Liputan6.com, London - Pernah mendengar BSU atau Behavioural Science Unit? Mungkin baru kali ini baru terdengar.
BSU adalah sebuah unit spesial yang rahasia yang menempel di dinas intelijen dan keamanan Inggris, M15. Kantor 'James Bond' itu menginvestigasi tiap aktivitas terorisme.
Dikutip dari BBC, Senin (12/12/2016), isi dari unit ini bukan makhluk kasat mata dengan segelintir ilmu atau sebaliknya.
Advertisement
Setiap anggota BSU adalah peneliti yang berkualifikasi, dan memiliki pendidikan minimal master bahkan di antaranya bergelar Phd.
Pekejaan mereka adalah mencari tanda-tanda perilaku dari tiap individu yang mengidentifikasikan bahwa mereka tengah mempertimbangkan serangan terorisme.
Lapangan pekerjaan mereka adalah pusat dari ilmu sosial dengan spesialisasi khusus seperti psikologi dan kriminologi.
Beberapa diantara mereka tak pernah mengungkapkan pekerjaannya di M15. Namun, BSU disebut sebagai pusat investigasi atau peneliti ahli bagi para petugas di lapangan.
Mereka juga memiliki akses ke unit awal penahanan atau pre-arrest, dan akses ke rekaman pengadilan.
Sejauh ini ada 3 sifat (calon) teroris yang sejauh ini berhasil diinvestigasi oleh BSU. Berikut adalah penjabarannnya:Â
1. Pelaku Penyendiri
Dalam beberapa tahun terakhir, banyak pelaku menyebut dirinya 'the lone wolf'. Mereka tak dimiliki oleh kelompok manapun, namun bekerja berdasarkan idelogi yang mereka anut.
Â
Salah satunya adalah pembunuh massal asal Tunisia Mohamed Lahouaiej-Bouhlel. Ia menabrakkan truk besarnya ke sekelompok orang pada Juli lalu di Nice, Prancis.
Meski ISIS mengklaim ia adalah tentaranya, namun dalam penyidikan ia tak pernah berhubungan langsung dengan kelompok itu.
Advertisement
2. Kesehatan Mental
Serangkaian serangan di Benua Eropa pada 2016 menarik kesimpulan bahwa mereka pada dasarnya menderit sakit jiwa dan digabungkan dengan ideologi sesat. Itu menjadi senjata mematikan untuk aksi terorisme.
Pihak BSU mengatakan 30 persen pelaku lone actors memiliki masalah mental.
Namun, karena terbatasnya riset, sejauh ini tak ada bukti sahih bahwa organisasi macam ISIS merekrut penderita sakit mental.
Kendati demikian, faktanya, jaringan organisasi macam tu cenderung mencari anggota yang mengalami permasalahan pribadi atau kesehatan mental lainnya.
3. Dua Serangkai
BSU menemukan istilah baru yang telah merayap ke dalam leksikon kontra-terorisme: dua serangkai.
Hal ini mengacu pada sepasang individu yang bekerja bersama-sama pada plot, seperti orang-orang yang membunuh Fusilier Lee Rigby di Woolwich pada 2013. Mereka adalah Michael Adebolajo dan Michael Adebowale.
Dua serangkai diduga menjadi perhatian besar karena ide-ide mereka saling klop satu sama lain, memperkuat keyakinan mereka dan meningkatkan kepercayaan diri untuk rencana mereka.
Yang membuat mereka lebih sulit untuk MI5 dan polisi untuk mendeteksi karena mereka tidak "membocorkan" petunjuk untuk pengamat begitu mudah.
"Faktor pelindung risiko" adalah kuncinya. Hal-hal itu yang menghentikan seseorang dari keingingan untuk melakukan serangan. Faktor pelindung risiko di masyarakat dapat berbeda secara luas.
Analis percaya bahwa seorang aktor tunggal memiliki rata-rata lima individu dalam hidupnya yang bisa memiliki apa yang dikenal sebagai "informasi diagnostik" - sesuatu yang bisa membantu mengidentifikasi seseorang berisiko melakukan serangan.
Orang-orang itu adalah, teman dan lingkungan. Mereka adalah kelompok yang paling tahu, tapi paling enggan membocorkan. Kedua adalah keluarga, mereka khawatir apa yang akan terjadi dengan pelaku jika membocorkan kepada pihak berwenang.
Yang ketiga adalah, orang asing, di sini adalah mereka yang melaporkan hal misterius. Contohnya, seorang penjaga toki yang melaporkan calon pelaku membeli sesuatu yang mencurigakan.
Para teroris dan ekstremis memiliki intensi suka membocorkan rahasia. Tak jarang mereka tak bisa menahan diri untuk bercerita kepada orang lain tentang rencana mereka.
Contohnya adalah supir truk maut Nice yang saling mengirim ratusan pesan kepada temannya.
Contoh lain adalah, bomber Brussel yang berkoar tentang rencana mereka di mana tak ada seorang pun yang percaya atas omongan kedua pelaku.
Advertisement