Liputan6.com, Santiago - Chile kembali diguncang gempa berkekuatan besar, 7,6 skala Richter (SR). Lindu di bagian selatan negara tersebut. Memicu ribuan orang di daerah pesisir yang terkenal jadi lokasi wisata dan budidaya salmon terpaksa mengungsi.
Gempa Chile tersebut menelan 4 korban jiwa, memutus aliran listrik di 5 provinsi, dan membelah jalan raya. Meski demikian, tak dilaporkan adanya kerusakan bangunan masif.
"Ada banyak guncangan terjadi namun tak ada rumah dan bangunan yang roboh. Apapun, itu kejadian yang menakutkan, lindu menjatuhkan apapun yang ada di sekitarku," kata Alamiro Vera, pemilik Cabanas Hotel di Quellon, Chile, Senin (26/12/2016) dikutip dari Reuters.
Advertisement
Gempa Chile kali ini mengingatkan kita pada musibah serupa di masa lampau. Yang bahkan memiliki kekuatan lebih besar.
Meski Chile rawan bencana, gempa belakangan ini tak sampai menyebabkan kerusakan masif dan merenggut banyak korban jiwa.
'Kekuatan membunuh' gempa di Chile seolah-olah tak mempan di negara itu. Mengapa demikian?
Belajar dari pengalaman masa lalu, negara di Amerika Selatan itu menerapkan mitigasi gempa dan aturan pendirian bangunan yang ketat.
Dalam laporan 2011, Kantor PBB untuk Pengurangan Risiko Bencana menyebut Chile sebagai negara dengan aturan pembangunan paling ketat. Pelaksanaannya yang sungguh-sungguh terbukti melindungi warga negaranya dari malapetaka.
Pemerintah Chile juga gencar menyiapkan warganya untuk menghadapi bencana. Sekitar 500.000 orang berpartisipasi dalam simulasi di bulan Mei 2012 di wilayah pesisir Valparaiso.
Selain Jepang, Chile diakui sebagai negara yang berhasil mengubah pengalaman buruk masa lalu menjadi pelajaran berharga, tentang bagaimana hidup berdampingan dengan gempa.
Berikut ini rekam jejak Chile berhadapan dengan bencana, seperti dikutip Liputan6.com dari beragam sumber:
Pernah Diguncang Gempa Terdahsyat di Dunia
Gempa terdahsyat di dunia terjadi pada 22 Mei 1960. Kala itu sekitar pukul 15.11 waktu setempat terjadi guncangan berkekuatan 9,5 SR -- lebih besar dari kekuatan gempa yang memicu tsunami di pesisir Aceh dan Samudera Hindia pada 24 Desember 2004 yang sebesar 9,1 SR.
Episentrum atau pusat gempa berada di lepas pantai dekat Canete, sekitar 900 km sebelah selatan Santiago, ibukota Chile. Lindu terjadi sebagai akibat subduksi lempeng Nazca ke bawah lempeng Amerika Selatan.
Akibatnya sungguh luar biasa, kehancuran terjadi di mana-mana. Terutama di Valdivia, di mana setengah bangunan yang ada di sana hancur lebur. Sehingga gempa itu disebut '1960 Valdivia Earthquake (Terremoto de Valdivia)' atau 'Great Chilean earthquake (Gran terremoto de Chile)'.
Tak hanya itu, korban yang selamat dari gempa harus menghadapi kejutan yang sama sekali tak dinanti: tsunami.
Sekitar 15 menit pascagempa, gelombang raksasa setinggi 25 meter menghantam wilayah pesisir. "Ribuan orang tewas," demikian dikabarkan kala itu, seperti dikutip dari situs CBS News.
"Seperempat penduduk Chile, atau lebih dari 2 juta orang, menjadi tunawisma. Seluruh kota porak poranda."
Diperkirakan jumlah korban tewas di Chile mencapai 1.655 orang. Termasuk saudagar paling kaya di Maullin, Ramon Atala. Meski selamat dari gempa, "ia kehilangan nyawa saat mencoba menyelamatkan barang berharga miliknya," demikian dimuat NOAA.
Gelombang kejut akibat gempa di Chile juga dirasakan seluruh dunia, memicu tsunami mematikan. Lalu, 15 jam kemudian, ombak raksasa menghantam Hilo dan Big Island di Hawaii -- yang jaraknya lebih dari 6.000 mil dari Chile. Akibatnya, 600 rumah rusak, 185 orang dinyatakan tewas atau hilang.
Tak berhenti sampai di situ. Sehari kemudian, tsunami setinggi lebih dari 5 meter menerjang Jepang, menewaskan 138 orang. Ombak gergasi lalu memantul, menyeberangi Samudera Pasifik, menuju Filipina -- menyebabkan 32 orang tewas atau hilang -- kemudian ke pantai barat AS dan menciptakan kerusakan di California.
