Sukses

Marah-Marah ke Toyota, Ternyata Donald Trump Salah Berikan Fakta

Trump belum lama ini mengancam akan menghukum Toyota dengan pajak perbatasan tinggi jika pabrikan asal Jepang itu pindah ke Meksiko.

Liputan6.com, Washington, DC - Presiden terpilih Amerika Serikat (AS), Donald Trump marah-marah kepada pabrikan dan perusahaan otomotif asal Jepang, Toyota di media sosial Twitter. Entah disadarinya atau tidak, Trump keliru menyebut data penting.

Presiden ke-45 AS itu memperingatkan, Toyota harus membayar pajak perbatasan yang besar bila membangun pabrik di Baja, Meksiko. Pabrik di sana diklaim Trump berfungsi untuk merakit sedan Corolla yang akan dijual ke pasar AS.

Namun, ternyata Trump salah. Menurut Toyota, pabrik di Baja hanya akan merakit truk Tacoma sementara sedan Corolla akan dirakit di pabrik di Guanajuato, Meksiko.

Pabrik tersebut mulai dibangun pada November dan diharapkan akan berproduksi pada tahun 2019. Dalam pernyataannya pada Kamis lalu, Toyota mengatakan, tidak ada perubahan dalam hal lapangan kerja dan produksi di AS sebagai akibat dari pengoperasian pabrik baru.

"Toyota telah menjadi bagian dari struktur budaya di AS selama hampir 60 tahun. Toyota berharap untuk bekerja sama dengan pemerintah Trump untuk melayani kepentingan terbaik konsumen dan industri otomotif," sebut Toyota melalui pernyataannya seperti dilansir The Washington Post, Senin, (9/1/2017).

Trump telah berulang kali mengancam akan "menghukum" pabrikan AS dengan pajak perbatasan jika mereka memindahkan pengerjaan dan produksinya ke luar negeri dan menjual barangnya kembali ke pasar AS.

Meski demikian, cuitan Trump tentang Toyota tersebut telah menjadi yang pertama baginya untuk memperingatkan langsung perusahaan asing tentang dampak keputusan mereka. Sementara hukuman pajak perbatasan yang disebutnya belum tersusun dalam sebuah kerangka kerja sehingga menimbulkan pertanyaan bagaimana nantinya akan diterapkan.

Para ahli perdagangan mengatakan, tidak mungkin Gedung Putih memiliki kekuatan untuk menghukum perusahaan melalui pajak perbatasan, meski kemudian muncul perdebatan apakah Trump secara sepihak dapat memenuhi janji kampanyenya untuk memungut tarif dua digit atas impor dari Meksiko dan China.

Lazimnya, otoritas tersebut terletak di tangan Kongres dan Ketua DPR, Paul D. Ryan. Namun Ryan menyangkal akan mendukung langkah Trump tersebut.

"Tidak, kami tidak akan menaikkan tarif. Menurut kami, reformasi pajak adalah cara yang lebih baik untuk menghadapi ketidakseimbangan, meratakan 'lapangan bermain' tanpa memulai perang dagang, tanpa efek samping yang dipicu oleh proteksionisme atau perang dagang," ujar Ryan.

Cuitan Trump terkait Toyota itu muncul tak lama setelah Presiden Toyota Motor, Akio Toyoda mengatakan kepada media, bahwa perusahaannya "berorientasi ke arah yang sama" dengan AS. Demikian menurut Wall Street Journal.

Toyota mengatakan telah menginvestasikan hampir US$ 22 miliar dan mempekerjakan sekitar 136.000 orang dalam operasinya di AS.

Pada awal pekan ini, Trump mengecam General Motors (GM) karena merakit Chevrolet Cruzes di Meksiko. Namun perusahaan itu mengatakan bahwa hampir 190.000 jenis mobil Cruzes yang dijual di AS tahun lalu dibuat di pabrik di Lordstown, Ohio.

GM mengatakan hanya membuat jenis Cruze hatchbacks di Meksiko dan mengirimkan 4.500 ke seberang perbatasan.

Beberapa hari lalu, Trump disebut merayakan keputusan Ford untuk membatalkan pembangunan pabrik baru senilai US$ 1,6 miliar di Meksiko. Di lain sisi, Ford menjelaskan bahwa keputusannya untuk pindah karena dipicu oleh menurunnya permintaan mobil kecil di Negeri Paman Sam.

Lebih lanjut, perusahaan itu mengatakan akan menggunakan kira-kira setengah uang yang mereka miliki untuk menciptakan 700 lapangan pekerjaan di AS dan berinvestasi di pabrik-pabrik di Michigan dan Illinois.

"Jika perusahaan AS tinggal di AS dan melanjutkan mempekerjakan warga AS untuk mengembangkan basis manufaktur kita, maka tidak akan dikenakan tarif," ujar Juru bicara Trump, Sean Spicer.

Sikap proteksionis Trump ini bertentangan dengan sejarah yang dicatat Partai Republik dalam hal perdagangan bebas. Berdasarkan latar belakang, sejumlah penasihat utama Trump disebut-sebut rentan terlibat konflik dalam isu ini.

Trump memilih Gary Cohn untuk memimpin Dewan Ekonomi Nasional. Cohn adalah veteran Wall Street dengan pengalaman internasional yang luas.

Untuk pos Kepala Dewan Perdagangan Nasional, badan yang baru dibentuknya, Trump menunjuk sosok Peter Navarro. Ia dikenal sangat kritis terhadap China.

Robert Lighthizer, dipilih Trump untuk mengisi kursi ketua negosiasi perdagangan AS. Ia disebut bersikap skeptis dengan manfaat dari perdagangan bebas.

Sesaat setelah penunjukkan Lighthizer, Senator asal Oregon, Ron Wyden pun menyerukan Trump untuk menjelaskan kebijakan pemerintahannya.

"Sudah lewat waktunya bagi pemerintahan baru untuk menjelaskan pendekatan yang digunakan terhadap perdagangan internasional di luar 140 karakter (Twitter)," tegas Wyden.