Liputan6.com, Beijing - Para pejabat di China timur berupaya membatasi biaya mahar yang kian melambung. Hal itu dilakukan dengan merekomendasikan harga maksimum yang harus dibayar pengantin pria kepada keluarga pasangannya.
Dalam beberapa dekade terakhir, telah menjadi tren di China bagi pria untuk memberi calon istrinya sejumlah uang tunai.
Baca Juga
Namun 'harga pengantin perempuan' telah meningkat, terutama di wilayah pedesaan yang hanya terdapat lebih sedikit calon mempelai perempuan. Mahar di beberapa tempat dapat mencapai 100.000 yuan atau sekitar Rp 193,9 juta.
Advertisement
Dikutip dari BBC, Kamis (5/1/2017), otoritas di Taiqan, Provinsi Henan, ingin biaya pernikahan tak se-ekstrem sekarang. Peraturan baru menyebut, harga pengantin perempuan tak melebihi 60.000 yuan (sekitar Rp 116,3 juta).
Tak hanya itu, mereka juga menyerukan agar pesta pernikahan dilaksanakan sederhana. Menurut rincian, resepsi tak boleh terdiri dari 10 meja undangan dan maksimal mobil yang terlibat dalam kegiatan berjumlah enam orang.
Menurut laporan National Radio, tidak ada hukuman bagi mereka yang mengabaikan saran tersebut. Namun penyelenggara pernikahan dan komite Partai Komunis setempat telah diberitahu untuk segera campur tangan.
Namun tak semua pengguna media sosial menyambut peraturan baru tersebut, di mana banyak di antara mereka yang mengatakan bahwa pemerintah tak memiliki hak untuk terlibat.
"Peraturan itu dibuat untuk niat yang baik, namun seberapa banyak uang yang sebuah keluarga ingin beri merupakan suatu hal pribadi," ujar salah satu netizen.
"Hukum mana yang mengizinkan pemerintah untuk masuk ke persoalan keluarga?" ujar netizen lain.
Tapi beberapa orang menanggapi peraturan yang dibuat Pemerintah China itu dengan lebih positif. "Bagi mereka yang tak mampu untuk menikah, ini adalah berita baik," tulis pengguna media sosial lain.