Liputan6.com, Jalalabad - Osama bin Laden, bekas bos Al Qaeda yang tewas di tangan pasukan elite Angkatan Laut AS, memiliki putra bernama Hamza bin Laden. Sang putra juga menunjukkan gejala kebencian terhadap negeri Paman Sam. Namun, di balik sikap tersebut, ada hal-hal "berbau" Amerika yang ia sukai.
Hal itu diungkapkan oleh Abdurahman Khadr. Pemuda 34 tahun itu membuka rahasia Hamza, si pangeran teror, yang ternyata memiliki kesukaan terhadap merek paling ikonik AS, Coca-Cola.Â
Baca Juga
Abdurahman menghabiskan waktu selama 3 tahun bersama Hamza di sebuah persembunyian di Jalalabad, di timur Afghanistan. Abdurahman mengatakan, anak laki-laki bos Al Qaeda itu kerap kali melanggar peraturan dengan menyelundupkan berkaleng-kaleng Coca-Cola.
Advertisement
"Hamza... selalu mencoba menyelundupkan minuman itu, padahal kami jelas-jelas dilarang," kata Abdurahman seperti dilansir Daily Mail pada Selasa (10/1/2017).
"Ia masih berumur 9 tahun saat itu dan ia membawa Coca-Cola untuk dibagikan kepada kami. Kadang-kadang rokok," ucapnya.
Pemuda 34 tahun yang memiliki saudara laki-laki bernama Omar, yang kini masih mendekam di penjara Guantanamo, mengatakan Hamza yang tengah dilatih sebagai teroris itu mampu menyelundupkan berbagai benda terlarang. Hal itu bisa dilakukan Hamza sesuka hatinya karena tak ada satu pun penjaga yang berani menggeledahnya. Sebab, dia adalah si anak bin Laden.
"Hamza bisa membawa apa pun. Tak ada satu pun yang berani memeriksanya sekembalinya ke markas karena dia adalah anak bin Laden," ujar Abdurahman.
"Coca-Cola adalah benda mewah, padahal kami wajib hidup sederhana," katanya lagi seraya menambahkan bahwa hal lain yang kerap dicari oleh Hamza adalah es batu.
Penulusuran tentang Hamza mengemuka setelah beberapa hari ia menyebut akan mengikuti jejak sang ayah.
Oleh sebab itu pada pekan lalu, AS menambahkan nama Hamza di daftar teroris global setelah konfirmasi bahwa pemuda itu akan mengikuti jejak ayahnya dengan bergabung bersama Al Qaeda.
Pemimpin kelompok teror Al Qaeda, Ayman al-Zawahiri, merilis sebuah rekaman suara pada Agustus 2015, mengklam bahwa Hamza sudah bergabung bersamanya. Dalam pesan audio, Hamza sendiri yang berbicaara dan siap sedia akan jadi penyerang lone wolf serta menargetkan Washington DC, Paris, dan Tel Aviv.
Pada Juli 2016, sebuah rekaman suara Hamza lain berisi "pembalasan dendam terhadap AS" beredar. Pesan khusus itu meminta "suku-suku di Arab untuk bersatu dengan afiliasi Al-Qaeda di Yaman untuk berperang melawan Kerajaan Arab Saudi"--sekutu AS.
Kepemimpinan Al-Qaeda percaya ada nilai propaganda besar dengan menyerukan nama bin Laden, karena memungkinkan mereka untuk menjadi wakil sah dari jihad di Timur Tengah.
Dalam beberapa tahun terakhir Al-Qaeda dan afiliasi Suriah-nya, Jabhat al Nusra, telah kehilangan wilayah dan tentaranya karena melawan ISIS. Ketiganya tak bisa "akur" dan menyebabkan konflik sesama ekstremis dalam beberapa tahun terakhir.Â
Al-Qaeda juga telah kehilangan pemimpin kunci sebagai akibat dari pembunuhan ISIS dan pemboman tentara koalisi yang dipimpin AS.
'Putra Mahkota' yang Beranjak Dewasa
Hamza bin Laden memimpin militan sebayanya melalui serangkaian nyanyian dan berpartisipasi dalam latihan halang rintang di luar ruangan.
Hamza menulis surat untuk ayahnya pada 2009. Ia mengekspresikan kerinduannya dan ingin bersatu kembali. Namun tak jelas apakah mereka sempat memiliki kesempatan itu atau tidak.
"Ayahku tersayang, aku telah berpisah denganmu sejak aku masih kecil, belum berumur 13 tahun. Namun usiaku bertambah sekarang, dan telah dewasa," tulis Hamza, seperti dikutip dari Reuters.
"Namun yang benar-benar membuatku sedih adalah pasukan Mujahidin telah berbaris dan aku belum bergabung dengan mereka," katanya.
Pada 2015, Hamza tampil di beberapa video dan menyerukan serangannya kepada Barat. Dalam rekaman tersebut, ia menargetkan kota-kota seperti Washington, Paris, London, dan Tel Aviv.
Kelompok intelijen SITE menerjemahkan sebagian pesan di dalam rekaman tersebut. Mereka mengatakan Hamza memuji penembakan di Fort Hood dan bom Boston Marathon. Selain itu, ia melabeli Barack Obama sebagai "kepala kulit hitam geng kriminal di Gedung Putih".
Hamza merupakan anak paling muda dari Osama dan Khairiah Sabar. Ibunya tinggal di kamp Abbottabad ketika pasukan AS meluncurkan "Operasi Geronimo".
Sebenarnya saudara Hamza, Sa'ad bin Laden, juga dipersiapkan untuk memimpin bahkan mengambil peran penting dalam al-Qaeda.
Namun, layaknya sang ayah, pemuda berusia 29 tahun tersebut dibunuh oleh Amerika. Sebuah serangan pesawat pada 2009 merenggut nyawanya.
Sebagai militan muda yang bergabung dengan al-Qaeda, meningkatnya kemunculan Hamza di depan publik membuatnya menjadi pusat perhatian.
"Hamza memberikan wajah baru untuk al-Qaeda, yang langsung terhubung ke pendiri kelompok. Dia pandai berbicara dan merupakan ancaman berbahaya," ujar Bruce Riedel dari Brookings.
Advertisement