Liputan6.com, Changqin - Selama 50 tahun terakhir, seorang pria sepuh berusia 80 tahun di provinsi Zhejiang, China, merawat putranya yang menderita polio. Kisahnya merebak di dunia maya pada minggu lalu dan mengundang dukungan para netizen.
Menurut Qian Guanhua dari Desa Changqin di Kotamadya Yuxin, putranya yang bernama Qian Yougen mendapat diagnosa polio hanya seminggu setelah kelahirannya, didahului dengan demam tinggi.
Qian mengupayakan semuanya untuk menyelamatkan nyawa putranya. Namun, tak berhasil. Sejak saat itu, Yougen harus bergantung kepada ayahnya.
Advertisement
Baca Juga
Walaupun penuh kesulitan, Qian mengatakan bahwa tak pernah sekalipun ia berpikir meninggalkan putranya atau menyerahkan tanggungjawabnya sebagai orangtua kepada orang lain.
Dikutip dari Shanghaiist.com pada Rabu (28/12/2016), ada saja masalah merundung. Tangan kiri Qian cedera ketika bekerja di ladang sehingga kehilangan 3 jarinya.
Kecelakaan lain di ladang membutakan mata kanannya. Dengan bertambahnya usia, mata kirinya menderita katarak dan ia kesulitan melihat secara jelas.
Sementara itu, istri Qian mengidap tekanan darah tinggi dan penyakit jantung sehingga beban utama merawat putra mereka ada di pundaknya.
Baru-baru ini, Yougen mengalami retak pada rahang, sehingga harus dirawat di rumah sakit selama 1 bulan setelah pembedahan.
Sebagai hiburan, Qian membawakan alat yang merekam sejumlah cerita para tetangga. Para dokter dan pasien lain terharu melihat pengabdian Qian terhadap anaknya.
Saudara perempuan Yougen mengatakan, "Aku tidak melihat dia sebagai beban keluarga. Dia adalah bagian keluarga kami dan dia sekedar bergantung kepada bantuan kami."
Ia melanjutkan, "Menurutku, seandainya dia seorang yang sehat, maka dia juga akan membantu kalau kami yang sakit."
Qian menyuapi Yougen selama 50 tahun terakhir ini dan tidak melihat putranya sebagai beban. Ketika warga desa menganjurkannya untuk menyerahkan Yougen ke panti asuhan, Qian menolaknya.
Katanya, "Kalau orang tidak merawat putranya sendiri, siapa yang akan menolong melakukan itu?"
Ketika keluarganya sedang bekerja di pertanian, Yougen tinggal di rumah. Ketika mereka pulang, ia menyambut dan menceritakan tentang orang-orang desa yang datang berkunjung.
Yougen menyadari bahwa, tanpa ayah yang tanpa pamrih dan punya kesabaran 'seluas samudra', tak mungkin ia bisa hidup selama ini.
Tapi, ia tidak tahu sampai kapan sang ayah bisa terus mendampinginya menjalani kehidupan.