Liputan6.com, Tabanan - Dalam hari kedua kegiatan Bali Democracy Forum (BDF) IX, para peserta dari puluhan negara melakukan kunjungan ke Pondok Pesantren Bali Bina Insani di Tabanan.
Ponpes yang dapat berdiri secara harmonis di tengah-tengah masyarakat Hindu tersebut dinilai dapat menggambarkan toleransi dan pluralisme dengan baik.
Hal tersebut diungkapkan oleh Menteri Luar Negeri, Retno Marsudi, setelah selesai melakukan kunjungan ke Ponpes Bali Bina Insani.
Advertisement
"Kita memang sengaja mengambil program ini untuk memperlihatkan di lapangan pada level masyarakat, bagaimana kebersamaan toleransi itu berjalan di masyarakat," kata Retno di Tabanan, Bali.
Baca Juga
Para pengajar di pondok pesantren tersebut berasal dari latar belakang agama yang berbeda. Enam belas di antaranya beragama Hindu dan juga terdapat guru beragama Kristen.
"Ini betul-betul satu contoh bagaimana perbedaan ini dirayakan dan menjadi modal untuk membangun," ujar perempuan kelahiran Semarang itu.
"Saya kira peserta juga antusias untuk bertanya lebih lanjut, bagaimana mungkin sebuah pondok pesantren bisa hidup dengan baik di tengah masyarakat Hindu," ujar Retno.
Salah satu peserta, yakni Duta Besar Namibia untuk Indonesia, Anne Namakau Mutelo, mengaku apa yang dilihat di ponpes tersebut dapat menjadi cerminan baik bagi Namibia. Ia juga mengatakan banyak belajar dari BDF IX dan pelajarannya bisa dibawa kembali ke negaranya.
"Saya sangat kagum dengan harmoni antar agama dan kedamaian yang terdapat di negara besar ini," ujar Dubes Namibia.