Liputan6.com, Damaskus - Kelompok pemberontak Suriah menyebut pihaknya menangguhkan partisipasinya dalam perundingan damai di Astana, Kazakhstan, yang direncanakan Rusia dan Turki pada akhir bulan Januari ini.
Dalam sebuah pernyataan, para pemberontak mengatakan banyak dan besarnya pelanggaran gencatan senjata oleh pemerintah Suriah merupakan alasan atas tindakan mereka.
"Rezim dan sekutunya terus melanjutkan serangan dan melakukan banyak pelanggaran," ujar pernyataan yang ditandangani sejumlah kelompok pemberontak Suriah pada Senin, 2 Januari 2017.
Advertisement
"Karena pelanggaran ini terus berlanjut, faksi-faksi pemberontak mengumumkan...pembekuan semua diskusi terkait dengan negosiasi Astana," ujar mereka seperti dilansir BBC.
Pernyataan itu menyorot pertempuran di wilayah yang dikuasai pemberontak, yakni Wadi Barada di dekat Damaskus.
Seperti dikutip dari Reuters, Selasa (3/1/2017), para pemberontak menuduh pemerintah dan sekutunya berusaha merebut kembali daerah tersebut. Wadi Barada yang terletak di rute pasokan utama dari Lebanon ke ibu kota Suriah yang digunakan Hizbullah merupakan wilayah yang menyediakan pasokan air ke Damaskus.
Pada malam tahun baru, Dewan Keamanan PBB dengan suara bulat menyambut upaya Rusia-Turki untuk mengakhiri pertempuran Suriah dan mengadakan perundingan damai Astana.
Kesepakatan gencatan senjata yang baru tersebut berlaku di seluruh Suriah, tapi tidak termasuk untuk militan ISIS, Jabhat Fateh al-Sham (JFS), dan milisi YPG Kurdi.
Seperti sebelumnya, gencatan senjata tersebut memang telah goyah sejak awal, di tambah dengan pecahnya kekerasan di beberapa daerah.
Kelompok pemberontak mempertanyakan kemampuan Rusia untuk memaksa Rezim Assad dan sekutu mereka untuk mematuhi ketentuan kesepatakan gencatan senjata Suriah.