Sukses

Perdana, India Buka Sekolah untuk Kaum Transgender

Sahaj Internasional adalah sekolah pertama untuk kaum transgender di India.

Liputan6.com, Kerala - Untuk pertama kalinya, India membuka sebuah sekolah untuk kaum transgender. Tempat pendidikan yang dibangun di area perumahan kota Kochi ini sengaja diresmikan, untuk membantu mereka yang putus sekolah agar bisa menyelesaikan pendidikan.

Transgender kerap menghadapi diskriminasi dan dimusuhi di India, mengakibatkan sekitar setengah dari kaum transgender di sana gagal menyelesaikan sekolah.

Sahaj Internasional adalah sekolah pertama dari jenisnya di India. Sejauh ini sekolah tersebut akan menyambut 10 murid, berusia 25 hingga 50 tahun.

Nantinya para siswa di India itu akan dipersiapkan untuk ujian kelas 10 dan 12, tingkatan pendidikan normal untuk siswa berusia 15-16 tahun atau 17-18 tahun.

Di sekolah tersebut, kurikulumnya juga akan mencakup beberapa keterampilan kejuruan.

"Sekolah ini bertujuan membuat transgender itu memenuhi syarat untuk memeiliki pekerjaan yang layak dan hidup bermartabat," kata aktivis transgender Vijayraja Mallika, yang mengepalai sekolah Sahaj kepada BBC yang dikutip Sabtu (31/12/2016).

"Kami telah menerima enam calon siswa transgender sejauh ini, dari total 14 pelamar. Dari 10 kursi, kami telah memesan satu untuk wanita transgender dan difabel".

Sekolah itu dibuka oleh aktivis Kalki Subramaniam, yang adalah seorang wanita transgender. "Hari ini bersejarah bagi saya," ungkap Kalki.

2 dari 3 halaman

Pengajar dari Kaum Transgender

Sekolah Sahaj berada di Kerala, negara bagian India pertama yang mengadopsi kebijakan transgender melawan diskriminasi. Mempromosikan pendidikan inklusif, dan menawarkan operasi kelamin gratis di rumah sakit pemerintah setempat.

Organisasi penyelenggaranya mengatakan mereka telah mengatur sponsor untuk semua siswa, membayar makanan, akomodasi dan studinya.

Para guru yang mengabdi di sekolah Sahaj juga berasal dari komnunitas transgender -senagaja dirancang untuk melindungi dan menyemangati para murid.

Keputusan itu muncul setelah transgender pertama yang jadi kepala kampus India, Manabi Bandopadhyay, mengundurkan diri dari jabatannya. Ia mengklaim bahwa beberapa muridnya dan sesama guru merasa gelisah terhadap dirinya, hanya karena identitas seksualnya.

India memiliki sekitar dua juta orang transgender, dan pada tahun 2014 Mahkamah Agung negara itu memutuskan bahwa mereka memiliki hak yang sama di mata hukum. Termasuk untuk menikah dan mewarisi properti, memiliki pekerjaan layak dan bersekolah.

Meski demikian, kekerasan dan eksploitasi terhadap kaum transgender kerap terjadi di sana. Banyak dari mereka diusir dari rumah oleh keluarga, dipecat dari pekerjaan dan dipaksa menjadi pekerja seks, mengemis, atau menari di pesta pernikahan.

3 dari 3 halaman

Perjuangan Ditolak 700 Orang

Berdirinya sekolah Sahaj tak semudah yang dibayangkan, bahkan menemukan tempat untuk membangunnya menjadi sebuah tantangan tersendiri. Tak ada yang bersedia untuk menyewakan tempat untuk mereka.

"Kami mendekati sekitar 700 orang dan 51 rumah tangga, dan semua dari mereka menolak. Mereka sepertinya berpikir bahwa kami sedang mencari ruang untuk prostitusi," jelas Mallika.

Akhirnya, kami pun menemukan sebuah lokasi yang cocok.

Saat ini semua siswa pertama sekolah Sahaj berasal dari Kerala. Kendati demikian Mallika berharap nantinya akan ada murid dari luar negeri itu.

"Ini adalah pusat percontohan. Setelah terbukti berhasil, kami akan memperluas fasilitas dan mengakui lebih banyak orang, dari seluruh India," tutur Mallika.

"Kerala memiliki sekitar 25.000 transgender, dan 57% dari mereka terpaksa putus sekolah karena stigma buruk yang melekat. Mereka semua harusnya mendapatkan akomodasi inisiatif kebijakan yang layak."

Saksikan juga video menarik berikut ini: