Liputan6.com, Moskow - Amerika Serikat (AS) diminta berhenti menuduh Rusia ikut campur dalam pemilu presiden yang memenangkan Donald Trump atau mereka harus membuktikan tudingannya. Hal tersebut ditegaskan oleh Juru bicara Presiden Vladimir Putin, Dmitry Peskov.
Peskov mengatakan AS telah bertindak di luar kepatutan karena "tanpa dasar" menuduh Rusia mengintervensi pilpres.
Baca Juga
"Mereka harus berhenti mengatakan itu atau menunjukkan sejumlah bukti. Jika tidak, maka tuduhan tersebut tak layak," kata Peskov seperti dilaporkan kantor berita Tass dan dikutip CNN, Sabtu (17/12/2016).
Advertisement
Sebelumnya, pada Kamis lalu Presiden Barack Obama mengatakan, pihaknya bersumpah akan memberikan aksi balasab terhadap tindakan ikut campur Rusia dalam pilpres AS pada November lalu.
"Saya rasa tidak ada keraguan ketika pemerintah asing mencoba untuk mempengaruhi integritas pemilu kita, kita perlu mengambil tindakan," ujar Obama.
"Dan kita akan melakukannya. Dalam waktu dan tempat yang kita tentukan sendiri. Beberapa di antaranya mungkin akan dilakukan secara terbuka dan dipublikasikan. Beberapa mungkin tidak," imbuh dia.
Dalam kesempatan tersebut, ia juga menyinggung soal Presiden Putin.
"Putin sangat menyadari perasaan saya tentang hal ini karena saya berbicara kepadanya secara langsung tentang hal itu," kata Obama, merujuk pada pertemuannya dengan Vladimir Putin di KTT G20 di China pada September 2016.
Sejak Oktober lalu, intelijen AS telah "ramai" menyuarakan dugaan intervensi Rusia dalam pilpres. Gedung Putih kala itu mengatakan akan memberikan respon proporsiobal dalam menghadapi serangan siber meski menolak menjelaskan lebih lanjut.
Sementara itu, presiden terpilih AS, Donald Trump menolak data intelijen AS. Ia mengatakan tak ada bukti Rusia telah menyusup ke pilpres AS.
Menurut Trump, siapa saja bisa meretas server Partai Demokrat dan email staf kampanye Hillary Clinton termasuk China atau bahkan seseorang yang berada di New Jersey--tanpa menyebut siapa yang dimaksudnya.