Liputan6.com, Manila - Sumpah serapah dilayangkan Rodrigo Duterte kepada Presiden Barack Obama: dari 'go to hell' bahkan ucapan kasar yang menghina, 'son of a whore'. Namun, keduanya harus bertemu di ajang Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC) di Lima, Peru, November 2016 lalu.
Belakangan, Duterte mengaku berusaha menghindar dari Obama, agar tak terjebak dalam situasi yang "canggung". Ia tak datang dalam KTT atau Leaders’ Meeting dan perhelatan resmi lainnya.
Baca Juga
Kepada para anggota Wallace Business Forum di Istana Malacanang, Duterte mengaku pura-pura sakit perut. Itu alasannya tak hadir dalam sejumlah acara penting dalam pertemuan APEC.
Advertisement
"Ada kritik tajam yang diarahkan kepadaku. Soal ketidakhadiranku. Aku meminta Perfecto Yasay Jr (Menlu Filipina) untuk mewakiliku," kata dia seperti dikutip dari situs The Manila Times, Rabu (14/12/2016).
"Sebenarnya saya menghadiri pertemuan-pertemuan itu. Jangan percaya orang-orang idiot yang ada di luar," kata Duterte. "Tapi kau tahu, Obama ada di sana. Dan karena kami sudah saling melontarkan kata-kata (pedas), aku hanya mencoba untuk menghindari situasi canggung."
Duterte mengaku, Obama tak menerima jabat tangannya atau sengaja menghindarinya. Sejumlah sumber mengatakan, orang nomor satu di AS berkeliling dan menjabat semua pemimpin negara, kecuali Presiden Filipina.
"Kau bisa tahu hanya dengan melihat bahasa tubuh seseorang. Kau akan tahu. Dan karena aku tak mau memicu suasana canggung, aku memilih melipir ke pinggir. Itu yang sebenarnya," kata Duterte.
Duterte mengaku tak tahu bagaimana bereaksi jika Obama sampai menampik jabat tangannya.
Karena menghindar dari Obama, Duterte melewatkan sejumlah acara penting, seperti makan malam kehormatan atau gala dinner yang diadakan Presiden Peru Pedro Pablo Kucynzski, Leaders’ Retreat, dan foto bersama yang jadi tradisi APEC. Presiden Filipina menunjuk menlu untuk mewakilinya.
Sebelumnya, Duterte juga mengakui bahwa ia sengaja melewatkan KTT ASEAN-AS atau ASEAN-US Summit di Laos pada September 2016. Alasannya, kata dia, adalah soal "prinsip".
Ia juga tak datang dalam ASEAN-United Nations Summit dan ASEAN-India Summit.
Gedung Putih menjadi pengkritik cara-cara brutal Duterte untuk memberantas kejahatan narkoba di negaranya.
Meski tak suka pada Obama, Duterte mengaku senang dengan terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden ke-45 Amerika Serikat.
Setelah Trump menang, Duterte mengaku ingin berhenti bertengkar dengan Amerika Serikat.
"Saya ingin mengucapkan selamat kepada Donald Trump. Jayalah selalu dan panjang umur," kata Duterte dalam pidato kepada masyarakat Filipina saat berkunjung ke Malaysia seperti dikutip Reuters.
"Kami berdua sama-sama hobi mengutuk. Bahkan untuk hal-hal sepele sekalipun. Saya harus berhenti karena Trump sudah jadi Presiden AS. Saya tidak ingin bertengkar lagi, karena Trump telah menang," kata Duterte.