Liputan6.com, Melbourne - Polisi Australia menggagalkan rencana pengeboman sebagian dari Melbourne pada Hari Natal, dalam serangan yang direncanakan dan terinspirasi oleh kelompok teror ISIS.
"Sebagai hasil dari penyelidikan ini, kami percaya telah menetralkan ancaman itu," kata Komisaris Kepolisian Victoria, Graham Ashton pada konferensi pers Jumat pagi waktu setempat seperti dikutip dari NBC News, Jumat (23/12/2016).
Baca Juga
Tujuh orang ditangkap dalam penggerebekan Senin 22 Desember di barat laut Melbourne, tetapi polisi mengatakan dua dari mereka kemudian dibebaskan tanpa dikenai dakwaan.
Advertisement
"Rencana serangan yang melibatkan peledak dan kemungkinan senjata pisau atau senjata, menargetkan wilayah jantung kota berpenduduk 4 juta. Termasuk daerah dekat Federation Square, Flinders Street Station dan Katedral St. Paul," jelas Ashton.
Polisi mengatakan mereka menemukan "benda diduga improvisasi alat peledak" saat melakukan razia. "Rencana itu juga melibatkan misi pengintaian dari daerah yang akan diserang," kata Ashton.
Perdana Menteri Australia Malcolm Turnbull menyebutnya itu sebagai salah satu plot teroris yang paling substansial yang mengganggu selama beberapa tahun terakhr. Ia pun bersumpah bahwa bangsanya tak akan gentar dengan ancaman terorisme.
Kota besar di seluruh dunia waspada setelah serangan truk maut ke pasar Natal di Berlin pada Senin 19 Desember malam, yang menewaskan 12 orang dan mencederai 49 lainnya. Polisi masih memburu pelakunya.
Antek ISIS?
Lima tersangka diduga terkait rencana serangan di Melbourne, Australia itu adalah laki-laki berusia antara 21 dan 26 tahun. Semuanya adalah warga Negeri Kanguru.
"Empat di antaranya lahir di Australia, sementara yang kelima lahir di Mesir," kata Ashton seraya menambahkan bahwa empat dari lima orang itu keturunan Lebanon.
"Para penyidik yakin para tersangka adalah kelompok radikal yang terinspirasi oleh ISIS dan propagandanya. Empat dari lima orang yang dituduh melakukan persiapan untuk merencanakan aksi teroris," imbuh Ashton.
Para tersangka sebelumnya sudah masuk dalam daftar 'Person of Interest' polisi Victoria dan badan-badan intelijen. Namun penyelidikan lebih lanjut dilakukan dua minggu terakhir.
"Jika rencana pengeboman berhasil dilakukan seperti yang direncanakan, maka akan menjadi serangan yang signifikan. Tidak ada keraguan tentang itu," jelas Ashton.
Victoria Premier Daniel Andrews mengecam plot pengeboman itu sebagai kejahatan atas ekspresi umat beragama, dan menyebut multikulturalisme Victoria lebih solid.
"Australia tengah menaikkan tingkat ancaman terorisme ke level 'probable'Â pada tahun 2014, menanggapi ancaman yang ditimbulkan oleh ISIS. Sejak itu 57 orang telah didakwa dalam 27 operasi kontra-teror di negara itu," papar PM MalcolmTurnbull.
Saksikan juga video menarik berikut ini:
Â