Sukses

Irak: 70 Persen Mosul Timur Berhasil Dibebaskan dari ISIS

Sementara di Mosul ISIS kian terdesak, kelompok teroris itu melancarkan serangan ke sejumlah kawasan lain di Irak.

Liputan6.com, Baghdad - Pasukan Irak telah berhasil merebut kembali sekitar 70 persen wilayah Mosul timur dari tangan ISIS. Dan menurut komandan operasi gabungan Irak dalam beberapa hari mendatang, pasukan diharapkan dapat mencapai sungai yang membelah kota itu.

Letnan Jenderal Thalib Shaghati, Kepala Dinas Kontra-Terorisme Elite (CTS) yang menjadi ujung tombak kampanye dalam merebut kembali Mosul menyebutkan, kerja sama dari warga sangat membantu kemajuan operasi mereka.

Dalam pekan ke-12 serangan merebut kembali Mosul, pasukan Irak yang didukung koalisi pimpinan Amerika Serikat (AS) berhasil memaksa masuk lebih dalam ke kota. Mereka sukses "membersihkan" sejumlah distrik meski mendapat perlawanan sengit.

"Kira-kira 65-70 persen di sisi timur berhasil dibebaskan (dari ISIS). Perkiraan saya dalam beberapa hari mendatang kita akan meraih pembebasan penuh di bagian timur," kata Shaghati seperti dilansir Reuters, Kamis, (5/1/2017).

Sementara pertahanan ISIS di bagian timur goyah, kelompok teroris itu masih memegang kendali penuh di barat. Di sana mereka melakukan perlawanan dengan menempatkan penembak jitu dan melakukan "ratusan" serangan bom mobil.

Pertempuran untuk merebut kembali kota Mosul yang melibatkan 100.000 pasukan darat yang terdiri dari militer Irak, pasukan Kurdi, dan militan Syiah dinilai merupakan perang paling kompleks yang terjadi di negara itu sejak invasi pada tahun 2003.

Komandan koalisi pimpinan AS yang terlibat dalam perang di Mosul mengatakan, kemajuan di lapangan meningkat karena koordinasi pihak-pihak yang terlibat semakin baik. Menurutnya pasukan Irak telah menaikkan kemampuan mereka dalam menghadapi serangan bom mobil ISIS.

ISIS kalah jumlah dibanding pasukan lawan. Namun mereka mendapat keuntungan dari medan tempur perkotaan di mana mereka menyimpan bom mobil di gang-gang sempit dan menempatkan penembak jitu di gedung-gedung tinggi dengan warga di lantai bawah.

Anggota ISIS juga membuat terowongan dan jalan tembus antar-gedung. Mereka juga berbaur dengan penduduk setempat.

2 dari 2 halaman

Perisai Manusia

Kehadiran sejumlah besar warga sipil di medan perang telah membatasi pasukan Irak untuk menggunakan artileri. Namun tak jarang warga juga banyak membantu untuk menargetkan para militan.

"Mereka telah memberikan informasi tentang lokasi, pergerakan, dan senjata para teroris untuk membantu kami mengejar, menangkap, dan membunuh mereka," kata Shaghati.

Terkait upaya perebutan kembali kota Mosul, para pejabat Irak berharap warga dapat bangkit dan melawan ISIS hingga mempercepat "kematian" kelompok itu.

Kelak, kemenangan Irak di Mosul disebut-sebut akan menjadi akhir cerita ISIS yang dipimpin Abu Bakr al-Baghdadi. Meski demikian dalam beberapa hari terakhir, kelompok itu menunjukkan taktik lain jika mereka kehilangan Mosul, yakni menyerang wilayah lain.

Puluhan orang dilaporkan tewas akibat bom di Baghdad dan penyerangan terhadap pasukan keamanan juga terjadi di kawasan lain di Irak. Yang terbaru, ISIS mengklaim serangan yang menewaskan enam orang pada Kamis waktu setempat di pinggiran timur kota Baghdad.

Unit CTS masuk ke Mosul timur pada akhir Oktober dan dengan cepat membuat kemajuan. Sementara pasukan reguler yang bertugas menembus pertahanan ISIS dari utara dan selatan bergerak lebih lambat bahkan operasi mereka sempat terhenti selama beberapa minggu.

CTS yang memiliki sekitar 10.000 anggota didirikan satu dekade lalu dengan dukungan dari pasukan AS. Unit ini dinilai sebagai pasukan terlatih dan bersenjata terbaik di Irak.

Shaghati menggambarkan peran koalisi internasional yang memberikan dukungan lewat udara dan pengarahan kepada pasukan Irak sebagai tindakan "luar biasa." Ia menegaskan bahwa tekanan akan membuat ISIS runtuh.

"ISIS menyusun banyak rencana untuk menghalangi dan memblokade kami, tapi mereka gagal. Kami mampu mengungguli mereka dan sejumlah daerah dapat dibebaskan dengan cepat. Kami memiliki informasi intelijen bahwa pemimpin ISIS dan keluarga mereka telah melarikan diri ke luar Irak," tutur Shaghati.