Sukses

Ini 2 Cara untuk Mencegah 'Malapetaka' Bumi dari Ancaman Asteroid

NASA mempertimbangkan bahwa suatu hari nanti kita memerlukan senjata nuklir untuk menyelamatkan umat manusia dari ancaman asteroid.

Liputan6.com, Washington DC - Kedengarannya memang seperti sebuah ide dalam sebuah film Hollywood, namun Badan Antariksa Amerika Serikat atau NASA berpikir bahwa suatu hari nanti kita memerlukan senjata nuklir untuk menyelamatkan umat manusia dari ancaman hantaman asteroid.

Hal tersebut diungkapkan oleh para ilmuwan dalam pertemuan American Geophysical Union, yang juga dihadiri peneliti dari Los Alamos National Laboratory dan Goddard Spaceflight Center NASA.

Dalam kegiatan itu, mereka juga berbicara soal cara mencegah manusia mengalami nasib yang sama dengan dinosaurus--punah akibat hantaman asteroid.

Saat berbicara soal pertahanan planet, mengirimkan roket nuklir untuk mencegah hantaman asteroid, menjadi pilihan teratas dari daftar sejumlah ide.

Dikutip dari News.com.au, Rabu (12/14/2016), pada dasarnya terdapat dua pilihan untuk mencegah Bumi dari hantaman asteroid. Pertama, menembak sebuah objek menuju asteroid sehingga benda angkasa luar itu tersenggol jauh dari jalurnya.

Kedua, mengirim rudal nuklir untuk meledakkan asteroid menjadi potongan-potongan kecil.

Di luar dari dua pilihan tersebut, kita sebenarnya sangat rentan ketika batu angkasa luar raksasa itu meluncur ke arah Bumi. Hal tersebut dikatakan oleh Dr Joseph Nuth, seorang peneliti Goddard Space Flight Center.

"Masalah terbesar, pada dasarnya, tidak banyak hal yang bisa kita lakukan tentang hal itu pada saat ini," ujar Nuth.

Ilustrasi asteroid Bennu (NASA)

Berbicara dalam pertemuan tersebut, Nuth mencatat bahwa asteroid besar dan berpotensi berbahaya bagi kelangsungan hidup di Bumi sebenarnya merupakan hal yang sangat langka, dibandingkan dengan benda-benda kecil yang kadang meledak di atmosfer Bumi.

Terkadang komet yang telah mengikuti Bumi dalam jarak jauh, terlempar ke planet tetangga. Seperti yang terjadi pada 1966, ketika sebuah komet yang menyimpang terbang ke Yupiter, dan tahun 2014 ketika komet melintasi Mars dalam jarak dekat.

Dalam kasus 2014, komet itu ditemukan hanya 22 bulan sebelum akhirnya bersentuhan dengan Mars. Waktu tersebut dinilai tidak cukup untuk meluncurkan misi defleksi yang dapat dijalankan oleh penduduk Bumi, karena diperlukan waktu lima tahun untuk meluncurkan pesawat angkasa luar yang bertugas mengalihkan rute asteroid.

Pada awal tahun ini, NASA mengumumkan akan berencana meluncurkan sebuah probe untuk mempelajari asteroid Bennu yang berpotensi memusnahkan Bumi.

Seorang ilmuwan di Los Alamos National Laboratory, Dr Cathy Plesko, mengaku lebih menyukai teknik defleksi yang ia samakan dengan "meriam raksasa".

"Meriam merupakan teknologi yang sangat baik, mencegat sebuah benda berkecepatan tinggi dan berakhir lebih efektif dibanding bahan peledak tinggi," ujar Plesko.

Dari hal tersebut, tampaknya hingga saat ini kita masih mengandalkan kekuatan roket untuk menyelamatkan Bumi dari setiap ancaman asteroid. Hal tersebut tidak mustahil dilakukan, selama kita masih bisa mendeteksi ancaman dalam waktu yang tepat.