Sukses

'Dalang' Penyanderaan Kafe Bangladesh Tewas Saat Baku Tembak

Salah satu pria yang diduga kuat dalang penyerangan sebuah kafe di Dhaka, Bangladesh pada Juli 2016 tewas tertembak.

Liputan6.com, Dhaka - Salah satu pria yang diduga kuat dalang penyanderaan di kafe Bangladesh pada Juli 2016 tewas dalam baku tembak dengan polisi. Informasi itu disampaikan oleh kepolisian setempat.

Pria yang diidentifikasi sebagai Nurul Islam Marzan dan seorang pria tak dikenal tewas Jumat dini hari di Dhaka.

Dilansir dari BBC, Jumat (6/1/2017), jasad para pria itu ditemukan setelah polisi anti-terorisme menggerebek dan menyerbu sebuah bangunan di daerah Rayer Bazar. Mereka terlibat baku tembak.

Marzan disebut-sebut sebagai seorang tokoh senior di kelompok militan Jamayetul Mujahideen Bangladesh (JMB). Ia diyakini sebagai komandan operasional serangan.

Pria berusia sekitar 30 tahun itu bergabung dengan cabang JMB pada tahun 2015, setelah putus kuliah jurusan bahasa Arab di Chittagong University.

Ia diduga telah merencanakannya dengan Tamim Ahmed Chowdhury, warga Bangladesh keturunan Kanada yang tewas dalam penggerebekan polisi di dekat Dhaka pada Agustus 2016.

Chowdhury dan tiga tersangka militan lainnya tewas dalam penggerebekan akhir Agustus 2016 lalu.

"Tamim Chowdhury sudah mati," kata perwira senior polisi, Sanwar Hossain.

Penggerebekan pada hari Sabtu itu terjadi di Naraynganj, di pinggiran Dhaka.

"Dia adalah ... dalang serangan dan pemimpin JMB (Jamaat-ul-Mujahideen Bangladesh/Jamayetul Mujahideen Bangladesh atau JMB)," imbuh Hossain.

"Polisi sebelumnya terlibat dalam baku tembak selama satu jam dengan ekstremis di Paikpara di Narayanganj, 25 km (16 mil) selatan Dhaka," tambah dia.

Chowdhury kembali ke Bangladesh dari Kanada pada tahun 2013.

Insiden penyanderaan di kafe Bangladesh itu terjadi pada 1 Juli, saat itu militan memasuki Holey Artisan Bakery di Dhaka. Mereka lalu menyandera para pengunjung selama 12 jam sebelum polisi menyerbu kafe, menewaskan lima militan yang beraksi.

Sebanyak 20 sandera dan dua petugas polisi tewas dalam serangan yang disebut sebagai yang terburuk dalam sejarah negara itu.

Kelompok militan ISIS mengaku bertanggung jawab atas serangan itu. Namun pemerintah membantah klaim tersebut, mengatakan itu adalah ulah militan domestik dari kelompok JMB.

Sejak serangan itu, pihak berwenang mengambil tindakan keras terhadap para militan. Puluhan dari mereka tewas, kebanyakan dari mereka adalah anggota senior JMB.