Sukses

Ditemukan Fosil Jejak Kaki Raksasa, Leluhur Manusia?

Temuan jejak-jejak kaki leluhur manusia selalu menarik karena dapat menjelaskan lebih banyak tentang leluhur kita.

Liputan6.com, Dar es Salaam - Sebanyak 13 fosil jejak kaki yang ditinggalkan oleh leluhur pra-manusia, diduga berusia sekitar 3,7 juta tahun ditemukan di Tanzania.

Selain menambah pengertian tentang jalur evolusi yang mengarah kepada manusia sekarang ini, jejak kaki itu menengarai bahwa spesies pra-manusia bisa tumbuh lebih tinggi daripada perkiraan sebelumnya.

Dikutip dari Science Alert pada Sabtu (17/12/2016), menurut tim yang dipimpin oleh Fidelis T. Masao dari University of Dar es Salaam, Tanzania, jejak-jejak kaki itu berukuran panjang 26 cm.

Berdasarkan pengukuran itu, sosok pemilik jejak kaki itu diperkirakan berdiri tegak setinggi 165 cm dengan berat sekitar 45 kilogram.

Tim menamai sosok pemilik jejak itu sebagai S1, yang adalah juga nama situs di Laetoli, Tanzania. Tempat temuan fosil jejak-jejak kaki tersebut.

Para ilmuwan menduga S1 termasuk dalam spesies hominin awal Australopithecus afarensis, tapi masih perlu bukti tambahan untuk lebih memastikan dugaan tersebut.

Spesies A. afarensis terdengar cukup akrab, karena spesies itu juga merupakan spesies "Lucy", peninggalan kerangka manusia yang ditemukan beberapa dekade lalu di Ethiopia dan telah menguak banyak hal tentang leluhur manusia. Bedanya, Lucy hanya setinggi 106 centimeter. Jadi, jika dibandingkan, sosok S1 tampak seperti raksasa.

Menurut laporan makalah tim itu, "Dugaan postur S1 sangat melebihi rekonstruksi yang pernah ada bagi A. Afarensis, baik dari bahan kerangkanya maupun data jejak kaki."

Sosok setinggi 165 cm itu sepertinya belum seberapa untuk ukuran masa kini, tapi leluhur manusia mencapai tinggi itu baru terjadi setelah 1,5 juta tahun setelah tercetaknya jejak kaki tersebut.

Temuan jejak-jejak kaki leluhur manusia selalu menarik karena dapat menjelaskan lebih banyak tentang leluhur kita. (Sumber Javed Ahmed)

"Jejak-jejak kaki hominin terbilang cukup jarang. Hampir semua jejak kaki zpesies tersebut yang ditemukan sejauh ini berkaitan dengan spesies dari genus Homo, yang juga merupakan genus bagi manusia modern," demikian menurut tim itu lagi.

Satu-satunya pengecualian adalah temuan 3 jejak kaki pada 1970-an di daerah yang sama, hanya 150 meter jauhnya. Jejak-jejak kaki itu diduga sebagai peninggalan spesies hominin yang sama, A. afarensis.

Fakta bahwa jejak-jejak baru itu menunjukkan individu yang tinggi bisa berarti dua hal. Pertama, individu ini memiliki perawakan yang tidak lazim dan lebih jangkung daripada yang lainnya. Atau tinggi sedemikian bukanlah hal langka, tapi kita baru menyadari sekarang.

Menurut laporan tim, "Berdasarkan peninggalan kerangka yang ditemukan sejauh ini di Afrika Timur, sejumlah pakar berpendapat bahwa individu-individu itu hanya sedikit berbeda sebagaimana halnya pada manusia, sedangkan pakar-pakar lain berpendapat bahwa hal itu biasa, seperti pada kera modern semisal gorila."

Hanya sedikit yang diketahui tentang perbedaan tinggi antara A. afarensis pria dan wanita. Temuan tim menengarai bahwa jejak ini berasal dari pria, tapi tidak ada bukti lain untuk memastikan.

2 dari 2 halaman

Perbedaan Pendapat

Tidak semua setuju dengan evaluasi tim tentang jejak-jejak itu. Mereka menganjurkan untuk lebih hati-hati dalam membahas hasilnya.

Sementara itu, Philip Reno dari Penn State University menduga bahwa temuan itu masih sejalan dengan ukuran yang telah kita duga tentang A. afarensis.

Walaupun ada pendapat bertentangan, temuan jejak-jejak kaki leluhur manusia selalu menarik, karena dengan analisis tambahan dapat menjelaskan lebih banyak tentang leluhur kita.

"Fosil jejak-jejak kaki adalah perangkat yang sangat berguna dalam pencatatan palaeoantologi. Tampilan fisik mereka dapat membantu mencirikan pembuat jejak, tapi juga untuk menguak informasi biologis. Bagaimana caranya pembuat jejak itu bergerak? Seberapa besar? Seberapa cepat geraknya?"