Liputan6.com, Riyadh - Menteri Pertahanan Angela Merkel menolak menggunakan baju tradisional muslimah saat berkunjung ke Arab Saudi.
Ursula von der Leyen menolak memakai abaya, gaun panjang hitam yang menutupi seluruh tubuh kecual wajah selama keterlibatan diplomatiknya di Riyadh. Demikian dikutip dari The Independent, Kamis (15/12/2016).
Politisi dari Partai Christian Democratic Union sekaligus perempuan pertama yang memegang jabatan pertahanan di sepanjang sejarah Jerman, kala itu tengah bertemu dengan wakil Pangeran Mohammad bin Salman al Saud.
Advertisement
Baca Juga
"Tentu saja saya menghormati kebiasaan sebuah negara," kata Leyen kepada tabloid Jerman, Bild.
"Saya juga sangat ketat dengan peraturan. Tapi buat saya, ada batas untuk beradaptasi di sebuah negara. Jadi, itulah mengapa saya tidak pakai kerudung, dan lebih memilih memakai celana panjang," lanjutnya.
"Tak satupun perempuan di delegasi saya harus pakai abaya. Bisa memilih pakai baju yang ingin dipakai adalah hak yang sama bagi perempuan dan laki-laki," tambahnya.
"Agak menganggun bagi saya, ketika perempuan harus bepergian dengan sesama perempuan namun dipaksa memakai abaya," tandas Leyen.
Leyen terlihat di foto menggunakan setelah biru gelap. Sementara rambut pirangnya tersisir rapi ke belakang.
Menurut laporan, kedutaan Jerman di Riyadh membagikan abaya setelah menhan berusia 58 tahun dan rombongannya tiba pada Rabu pekan lalu.
Langkahnya itu diikuti dengan pernyataan Kanselir Angela Merkel yang melarang penggunaan burka.
Namun demikian, penampilan menhan Jerman itu menuai kecaman. Berbagai tweet mengatakan, keputusan Leyen menyakiti hati rakyat Arab Saudi.
Meski demikian, kecaman itu sendiri menuai kontroversi. Sebab, banyak politisi perempuan kerap kali menolak menggunakan kerudung menutupi rambut mereka.
First Lady Michelle Obama, Angela Merkel, Hillary Clinton, Condoleeza Rice serta mantan first lady Laura Bush melakukan hal yang sama kala berkunjung ke Arab Saudi.
Adapun posisi perempuan di Saudi cukup lemah di mata hukum. Kaum hawa tidak diperkenankan bepergian tanpa izin dari para muhrimnya. Mereka juga dilarang berenang di kolam renang umum.
Negeri kaya minyak itu kerap dicela atas rekam jejak hak asasi manusia. Tahun lalu, mereka telah mengeksekusi lebih dari 150 orang.
Sedangkan Nona Leyen dan rekan Saudinya yang masih berusia 31 tahun membahas pelatihan petugas Saudi di Uni Eropa.
Pada konferensi keamanan hari Sabtu, menhan lulusan kedokteran itu mengatakan "kita harus mendominasi internet dan menciptakan peluang ekonomi untuk mengalahkan ISIS."