Sukses

Darurat Pascakudeta Militer Turki Diperpanjang 3 Bulan, Ada Apa?

Turki dalam status darurat untuk menindak jaringan terkait ulama muslim Fethullah Gulen. Pria yang dituduh dalang kudeta militer.

Liputan6.com, Istanbul - Parlemen memutuskan untuk memperpanjang keadaan darurat pascakudeta militer gagal Turki pada 15 Juli 2016.

Parlemen Turki pada Selasa, 3 Januari 2017 telah menyetujui perpanjangan kekuasaan darurat pemerintah sampai 20 April. Keputusan itu diambil setelah pemungutan suara oleh partai legislator dan nasionalis negara.

Turki berada dalam status keadaan darurat untuk menindak jaringan yang terkait dengan Fethullah Gulen. Ulama besar Turki itu dituduh mendalangi kudeta, meski Gulen telah membantah keterlibatannya dalam hal apa pun.

Di lain pihak, kritikus pemerintah berpendapat Presiden Recep Tayyip Erdogan memanfaatkan aturan darurat sebagai tindakan keras pada lawan politiknya, termasuk para politikus pro-Kurdi.

Sebanyak 41.000 orang telah ditangkap. Lebih dari 100.000 lainnya dipecat atau ditangguhkan dari pekerjaan pemerintah, sementara ratusan media, asosiasi, dan bisnis telah ditutup selama masa darurat. Mereka yang ditargetkan diduga memiliki hubungan dengan organisasi teror.

Presiden Erdogan mengumumkan Turki dalam keadaan darurat selama tiga bulan pascakudeta gagal yang terjadi pada 15 Juli lalu.

"Warga tidak perlu memikirkan hal-hal berkaitan dengan demokrasi, supremasi hukum, hak dan kebebasan dasar," demikian pernyataan Erdogan seperti dilansir dari New York Post, Kamis, 21 Juli 2016.

Menurut dia, status negara dalam keadaan darurat akan melindungi warga dari serangan. Berpidato dari ibu kota Ankara, Erdogan memuji mereka yang tewas terbunuh dalam melawan kudeta militer Turki dan menyebutnya sebagai martir.

"Negara tidak akan melupakan mereka yang dengan keberanian mengorbankan hidup di perlawanan epik pada malam itu," ucap Erdogan.

Erdogan juga menegaskan, negara-negara asing lainnya dilarang mencampuri urusan Turki.

"Negeri ini punya hak untuk menentukan nasibnya sendiri," tutur Erdogan.

Presiden Turki tiga periode tersebut berbicara di depan umum setelah menggelar pertemuan dengan majelis keamanan nasional dan kabinetnya.

Sebelum mengumumkan negara dalam keadaan darurat, Erdogan juga memperingatkan akan melakukan penangkapan lain, terutama mereka yang mendukung ulama Fethullah Gulen.