakan sebagai lampisan gaun. Pakaian dalam itu adalah satu-satunya baju yang kala itu dicuci setiap hari.

Namun pada 1780-an seorang Ratu Prancis, Marie Antoinette, menggunakan baju dalam itu sebagai pakaian 'biasa'. Hal tersebut jelas-jelas melanggar aturan berpakaian kala itu. Sayangnya mode pakaian itu tak bertahan lama akibat adanya rovolusi pemerintahan Prancis.

Selang beberapa tahun kemudian chemise kembali populer dijadiakan pakian dalam. Pada masa Kekerajaan, pakaian itu dibuat menyerupai warna kulit.

Sehingga setiap perempuan yang mengenakannya, akan terlihat seakan mereka tak menggunakan baju sama sekali.

5 dari 10 halaman

5. Pakaian Dalam Teddy

Teddy (Listverse.com)

Jenis pakaian ini populer digunakan pada 1910-an. Biasanya digunakan sebagai lampisan gaun. Baju dalam ini dapat dibuat pas badan atau longgar, tergantung dengan gaun yang akan dipakai setelah itu.

Pada 1920-an para perempuan ingin terlihat seakan mereka tidak menggunakan pakian dalam.

Sehingga kala itu teddy dibuat sangat pas di badan. Zaman itulah pita atau renda mulai ditambahkan pada pakaian dalam agar terlihat lebih 'menarik'.

6 dari 10 halaman

6. Bra

Bra (Listverse.com)

Setiap perempuan di seluruh dunia harus berterima kasih kepada Mary Phelps Jacob, yang telah menciptakan bra atau kutang.

Pada saat Mary berusia 19 tahun, perempuan kala itu rata-rata memiliki tubuh yang langsing. Berbeda dengan Mary yang lebih berisi dan montok.

Pemakaian korset akan membuat payudaranya terlalu 'naik' dan muncul di balik korsetnya. akhirnya dia, bersama pelayannya, menjahit sesuatu yang berakhir pada penciptaan bra pertama.

Pada 1914 Mary kemudian mematenkan bra pertama yang kala itu hanya terbuat dari dua sapu tangan yang dijahit. penemuan itu mengubah penggunaan korset.

Perempuan mulai beralih pada bra -- kala itu kawat korset sangat dibutuhkan dalam Perang Dunia I.

7 dari 10 halaman

7. Korset

Korset (Listverst.com)

Korset menjadi mode pakaian dalam yang bertahan paling lama, 3 abad. Pakaian dalam itu pertama kali populer digunakan pada Abad ke-16. Kala itu korset terbuat dari besi.

Pada masa pemerintahan Ratu Elizabeth I, bahan pembuatan korset berubah dari besi menjadi gigi paus atau yang lebih dikenal dengan sebutan Whalebone.

Penggunaan korset membuat wanita memiliki bagian perut dan pinggang yang lebih langsing. Ratu Elisabeth dari Austria kala itu dilaporkan memiliki ukuran lingkar pinggang 41 sentimeter.

8 dari 10 halaman

8. Ikat Pinggang Menstruasi

Ikat pinggang mentruasi (Listverse.com)

Beruntunglah anda yang hidup di masa pembalut wanita telah ditemukan. Karena pada zaman dulu perempuan menggunakan ikat pinggang khusus untuk 'menampung' darah haid mereka.

Ikat pinggang tersebut dibuat dengan dua kait pada ujungnya, yang berfungsi untuk mengaitkan kain yang digunakan untuk 'menampung darah datang bulan.

Kain itu biasanya terbuat dari wol. Sehingga perempuan kala itu harus sering mencuci kain tersebut, setelah digunakan saat menstruasi.

9 dari 10 halaman

9. Pakaian Dalam Radioaktif

Pantales (Listverse.com)

Sebelum efek samping radioaktif benar-benar dimengerti, orang-orang percaya itu dapat menjadi obat untuk segala macam penyakit.

Pada 1920-an hingga 1950-an, zat tersebut bahkan dapat ditemukan dalam produk sehari-hari seperti kosmetik, makanan, dan pakaian dalam.

Kala itu banyak yang percaya bahwa 'masalah ranjang' dapat diselsesaikan dengan menggunakan pakaian dalam yang dikenal sebagai 'Radiendocrinator' atau 'radium underwear'.

Pada masa sekarang mungkin penemuan tersebut dianggap paling 'bodoh' karena membahayakan. Namun saat itu radioaktif baru ditemukan dan masih alami.

10 dari 10 halaman

10. Ikat Pinggang Keperawanan

Bikini

Ikat pinggang keperawanan populer digunakan pada Abad ke-16 sebagai 'alat' pencegah pemerkosaan, perselingkuhan, dan masturbasi.

Awalnya pakaian dalam itu dibuat untuk para istri yang tengah ditinggalkan oleh suami mereka pergi berperang. Hal itu dilakukan untuk mencegah terjadinya perselingkuhan dan masturbasi -- kala itu masturbasi dianggap tidak sehat dan perbuatan dosa.

Selain itu ikat pinggang tersebut juga digunakan untuk mencegah terjadinya pelecehan seksual, terutama pemerkosaan.

Â