Liputan6.com, Nevada - Seorang pemuda Inggris dijatuhi hukuman 12 bulan dan satu hari di penjara, dalam dakwaan pertama membawa pistol -- yang diduga ia niatkan untuk membunuh Donald Trump.
Michael Sandford mengaku bersalah pada September lalu, menjadi pemilik senjata api ilegal dan mengganggu acara resmi kenegaraan. Ia dituduh meraih pistol polisi di sebuah pawai di Las Vegas untuk menembak Trump yang kala itu berstatus calon presiden AS.Â
Baca Juga
"Dia menyesal atas apa yang dilakukannya," jelas sang ibu seperti dikutip dari BBC, Rabu (14/12/2016).Â
Advertisement
Pemuda 20 tahun dari Dorking, Surrey itu awalnya terancam dibui hingga 10 tahun penjara, jika pengadilan memutuskan ia terbukti bersalah dalam dakwaan merencanakan pembunuhan Donald Trump.
Tim pembela mengatakan, klien mereka penderita autis dan sempat kejang karena kecemasan obsesif kompulsif.Â
Michael Sandford muncul di pengadilan dalam balutan pakaian penjara berwarna oranye. Kulitnya tampak pucat dan tubuhnya kurus, pergelangan kakinya diborgol.
Dia tersenyum saat anggota keluarganya melambai kepadanya dan mengucapkan "Aku mencintaimu".
Sandford kemudian mulai menangis saat ia meminta maaf atas apa yang telah dilakukannya.
"Saya hanya merasa buruk tentang kejadian itu," kata Sandford.
Hakim James Mahan kemudian merasa simpatik terhadap Sandford. "Saya pikir Anda tak memendam kebencian di dalam hati Anda".
Ibunya, Lynne Sandford, lantas mengatakan kepada hakim bahwa sang anak merasa dihargai dalam persidangan.
"Melihatnya seperti itu menghancurkan hatiku," kata sang ibu saat mengajukan banding untuk hukuman ringan atas dasar bahwa anaknya membutuhkan perawatan dan dukungan dari keluarganya.
Setelah Sandford ditangkap, dia mengatakan kepada petugas dia telah merencanakan untuk menembak miliarder yang merupakan kandidat presiden dari Partai Republik.
Dia lantas gagal untuk menarik senjata dari sarung pistol seorang polisi, demikian disampaikan pengadilan.
Putus Kontak Dengan Keluarga
Ibunya mengatakan bahwa dia telah kehilangan kontak dengan anaknya itu, setelah ia meninggalkan rumah untuk melakukan perjalanan keliling Amerika Serikat pada tahun 2015.
Sanford tak pernah menunjukkan ketertarikannya pada politik. Dia juga tidak mampu menjelaskan mengapa dia ingin menembak Donald Trump.
Menurut dokumen pengadilan, Sandford yang tunawisma dan hidup di AS secara ilegal dengan visa overstay mengatakan kepada Secret Service bahwa ia mengendarai mobil dari California ke Nevada untuk menembak Trump.
Makalah itu merinci bagaimana ia merencanakan serangan sekitar satu tahun dan pergi ke tempat latihan senjata di Las Vegas sehari sebelum serangan itu, untuk belajar cara menembak 20 putaran dari pistol Glock 9 mm.
Dia dilaporkan mengatakan kepada seorang petugas bahwa ia mengira bakal meninggal dalam penyerangan itu. Namun, ia mengantongi tiket untuk ke pawai Trump di Arizona -- sebagai kesempatan keduanya beraksi.
Hakim James C Mahan menggambarkan insiden tersebut sebagai "aksi gila".
"Anda memiliki masalah medis," kata hakim Sandford seraya menambahkan bahwa itu bukan hal "memalukan".
"Saya tidak melihat Anda sebagai jahat atau sosiopat," kata hakim, berharap Sandford beruntung di kemudian hari ketika terdakwa bangkit untuk meninggalkan ruang sidang.