Liputan6.com, Jakarta - Hawa yang tak biasa, perilaku aneh hewan, perasaan gelisah, bahkan mimpi -- bisa dianggap sebagai firasat terjadinya tragedi atau bencana pada masa yang akan datang.
Di sisi lain, mereka yang mengalami atau menjadi saksi sebuah peristiwa dahsyat tak jarang merasa pernah menyaksikan atau terlibat dalam kejadian itu sebelumnya -- yang dikenal juga sebagai déjà vu.
Hal aneh dialami tentara Amerika Serikat, Greg Buckley Jr. Ia yang ditempatkan di Afghanistan dihantui bayangan kematiannya sendiri. Terang saja, sang serdadu takut bukan kepalang.
Advertisement
Visinya yang mengerikan membuat Buckley kian waspada. Namun, ia tak bisa mengelak dari takdir. Beberapa hari kemudian, anggota militer tersebut tewas ditembak pria bersenjata yang lebih dulu menembak dua rekannya.
Demikian pula dengan pilot American Airlines Penerbangan 191, David Boot. Sepuluh hari sebelum pesawatnya celaka pada 1970, ia bermimpi sebuah pesawat terbalik di landasan dan terbakar hebat.
Selain kecelakaan yang melibatkan individu yang mendapatkan 'pertanda', sejumlah petunjuk juga didapatkan terkait kecelakaan atau musibah besar yang merenggut banyak nyawa: Titanic, 9/11, bahkan meletusnya Gunung Krakatau. Berikut 3 di antaranya:
1. Ramalan Kecelakaan Titanic
Pada 1886, wartawan legendaris William T. Stead menulis kisah fiksi tentang tenggelamnya kapal yang berlayar di Atlantik setelah bertabrakan. Disebut pula bahwa kebanyakan penumpang ikut karam karena tak ada cukup sekoci.
Dengan artikelnya itu, Stead berusaha menarik perhatian pembaca tentang regulasi kelautan yang terlalu longgar -- yang tak mewajibkan kapal membawa sekoci yang cukup membawa semua penumpang dan awak kapal.
Stead kembali ke tema pada tahun 1892, dengan sebuah cerita berdasarkan kapal Majestic White Star Line. Klimaksnya, kapal yang melintasi Atlantik dan sarat dengan wisatawan tiba-tiba menabrak sesuatu.
Seperti dikutip dari List Verse, dari suaranya, kapal tersebut seakan menabrak es besar. Para penumpang yang panik menuju dek, di tengah cuaca lembab dan dingin yang menusuk.
Bunyi es yang menabrak sisi kapal terdengar menggelegar, meredam kata dan jeritan orang-orang yang ada di sana. Sejurus kemudian, terdengar teriakan: "Ada gunung es di sisi kapal!"
Dua dekade kemudian, Stead tewas dalam tragedi yang telah ia 'ramalkan'. Ia menjadi korban tewas dalam kecelakaan Titanic.
Hanya ada 20 sekoci dalam kapal Titanic, yang hanya cukup mengangkut setengah dari manusia yang ada di kapal.
Â
Firasat juga dirasakan Anne Ward, pelayan keluarga Cardeza yang menempati suite paling mahal dan mewah di Titanic.
Ia menolak naik ke dalam kapal karena merasa sesuatu yang buruk akan terjadi pada Titanic pada pelayaran perdananya.
Mayor Archibald Willingham Butt juga punya perasaan serupa. Namun, ia tetap berlayar dengan Titanic.
Sebelum naik ke kapal Titanic, ia menyiapkan surat wasiat, khawatir ia tak akan balik ke Eropa dalam kondisi hidup. Firasatnya ternyata benar.
Advertisement
2. Kecelakaan MH17: Bismillah...
Sesaat sebelum pesawatnya berangkat dari Bandara Schiphol di Amsterdam menuju Kuala Lumpur, penumpang Malaysia Airlines Penerbangan MH17, Md Ali Md Salim sempat merekam saat-saat terakhir di kabin.
Video berdurasi 14 detik -- yang menunjukan sejumlah penumpang lain yang sedang menyimpan barang-barang mereka di kompartemen atas -- cepat-cepat ia unggah ke akun Instagram-nya. Demikian dilaporkan Malaysian Star.
Dalam keterangan video, pria 30 tahun tersebut mengekspresikan kegelisahannya sebelum terbang pulang.
"Bismillah... #hatiadasikitgentar (In the name of God... feeling a little bit nervous)," demikian yang ia tulis.
Atau bisa diterjemahkankan, 'Dengan menyebut nama Allah... hatiku sedikit gelisah'.
