Sukses

Penembakan Miliarder Ini Kuak Kisah 'Aib' Korban Selamat Titanic

Rumah di mana miliarder Kanada ditembak ternyata punya kaitan dengan tenggelamnya Kapal Titanic. Apa itu?

Liputan6.com, Calgary - Pemukiman elite Calgary, Kanada yang biasanya tenang mendadak gaduh pada Senin 19 Desember 2016. Miliarder pengembang real estate, Riaz Mamdani disergap dan ditembak di depan rumahnya yang mewah di Mount Royal.

Untungnya, sang miliarder selamat meski mengalami luka tembak. Polisi masih mengejar pelaku dan menguak motif di balik insiden tersebut.

Namun, tak hanya kasus tersebut yang kemudian menarik perhatian publik, melainkan lokasi di mana penembakan terjadi. Rumah di mana korban ditembak ternyata punya kaitan dengan tenggelamnya Kapal Titanic.

Rumah senilai 7,94 juta dolar Kanada yang beralamat di 2211 7 St. S.W dulunya adalah milik pasangan yang selamat dari insiden tenggelamnya Titanic, Albert dan Vera Dick.

"Salah satu orang yang berhasil selamat dari Titanic tinggal di rumah itu," kata salah satu tetangga, Pat Moore, seperti dikutip dari situs Calgary Herald, Selasa (20/12/2016).

Albert Dick dibesarkan di Calgary. Ia kemudian membeli Hotel Alexandra di 8th Avenue S.E -- yang kini telah rata dengan tanah.

Albert berusia 31 tahun saat menikahi Vera Gillespie yang baru menginjak umur 17 tahun. Mereka mengikat janji pada hari ketika Titanic diluncurkan ke laut pada 31 Mei 1911.

Pasangan itu lantas bulan madu ke Yerusalem, keliling Eropa, lalu mampir ke London untuk menjemput furniture antik yang mereka pesan untuk rumah baru bergaya Tudor di Distrik Mount Royal.

Mereka naik Titanic menuju Kanada sebagai penumpang kelas satu. Naik kapal dari Southampton, pasangan tersebut menempati Kabin B-20.

Setelah Titanic menabrak gunung es pada pukul 23.40 malam, 14 April 1912, Vera menolak meninggalkan suaminya, meski perempuan itu ditawari naik ke tiga sekoci berbeda.

Suami istri tersebut, yang berpelukan erat, hingga kemudian didorong ke sebuah sekoci yang membawa mereka ke tempat yang aman.

Apa yang bagi Albert adalah anugerah -- ia selamat dari musibah Titanic -- justru menjadi 'aib' seumur hidup.

Moore mengatakan, Albert dituduh mengenakan pakaian perempuan demi bisa naik ke sekoci -- rumor yang harus ia hadapi hingga penghujung usia.

Tak hanya mempengaruhi kehidupan pribadi, bisnis Albert pun kacau akibat rumor itu sehingga ia harus menjual hotelnya. Pria itu kemudian mencari nafkah dari bisnis real estatenya.

Sementara, Vera belajar musik di Royal Conservatory of Music di Toronto dan terkenal sebagai vokalis di Calgary.

Saat mereka membangun tangga dari batu bata di depan rumah mereka, warga menggosipkan bahwa Albert dan Vera meniru tangga besar yang ada di Titanic.

2 dari 2 halaman

'Aib' Korban Selamat Titanic

Saat sekoci diturunkan, awak kapal memerintahkan, 'perempuan dan anak-anak' jadi prioritas, sebanyak 115 pria dari kelas utama dan 147 pria dari kelas 2 berdiri dan keluar dari sekoci.

John Jacob Astor, yang konon orang terkaya di dunia saat itu, mendudukkan istrinya ke sekoci, lalu melambaikan tangan perpisahan pada perempuan yang ia cintai.

Pun dengan Benjamin Guggenheim. Ia menolak naik sekoci. "Tak ada perempuan yang boleh ditinggalkan di atas kapal ini hanya karena Ben Guggenheim seorang yang pengecut," kata dia, seperti dituturkan saksi mata.

Dan ketika Albert Dick selamat, ia justru menuai cacian. Kepada cucunya, Bruce Van Norman, pria itu pernah mengisahkan kejadian mengapa ia bisa selamat.

"Kakekku menceritakan tentang jasad-jasad manusia yang mengambang -- orang-orang tewas di dalam air."

Kala itu, haluan Titanic robek akibat tabrakan dengan gunung es, menenggelamkan kapal paling mewah pada zamannya itu, dan merenggut 1.514 nyawa.

Van Norman mengisahkah, saat itu, pasangan Albert an Vera Dick baru kembali dari bulan madu di Eropa.

Van Norman mengatakan, kakek dan neneknya pada awalnya tidak mempercayai panggilan darurat untuk berkumpul di dek, hingga petugas kapal meminta mereka untuk mengungsi.

"Cuaca sangat dingin, mereka kembali ke kabin. Tapi kemudian, petugas kapal datang dan menggedor pintu."

Satu abad yang lalu, Albert kepada wartawan surat kabar, mengatakan ia dan istrinya awalnya tak mempercayai kondisi darurat bisa terjadi pada Titanic.

"Awalnya kami tidak menyadari bahwa Titanic rusak parah ... Aku tidak yakin, siapapun bakal mengira ia akan tenggelam," kata Albert.

Saat evakuasi menggunakan sekoci seadanya, Vera menolak untuk meninggalkan sisi suaminya -- meskipun ditawarkan ruang di tiga kapal penyelamat berbeda. Pengantin muda itu bertekad untuk tinggal dengan Albert, bahkan jika itu berarti mati di lautan beku Atlantik.

Albert memeluk istrinya, memohon dia untuk pergi. Tiba-tiba, mereka digiring ke sekoci.

"Itu sama dengan laki-laki yang tidak ikut dalam Perang Dunia I - mereka yang tak mati dicurigai," kata Van Norman.

Gosip beredar bahwa Albert mengenakan gaun dan menyelinap ke sekoci. Gara-gara gosip itulah ia akhirnya menjual hotelnya -- selain karena usahanya lesu, itu adalah upayanya untuk melarikan diri dari mata publik.

Mungkin Albert bukan pengecut, sejumlah kisah yang dikuak dari Titanic menyebut, para petugas kapal memerintahkan sejumlah pengantin baru untuk naik sekoci.

Namun, itu bukan satu-satunya kontroversi melibatkan pasangan Dick. Vera pernah bersaksi mendengar suara tembakan-- yang diduga untuk menghalau penumpang kelas dek yang berusaha masuk ke sekoci.

"Kami bisa melihat orang-orang melompat ke dalam air dan dapat mendengar jeritan menakutkan," kata Vera pada New York Herald.

Hidup mereka diselamatkan, tapi berubah untuk  selamanya. Sampai ia meninggal pada tahun 1970, Albert harus membela haknya untuk hidup. Sementara Vera, yang tutup usia pada 1973, tak bisa melepaskan bayang-bayang Titanic.

Namun, Van Norman mengatakan, mereka saling mencintai, dan kisah mereka adalah nyata. Bukan fiksi soal Titanic. 

Â