Liputan6.com, Washington DC- Michelle Obama menyampaikan pidato terakhirnya sebagai Ibu Negara Amerika Serikat pada Jumat 6 Januari 2017 waktu setempat. Menahan tangis haru, perempuan luar biasa itu merefleksikan pengalamannya selama delapan tahun di Gedung Putih.
"Menjadi ibu negara bagi Anda sekalian adalah kehormatan terbesar dalam hidup saya," kata Michelle Obama di depan para audiens yang sebagian adalah pendidik di East Room Gedung Putih, seperti dikutip dari The New York Times, Minggu (8/1/2017).
Dengan mata berkaca-kaca, ia melanjutkan, "Dan semoga saya telah membuat Anda bangga."
Pidato Nyonya Obama yang disampaikan selama 21 menit juga menyampaikan seruan dan ajakan demi terciptanya harapan dan inklusivitas di tengah warga AS, untuk mengatasi ketakutan dan perpecahan yang sedang terjadi.
Meski tak menyebut nama, sejumlah orang menduga, teguran implisit Michelle Obama terarah para Donald Trump, yang pada 20 Januari 2017 mendatang akan resmi menjadi Presiden ke-45 AS.
Teguran tersebut disampaikan dengan tenang namun tegas, menggunakan bahasa yang aspiratif -- yang mengingatkan pada penampilan cemerlang Michelle Obama selama masa kampanye 2016.
"Keberagaman kita yang kaya -- agama, warna, dan kepercayaan -- bukan merupakan ancaman terhadap diri kita, melainkan ikut menentukan siapa diri kita sesungguhnya," kata Michelle Obama.
Pesan khusus juga disampaikan pada para generasi muda AS.
Baca Juga
"Kepada generasi muda di sini, maupun di luar sana, jangan pernah izinkan siapapun membuat kalian merasa tak dianggap, atau seakan kalian tak punya tempat dalam sejarah AS karena apa yang kita lakukan. Kalian semua punya hak untuk menjadi diri sendiri."
Pidato itu menjadi kata-kata perpisahan yang memiliki kesan kuat bagi ibu dua putri yang sedang beranjak remaja. Ia yang sebelumnya menghindari politik partisan -- dalam delapan tahun -- menjelma menjadi first lady yang populer dan berpengaruh.
Selama bulan-bulan terakhir masa kepresidenan suaminya, Michelle Obama menjadi juru kampanye tangguh bagi capres Demokrat, Hillary Clinton yang menjadi lawan Donald Trump.
Michelle Obama bahkan digadang-gadang untuk maju sebagai capres dalam Pemilu 2020 mendatang -- sesuatu yang ditolaknya.
Suara Michelle Obama dalam pidato kian berat saat perempuan yang tinggal di sisi selatan Chicago dan menjadi generasi pertama keluarganya yang kuliah itu bicara soal sang ayah -- yang menjadi teladan tentang kekuatan harapan dan memanfaatkan kesempatan yang ada.
"Harapan bagi orang-orang seperti ayah saya, yang bangun pagi setiap hari untuk bekerja di pabrik pengolahan air, adalah cita-cita bahwa anak-anaknya suatu hari akan kuliah dan mendapatkan kesempatan meraih apa yang bahkan tak berani ia impikan," kata Michelle Obama.
"Itu adalah harapan bahwa setiap dari kita -- politisi, orangtua, pengkhotbah, kita semua -- harus menyediakan kesempatan pada generasi muda, sebab gerakan itulah yang membuat negara kita maju."
Para audiens bertepuk tangan, sementara Michelle Obama berusaha keras mengendalikan emosinya. Mereka yang berada di belakangnya terlihat menyeka mata yang basah.
"Jadilah pemimpin yang teladan dan penuh harapan, bukan sarat ketakutan," kata Michelle Obama.
"Dan ketahuilah bahwa saya akan selalu ada bersama Anda, menyemangati, dan bekerja untuk mendukung Anda seumur hidup saya."
Advertisement