Liputan6.com, Tsuruga - Jepang menghentikan reaktor nuklir eksperimental yang pernah berfungsi selama 250 hari, meski telah berdiri selama 22 tahun dan memakan biaya US$ 9 miliar atau sekitar Rp 120,8 triliun.
Reaktor Monju yang berada di Fukui dirancang untuk membakar sebagian besar sisa bahan bakarnya, untuk menghilangkan kebutuhan dalam menangani limbah nuklir.
Baca Juga
Namun baru sebulan beroperasi, reaktor tersebut mengalami masalah dan sejak saat itu tidak dapat berfungsi dengan baik. Sementara untuk mengoperasikannya kembali, dibutuhkan dana hingga miliaran dolar untuk meningkatkan keamanannya.
Advertisement
"Kami telah memutuskan untuk menonaktifkan Monju karena untuk menghidupkannya kembali membutuhkan waktu dan biaya yang signifikan," ujar kepala sekretaris kabinet Jepang, Yoshihide Suga.
Namun para pejabat tak menyerah sama sekali, karena sebelumnya mereka mengharapkan reakor tersebut menjadi solusi bagi Jepang yang memiliki sedikit sumber daya energi alam.
Mereka diketahui akan mencari reaktor lain untuk menggantikan Monju, meski sejumlah pihak mengatakan bahwa Jepang harus menyerah dalam program tersebut dan beralih untuk menguburkan bahan bakar bekas secara langsung sebagai limbah.
Menurut laporan Japan Times, Monju akan menelan setidaknya 375 miliar yen (sekitar Rp 42,8 triliun) untuk menonaktifkannya dan baru dapat dibongkar sepenuhnya pada tahun 2047.
Sementara itu pejabat lokal menentang penghentian Monju, yang menghasilkan banyak subsidi dan menyediakan lapangan kerja.