Sukses

5 Tragedi Penerbangan yang Dipicu Ulah Bunuh Diri Pilot

Bunuh diri seorang pilot selagi dalam penerbangan memang bukan hal yang lazim, tapi ada beberapa tragedi karenanya.

Liputan6.com, New York - Walaupun ada temuan sejumlah benda yang diduga berasal darp penerbangan Malaysia Airlines 370, hilangnya pesawat itu masih membingungkan para penyidik hingga sekarang.

Muncul sejumlah dugaan bahwa pilot MH370 sengaja menghujamkan pesawatnya ke Samudra Hindia seperti tindakan bunuh diri.

Bunuh diri seorang pilot selagi dalam penerbangan memang bukan hal yang lazim. Tapi, seperti diringkas dari Listverse.com pada Jumat (6/1/2016) ada sejumlah dugaan bunuh diri yang melibatkan penerbangan komersial seperti berikut:

2 dari 6 halaman

1. Penerbangan Germanwings 9525

(Sumber Daily Mail)

Penerbangan Germanwings 9525 jatuh ke pegunungan Alpen Prancis pada 24 Maret 2015. Para penyidik dengan cepat menyimpulkan bahwa penerbangan yang berangkat dari Barcelona ke Dusseldorf itu memang sengaja diterbangkan ke arah pegunungan oleh kopilot Andreas Lubitz.

Secara keseluruhan ada 150 orang meninggal dunia dalam musibah itu.

Sesaat setelah kontak terakhir dengan pengendali lalu lintas udara (ATC) pada pukul 9.30 pagi, pilot meninggalkan kokpit.

Pada saat itu, pesawat berada pada ketinggian 12.000 meter. Lubitz kemudian mengunci dirinya dalam kokpit dan mengubah sistem pemantauan penerbangan agar pesawatnya menurunkan ketinggian.

Sebelum kecelakaan itu, para penyidik telah mengetahui bahwa Lubitz mempelajari secara daring kata-kata "bunuh diri" dan "pintu kokpit". Dan iapun pernah mendapatkan penanganan "kecenderungan bunuh diri" sebelum ia mendapatkan lisensi sebagai pilot.

3 dari 6 halaman

2. Japan Airlines Penerbangan 350

(Sumber A dose of Theodore Dalrymple)

Pada 1982, Kapten Seiki Katagiri yang saat itu berusia 35 tahun nyaris melakukan bencana yang lebih besar. Pilot yang memiliki riwayat gangguan mental, termasuk indikasi kemungkinan psikosis atau sosiopati, itu sengaja menabrakan pesawatnya.

Kopilot Yoshifumi Ishikawa dan mekanik penerbangan Yoshimi Ozaki bertarung dengan Katagiri untuk meraih kembali kendali pesawat agar menghentikannya dari hujaman, tapi gagal.

Akhirnya, pesawat jatuh di Teluk Tokyo dan menewaskan 24 di antara 166 orang di dalamnya.

Walaupun para dokter penerbangan pernah menyatakan Katagiri sehat untuk terbang, ia dinyatakan tidak bersalah saat pengadilan dengan alasan kegilaan.

Setelah ditangani selama beberapa tahun di suatu rumah sakit jiwa, sekarang Katagiri tinggal bersama istrinya di sebuah rumah menghadap Gunung Fuji.

4 dari 6 halaman

3. LAM Mozambique Airlines Penerbangan 470

(Sumber Xinhua via AllAfrica.com)

Pada 29 November 2013, selagi dalam perjalanan dari Bandara Internasional Maputo ke Bandara Quatro de Fevereiro di Luanda, Angola, Kapten Herminio dos Santos Fernandes mengubah sistem otopilot pesawat agar bisa langsung mengarahkannya ke rawa-rawa Taman Nasional Bwabwata di Namibia.

Sebagaimana halnya dengan kejadian-kejadian bunuh diri lain oleh pilot, Fernandes mengunci dirinya di dalam kokpit agar bisa menabrakkan pesawat tanpa diganggu.

Saat pesawat akhirnya jatuh setelah turun dari 12.000 meter ke 180 meter hingga kehilangan kecepatan, semua orang --ada 33 orang--dalam pesawat meninggal dunia.

LAM memang bukan penerbangan yang disarankan dan dilarang terbang dalam wilayah udara Eropa, tapi kecelakaan Penerbangan 470 merupakan kecelakaan besar pertama sejak 1970-an.

Hingga sekarang, motivasi Fernandes tidak pernah diketahui. Kabar yang sekedar dugaan menyebutkan masalah rumah tangga dan depresi yang memicunya melakukan tindakan nekat.

5 dari 6 halaman

4. Kecelakaan Air Botswana 1999

(Sumber Bureau of Aircraft Accidents Archives)

Dalam suatu misi bunuh diri pada 11 Oktober 1999, pilot Chris Phatswe menghancurkan sejumlah pesawat milik penerbangan Bostwana. Hanya tersisa 1 pesawat.

Saat itu, ia memimpin penerbangan menggunakan Aerospatiale ATR 42-320 yang berangkat dari Bandara Sir Seretse Khama di Gabarone. Selama hampir 2 jam, Phatswe berkeliling di angkasa sebelum mengirim pesan radio kepada menara pengendali. Katanya, "Saya bermaksud membunuh diri saya."

Setelah perbincangan panjang, bahkan hubungan langsung Phatswe dengan wakil presiden Bostwana, ia menghujamkan pesawat itu ke landasan pacu bandara dan menewaskan dirinya sambil merusak 2 pesawat ATR-42 lain.

Hanya beberapa jam setelah kecelakaan, harian di seluruh dunai menyebut Phatswe "kesal" dan marah kepada para pejabat Air Bostwana karena menangguhkan izin terbangnya terkait masalah kesehatan.

Sejumlah pihak lain membahas isu seperti depresi dan gangguan mental pada umumnya. Hingga sekarang, motivasi Phatswe tidak pernah benar-benar ketahuan.

6 dari 6 halaman

5. SilkAir Penerbangan 185

(Sumber National Transportation Safety Committee)

Jatuhnya Boeing 737 milik SilkAir pada 19 Desember 1997 membuat bingung para pakar kecelakaan penerbangan, bahkan hingga sekarang. Pesawat itu masih baru dan dioperasikan oleh perusahaan dengan reputasi tinggi terkait keselamatan dan perawatan.

Udara sedang cerah saat itu dan pesawat sedang menjelajah pada ketinggian 11 ribu kilometer di atas Indonesia dalam penerbangan ke Singapura.

Mendadak, pesawat itu menghujam dalam kecepatan supersonik. Ketika pesawat menghujam sungai Musi di Palembang, semua 104 orang dalam pesawat meninggal seketika.

Perlahan-lahan, para penyidik mulai mengumpulkan bukti. Mereka mengungkapkan bahwa pada 16.05 sore, Kapten Tsu Way Ming meninggalkan kokpit menuju kabin penumpang untuk segelas air. Pesawat berada di bawah kendali penuh kopilot Duncan Ward.

Hanya dalam beberapa detik, perekam penerbangan mati. Pada 4.11 sore, sekitar 6 menit setelah perekam suara kokpit berhenti, alat perekam data penerbangan juga berhenti bekerja.

Walaupun laporan resmi pihak Indonesia menyebutkan bahwa jatuhnya pesawat itu merupakan kecelakaan, para penyidik Amerika Serikat menduga bahwa Ming sengaja memutus perangkat integral dalam kokpit dan tidak melakukan apapun untuk menghentikan jatuhnya pesawat.