Liputan6, Warsawa: Nicolaus Copernicus, astronom yang kontroversial karena temuannya soal alam semesta disebut Gereja Katolik Roma sebagai sesat, dimakamkan kembali oleh petinggi gereja Katolik sebagai sosok terhormat, Sabtu (22/5). Ini hampir 500 tahun berlalu setelah dia dikuburkan dalam sebuah makam tak bertanda.
Copernicus, yang hidup sekitar 1473-1543, meninggal sebagai seorang astronom yang tidak terlalu dikenal. Ia bekerja di kota terpencil di Polandia utara, jauh dari pusat intelektual di Eropa. Copernicus menghabiskan waktu selama bertahun-tahun bekerja dalam mengembangkan teorinya, yang kemudian dikutuk sebagai penyesatan oleh gereja karena menghapuskan teori manusia dan bumi dari posisi utama dalam alam semesta.
Model revolusionernya didasarkan pada perhitungan matematika yang terperinci dan pengamatan langit tanpa menggunakan alat apa pun karena teleskop belum ditemukan pada saat itu. Setelah kematiannya, jenazah Copernicus bersemayam di sebuah makam tak bertanda di bawah lantai katedral di Frombork, di pantai Baltik Polandia.
Kini, jenazahnya diberkati air suci oleh beberapa pastor. Sebuah batu nisan granit berwarna hitam menghiasi kuburan Copernicus sebagai tanda bahwa ia tidak hanya penemu teori heliosentris, tapi juga seorang kanon gereja, seorang ulama dengan level di bawah seorang imam.
Atas desakan seorang uskup setempat, para ilmuwan mulai mencari mayat Copernicus pada 2004 dan akhirnya tengkorak dan tulang seorang pria yang mati saat berusia 70 tahun ditemukan-usia Copernicus ketika ia meninggal. Pada tahap selanjutnya, dilakukan tes DNA dengan mengambil gigi dan tulang kemudian mencocokkan dengan rambut yang ditemukan di salah satu bukunya. Akhirnya disimpulkan, kemungkinan besar mereka telah menemukan Copernicus. (Japantoday/YUS)
Copernicus, yang hidup sekitar 1473-1543, meninggal sebagai seorang astronom yang tidak terlalu dikenal. Ia bekerja di kota terpencil di Polandia utara, jauh dari pusat intelektual di Eropa. Copernicus menghabiskan waktu selama bertahun-tahun bekerja dalam mengembangkan teorinya, yang kemudian dikutuk sebagai penyesatan oleh gereja karena menghapuskan teori manusia dan bumi dari posisi utama dalam alam semesta.
Model revolusionernya didasarkan pada perhitungan matematika yang terperinci dan pengamatan langit tanpa menggunakan alat apa pun karena teleskop belum ditemukan pada saat itu. Setelah kematiannya, jenazah Copernicus bersemayam di sebuah makam tak bertanda di bawah lantai katedral di Frombork, di pantai Baltik Polandia.
Kini, jenazahnya diberkati air suci oleh beberapa pastor. Sebuah batu nisan granit berwarna hitam menghiasi kuburan Copernicus sebagai tanda bahwa ia tidak hanya penemu teori heliosentris, tapi juga seorang kanon gereja, seorang ulama dengan level di bawah seorang imam.
Atas desakan seorang uskup setempat, para ilmuwan mulai mencari mayat Copernicus pada 2004 dan akhirnya tengkorak dan tulang seorang pria yang mati saat berusia 70 tahun ditemukan-usia Copernicus ketika ia meninggal. Pada tahap selanjutnya, dilakukan tes DNA dengan mengambil gigi dan tulang kemudian mencocokkan dengan rambut yang ditemukan di salah satu bukunya. Akhirnya disimpulkan, kemungkinan besar mereka telah menemukan Copernicus. (Japantoday/YUS)