Liputan6.com, Jakarta - Ulah pilot maskapai Citilink yang diduga kuat mabuk saat akan terbang menuai keprihatinan dunia. Bagaimana tidak, sebab ia membawa nyawa seluruh penumpang pesawat.
Akibat fatal itulah yang lantas menuai sorotan banyak pihak, tak terkecuali media asing.
Kasus serupa yang melanda maskapai Tanah Air lain juga pernah menjadi perhatian beberapa tahun sebelumnya. Berikut rangkumannya yang Liputan6.com himpun dari beragam sumber, Sabtu (31/12/2016):
Advertisement
1.Pilot Pengguna Narkoba
Pada 2012, saat Kapten S.S, seorang pilot Lion Air yang diduga bermasalah karena terkait penyalahgunaan narkoba.
Namanya dimuat media Asia One, dengan berita bertajuk 'Another Lion Air pilot arrested for drug use'.
Media tersebut mengulas S.S. tertangkap di kamar hotelnya dengan 0,04 gram sabu. Sebuah tes urine menunjukkan bahwa ia positif mengkonsumsi narkoba.
Pilot dari maskapai Lion Air tertangkap basah sedang menghisap shabu di kamar Hotel Garden Palace Surabaya, Jawa Timur, 4 Februari 2015.
"Penggerebekan dipimpin langsung BNN (Badan Narkotika Nasional) dari Jakarta beserta gabungan dari BNN Provinsi Jawa Timur serta Direktorat Reserse Narkoba Polda Jatim," ujar Ketua BNN Jatim Komisaris Besar Polisi Jan De Fretes. Saat penggerebekan SS sedang ada di kamar seorang diri.
Karena mendapatkan informasi sebelum digerebek sedang bermain kartu bersama tiga rekannya, petugas juga memeriksa ketiganya. "Tapi tiga rekannya negatif narkoba, sehingga kami lepaskan dan hanya SS saja yang diperiksa lebih lanjut," papar mantan Direktur Reserse Narkoba Polda Jatim itu.
Menurut dia pemeriksaan tidak dilakukan di Jatim, melainkan di Jakarta dan ditangani BNN Pusat. "Sudah dibawa ke Jakarta dan akan dilakukan pemeriksaan disana. Kami terus melakukan langkah-langkah untuk mencegah peredaran narkoba di kalangan manapun, khususnya di Jatim," katanya.
Advertisement
2. Desahan Pramugari
Ulah lainnya adalah kasus desahan pramugari di maskapai Lion Air. Salah satu artikel media Inggris, Daily Mail bertajuk 'Pilot banned from flying after 'offering divorced AIR HOSTESS as compensation for a delay on a flight to Bali'memuat berita terkait.
Dari News.com.au, 21Â November 2015, media Australia ini menuliskan kasus tersebut memicu maskapai penerbangan murah terbesar Indonesia itu melakukan penyelidikan internal.
"Kopilotnya sudah dilarang terbang," tulis media dari Negeri Kanguru itu mengutip pernyataan Direktur Lion Air Edward Sirait dalam sebuah pernyataan.
Seluruh penumpang JT 990 rute penerbangan Surabaya-Denpasar yang terbang pada pukul 21.30 WIB, Sabtu 14 Nobember 2015, seketika terkejut. Mereka saling menatap satu sama lain.
Tidak ada kata yang keluar dari mulut para penumpang Lion Air itu selain keheranan. Ada yang tidak biasa dari nada yang keluar dari pengeras suara.
"Terdengar suara aneh dan mendesah-desah dari speaker kabin selama perjalanan," tulis Lambertus dalam laman bandara.web.id, Minggu 15 November dan diunggah sekitar pukul 10.46 WIB.
Suara desah juga membuat jantung penumpang berdebar. Penumpang khawatir akan keselamatannya selama dalam perjalanan.
Tidak terima dengan perlakuan kru maskapai swasta nasional bertarif rendah tersebut, Lambertus dan beberapa penumpang lain akhirnya memutuskan untuk mengklarifikasi langsung dengan pilot dan kopilot sesampainya di Ngurah Rai, Denpasar.
Tapi apa daya, pilot yang bertanggung jawab selama penerbangan tersebut menolak untuk menemui penumpangnya. Akhirnya, Lambertus memutuskan untuk menuliskan 'kisah pahit'-nya itu di laman bandara-web.id.
Â
3. Pilot Mabuk?
Kasus mabuk pilot Citilink dimuat Daily Mail dalam artikel 'Thish is your captain shpeaking... Shocking video emerges showing a 'drunk' pilot stumbling through security before making incoherent cockpit announcement'.
Media tersebut memosting video yang diduga menunjukkan Kapten Tekad Purna, pilot maskapai penerbangan murah Indonesia Citilink, berjalan sempoyongan dan tak sadar jika barang-barangnya berjatuhan usai pemeriksaan keamanan di bandara Surabaya.
Saat pesawat bersiap lepas landas, penumpang protes dan mendesak pilot itu segera diganti karena bicaranya tak jelas dan diduga mabuk.
Keanehan tak berhenti di situ. Saat memberikan pengumuman, pilot sepenuhnya menggunakan bahasa Inggris dan terbata-bata.
"Itu kapten pilot langsung pakai bahasa Inggris, terbata-bata, menyebutkan namanya saja susah. Padahal kan harusnya bahasa Indonesia dulu terus Inggris. Awalnya saya engga ngeh, tapi setelah diperhatikan wah ini ada yang tidak beres," kata Sutarto.
Kondisi ini, lanjut Sutarto, membuat penumpang mulai resah. Sebab, tingkah laku sang pilot ganjil dan tidak sesuai prosedur.
Advertisement