Â
Suara di latar belakang, yang diyakini pengumuman dari pilot, terdengar jelas. "Saat ini, kita berada di tahap akhir boarding dan pemuatan kargo. Sekali lagi, pastikan seluruh telefon Anda dimatikan," kata pilot, sebelum rekaman berakhir.
Md Ali, adalah mahasiswa S3 psikologi di Erasmus University Rotterdam. Saat itu ia dalam perjalanan pulang.
Pesawat Malaysia Airlines MH17 jatuh pada Kamis 17 Juli 2014 dekat perbatasan Rusia, di wilayah Donestsk, Ukraina Timur. Diyakini jadi korban hantaman rudal.
Sebanyak 298 orang di dalamnya, penumpang dan awak pesawat tewas.
Â
Sementara itu, seorang penumpang lainnya dari Belanda, Cor Pan, mengunggah foto pesawat yang MH17 sebelum terbang.
Bersama dengan gambar tersebut dia menuliskan kata-kata terakhirnya.
"Lihat ini penampakan pesawat jika nanti menghilang," tulis Pan dalam akun Facebook, seperti dimuat News.com.au edisi Jumat 18 Juli 2014.
Seorang penumpang yang menuju Indonesia juga merasakan firasat serupa. Sesaat setelah pemeriksaan paspor, bocah bernama Miguel Panduwinata sempat kembali lagi menemui ibunya yang kali itu hanya mengantar sampai bandara.
Bocah lelaki itu gugup. "Mama, I love you. I'm happy to see Oma, but I'm going to miss you, and what happens when the plane will crash'?," tanya keponakan artis Vina Panduwinata itu pada sang ibu.
3. Mimpi Letusan Krakatau
Malam itu, 10 Agustus 1883, Edward Samson, editor koran Boston Globe datang ke kantornya. Semua orang sudah pulang. Ia yang sedikit mabuk berbaring di sofa, lalu tertidur.
Meski sudah jadi redaktur, gajinya konon hanya setara reporter. Kerjaannya tak pernah beres.
Tiba-tiba, saat jarum jam menunjuk ke angka 03.00, ia terbangun dalam kondisi kaget. Matanya terbelalak, napas menderu, dan dada yang berdebar. Samson -- atau ada yang menulis nama belakangnya sebagai Sampson atau Samsom -- baru saja mengalami mimpi buruk.
Semua yang ia lihat di alam mimpi begitu nyata dan mengerikan. Pria itu menyaksikan sebuah gunung meletus dahsyat, yang mengalirkan lava panas ke laut.
Telinganya seakan mendengar jerit pilu para korban yang dicekam ketakutan. Ia juga menyaksikan bagaimana sebuah pulau tenggelam ke lautan, setelah gunung yang meledak itu mengirim abu dan puing ke angkasa.
Samson kemudian duduk di meja kerjanya, meraih sejumlah kertas, dan menuliskan mimpinya. Lalu, pulang, istirahat sampai mabuknya hilang.
Pagi berikutnya, seorang editor melihat catatannya, mengira peristiwa itu benar adanya. Kala itu, teknologi belum secanggih saat ini. Sang redaktur mengira Samson menyalin data tersebut dari kawat berita.
Â
Tanpa bertanya apa pun, tulisan Samson lantas dimuat dalam sebuah artikel, 8 kolom, dan disajikan di halaman depan!
Geger pun terjadi. Dengan cepat kisah gempa dahsyat yang disebabkan gunung meledak -- yang membuat Pulau Pralape tenggelam menyebar ke seantero Amerika Serikat juga dunia lewat telegram.
Pertanyaan demi pertanyaan ditujukan pada pihak koran, meminta informasi lebih rinci soal malapetaka yang menewaskan ribuan orang tersebut. Redaksi mencari pulau bernama Pralape di Samudera Hindia. Dan tak menemukannya.
Menyadari kesalahannya, Boston Globe menulis artikel ralat, yang berisi permohonan maaf dan menyatakan kabar tersebut tak benar.
Namun, beberapa hari kemudian, pada 27 Agustus 1883, tepat pukul 10.20, Krakatau meletus dahsyat.
Kekuatannya setara 150 megaton TNT, lebih 10.000 kali kekuatan bom atom yang meluluhlantakkan Hiroshima dan Nagasaki. Melenyapkan pulau dan memicu dua tsunami, dengan tinggi maksimal 40 meter, yang menewaskan lebih dari 35.000 orang.
"Beberapa tahun berikutnya, baru diketahui bahwa Krakatau punya nama lain dua abad sebelumnya. Ia disebut sebagai Pralape," demikian cuplikan artikel yang dimuat koran Gadsden Times, 7 Oktober 1966.
Saksikan juga video menarik berikut ini:
Advertisement