Gempa Chile 1960 adalah yang terbesar yang pernah tercatat sepanjang sejarah, meski bukan yang terburuk.
Kala itu, untuk kali pertamanya, kekuatan dan daya jangkau sebuah gempa bisa dideteksi oleh sensor-sensor yang baru dipasang di sejumlah tempat di dunia -- yang sejatinya dimaksudkan untuk memonitor uji nuklir yang dilakukan oleh AS dan Uni Soviet.
"Saat gempa besar terjadi, ia melepas energi yang cukup untuk membuat Bumi berdering, hampir seperti lonceng. Itu yang terjadi setelah gempa Chile tahun 1960," kata Lucy Jones dari Badan Survei Geologi AS (USGS).
Gempa itu juga punya dampak lain. Membuat kota-kota rawan gempa, di Chile hingga California memperkuat aturan pendirian bangunan dan menciptakan sistem peringatan tsunami. Bencana dijadikan pelajaran berharga.
Advertisement
Gempa Dahsyat 'Hanya' Tewaskan 6 Orang
Selasa 1 April 2014 malam, rakyat Chile panik. Bumi yang mereka pijak berguncang hebat. Saat itu, gempa berkekuatan 8,2 skala Richter bergemuruh di lepas pantai dan memicu tsunami -- meski tak sedahsyat yang terjadi di Aceh.
Namun, meski mengalami bencana sehebat itu, 'hanya' 6 orang yang tewas. Aparat menyebut, 4 dari mereka meninggal gara-gara longsor yang dipicu gempa, listrik yang mati, dan kena serangan jantung gara-gara mendengar soal tsunami. Dua lainnya akibat tertabrak.
Padahal, itu bukan bencana sembarangan. Lindu membuat lebih dari 2.500 rumah mengalami kerusakan struktural di kota pelabuhan Iquique dan sekitarnya. Hampir 928.000 orang diungsikan.
Ketika gempa susulan 7,8 SR melanda Chile Rabu malam. Tidak ada yang cedera apalagi tewas.
Mengapa korban jiwa di Chile relatif sedikit? Jawabannya, negara itu menerapkan standar bangunan yang ketat. Rumah-rumah, gedung, dan infrastruktur lain tak mudah ambrol akibat guncangan. Tak ada dana pembangunan yang dikorup!
Ribuan rumah yang rusak akibat gempa 8,2 SR, sebagian besar dibangun dengan dispensasi standar memakai biaya subsidi pemerintah.
"Chile berada di kawasan seismik aktif di dunia, namun menerapkan standarisasi bangunan yang baik dan ketat. Mirip California," kata John Bellini, ahli geofisika dari USGS seperti dimuat CNN yang dikutip 3 April 2014.
"Karena itulah, kita semua menyaksikan kerusakan yang jauh lebih sedikit dari negara lain yang mengabaikan standar bangunan... itu mungkin salah satu alasan tak jatuh korban banyak meski terjadi gempa dengan kekuatan sebesar itu," sambungnya.
Rakyat Chile juga sudah biasa menghadapi bencana. Dan siap. "Mereka tahu apa yang harus dilakukan. Menganggap bencana bagian dari hidup mereka. Ditambah aturan bangunan yang ketat diterapkan. Mitigasi bencana adalah bagian dari budaya mereka," ujar John
Sebelumnya, pada 27 Februari 2010, gempa dengan kekuatan 8,8 skala Richter mengguncang Chile. Korbannya relatif banyak, sekitar 500 orang.
Apapun, korban jiwa yang jatuh di Chile tak sebanyak wilayah lain di dunia.
Sebulan sebelumnya, pada 12 Januari 2010, gempa dengan kekuatan 7,0 skala Richter menggucang Port-au-Prince, Haiti. Akibatnya jauh lebih tragis. Sebanyak 70 persen struktur di ibukota itu rata dengan tanah, 230 ribu orang tewas. Gempa yang lebih kecil dari apa yang terjadi di Chile.
"Dua kejadian tersebut adalah contoh sempurna dari perbedaan aturan pembangunan dan penegakkannya di 2 lokasi berbeda," kata Bellini. "Aturan dalam membangun memainkan peran penting untuk menentukan sejauh mana kerusakan dan kehancuran akibat gempa, juga jumlah korban."
Ring of Fire
Chile terletak di busur gunung berapi dan garis patahan yang mengelilingi Samudera Pasifik --atau lebih dikenal sebagai "Ring of Fire " (Cincin Api Pasifik).
Mark Simons, ahli geofisika di Caltech, Pasadena, California mengatakan, Chile sering mengalami letusan gunung api dan gempa bumi. Sejak 1973, lebih dari 10 kejadian gempa yang kekuatannya di atas 7 skala Richter.
Gempa yang terjadi Selasa lalu berguncang di garis patahan sepanjang pantai Chile yang terus-menerus bergeser dalam 140 tahun terakhir.