Sukses

Presiden Duterte Kecanduan Obat Pereda Nyeri Kanker?

Duterte mengaku dirinya mengonsumsi fentanil untuk meredakan nyeri akibat cedera tulang belakang. Sontak, publik Filipina gaduh.

Liputan6.com, Manila - Presiden Filipina Rodrigo Duterte membuat pengakuan mengejutkan tentang kondisi kesehatannya. Ia mengatakan kerap mengonsumsi fentanil yang lazimnya diberikan dokter kepada pasien pengidap kanker dan penyakit kronis lain.

Konsumsi fentanil itu dijelaskannya untuk mengatasi nyeri akibat cedera tulang belakang yang dialaminya setelah sempat mengalami kecelakaan sepeda motor.

Namun menurut Duterte, dokter telah menghentikan kebiasaannya mengonsumsi fentanil. Sementara ia sendiri menyadari telah "menyalahgunakan obat" dengan meminum lebih dari dosis yang ditentukan.

Menurut anggota parlemen, pernyataan Duterte itu telah menghidupkan kembali spekulasi tentang kesehatannya termasuk rumor yang berkembang selama masa kampanye bahwa ia menderita kanker. Dugaan itu telah berulang kali dibantah oleh mantan Wali kota Davao tersebut.

Anggota parlemen mendesak orang nomor satu di Filipina itu untuk menjalani pemeriksaan medis dan merilis hasilnya ke publik.

"Demi mengakhiri spekulasi ini, akan lebih baik jika dokternya menjelaskan bagaimana presiden ditangani atas rasa sakit yang ia derita," ujar salah seorang anggota parlemen yang juga sekutu Duterte, Carlos Zarate seperti dikutip dari Channel News Asia, Senin (19/12/2016).

Menurut Zarate, keterangan medis akan memperjelas kondisi kesehatan Duterte. Desakan ini muncul mengingat fentanil menjadi pemicu kematian legenda musik pop dunia, Prince yang overdosis setelah mengonsumsi obat tersebut.

Fentanil disebut sangat ampuh dan adiktif serta diperkirakan 100 kali lebih kuat dari morfin.

Seruan Zarate itu didukung pula oleh Senator Leila de Lima yang selama kerap mengkritik Duterte.

"Bukan hanya penyakit itu sendiri yang kita khawatirkan, tapi juga dampak atau efek samping yang mungkin ditimbulkan, terutama pada kejernihan dan kemampuannya untuk membuat keputusan dengan pikiran bersih," kata de Lima.

Menjabat pada usia 71 tahun, Duterte tercatat merupakan presiden tertua di negara itu. Beberapa waktu lalu ia mengaku menderita migrain dan sejumlah penyakit lainnya seperti Buerger dan kardiovaskular yang ditandai dengan peradangan pembuluh darah akibat kebiasaan merokok.

Kondisi kesehatan Duterte telah menjadi alasan pembatalan sejumlah jadwal kepresidenan di luar negeri. Di Kamboja pekan lalu ia sempat mengatakan, mungkin ia tak akan mampu menyelesaikan masa jabatan enam tahunnya.

Pengkritik Duterte lainnya, Senator Antonio Trillanes, mengatakan bahwa langkah Duterte mengonsumsi fentanil melebihi dosis yang ditetapkan menunjukkan ia memenuhi syarat untup dicap sebagai pecandu narkoba. Namun Duterte menolak disebut menderita kecanduan apa pun.

Menurut keterangan dokter, proses mendapat fentanil diatur dengan cukup ketat di Filipina. Dokter membutuhkan izin dari badan pengawas obat untuk meresepkannya kepada pasien.

"Seseorang yang menggunakan fentanil biasanya adalah orang yang menderita sakit di mana tingkat sakitnya telah mencapai stadium lanjut. Pemantauan dokter dapat mencegah risiko kecanduan. Dibutuhkan sebuah laporan medis sehingga masyarakat tidak bingung," kata eks presiden Asosiasi Medis Filipina, Leo Olarte.

Duterte selama ini dikenal lewat berbagai langkah kontroversialnya terutama perang brutal terhadap narkoba yang telah memicu aksi main hakim sendiri. Setidaknya lebih dari 5.000 korban jiwa jatuh akibat kebijakannya ini.