Liputan6.com, Chicago - Lagu kebangsaan Amerika Serikat bergema di McCormick Place Convention Centre di Chicago. Pada pukul 20.00, Selasa 10 Januari 2017, Presiden Barack Obama naik panggung untuk mengucapkan pidato perpisahan.
Pidato perpisahaan presiden AS adalah tradisi yang pertama kali dicetuskan oleh George Washington lebih dari 220 tahun lalu. Biasanya hal itu dilakukan di Gedung Putih, seperti yang dilakukan Ronald Reagan, Bill Clinton, dan George W Bush.Â
Baca Juga
Tapi, kali ini Obama memilih Chicago, kampung halamannya.Â
Advertisement
"Saya tiba ke Chicago pada awal usia 20-an tahun. Hingga sekarang, saya masih mencari jati diri: siapa saya sebenarnya dan apa tujuan hidup saya sesungguhnya," kata Obama.Â
Obama disambut dengan seruan "Empat tahun lagi! Empat tahun lagi!" kala memulai pidatonya. Para hadirin ingin agar ia bisa memerintah satu periode lagi.
Namun, dengan tegas Obama mengatakan, "Jelas, saya tidak bisa melakukan itu.".
Dikutip Liputan6.com dari The Guardian, pada Rabu (11/1/2017), selain janjinya untuk memuluskan transisi pemerintahan ke presiden terpilih Donald Trump, ada 5 hal penting lain yang digarisbawahi dalam pidato perpisahan Obama .Â
Berikut penjabarannya:
1. Obama dan Obamacare
Sepanjang masa kampanye Pilpres 2016, kubu Partai Republik dan Donald Trump kerap kali mencela kebijakan asuransi kesehatan Patient Protection and Affordable Care Act of 2010 yang populer dengan sebutan Obamacare.
Dalam sebuah survei yang dilakukan Associated Press-NORC Center for Public Affairs Research, Obamacare disebut memberi andil turunnya penilaian positif (favorable) untuk Obama dan kubu Partai Demokrat.
Menjelang masuknya Trump ke Gedung Putih, disebut-sebut ia akan mengubah skema asuransi itu.
Dalam pidato perpisahaan, Obama menyebut, skema jaminan kesehatan tersebut membuat warga AS yang memiliki asuransi meningkat berkali-kali lipat.
Meski dikritik, Obama mengaku berbesar hati.
"Jika ada seseorang yang bisa membuat rencana perubahaan yang lebih baik dalam sistem jaminan kesehatan AS -- di mana mampu menjangkau lebih banyak orang dan jauh lebih murah -- saya pasti akan mendukung itu," kata Obama.
Advertisement
2. Tolak Diskriminasi terhadap Muslim AS
Obama adalah presiden AS pertama yang berkulit hitam, anak laki-laki dari seorang imigran Kenya dan ibu berdarah Irlandia. Dalam pidato perpisahan, Obama menyinggung soal isu rasial di AS.
"Setelah saya terpilih, terdapat diskusi soal post-racial America. Visi seperti itu, meski maksudnya baik, namun tidak pernah realistis. Karena ras tetap menjadi kekuatan ampuh dan sering (digunakan untuk) memecah belah masyarakat kita," ujar Obama.
"Saya hidup cukup lama untuk mengetahui bahwa hubungan antar ras telah lebih baik dari sepuluh, dua puluh, atau tiga puluh tahun lalu. Anda tidak hanya bisa melihatnya dalam statistik, Anda bisa melihatnya dalam sikap anak muda Amerika di seluruh spektrum politik," kata pria kelahiran 4 Agustus 1961 itu."
Pria lulusan Harvard Law School itu juga mengidentifikasi kelompok yang sering dijadikan topik diskusi selama pemilihan presiden 2016.
"Untuk kaum kulit hitam dan minoritas lain, itu berarti mengikat perjuangan kita sendiri dalam keadilan untuk menghadapai tantangan yang juga dihadapi banyak orang di negeri ini -- pengungsi, imigran, orang miskin pedesaan, transgender, dan juga orang kulit putih paruh baya yang dari luar tampak memiliki banyak keuntungan, tapi ia melihat dunianya terjungkal oleh perubahan ekonomi, budaya, dan teknologi," kata Obama.
Dalam kesempatan itu, Obama mengucapkan kalimat yang disambut tepuk tangan gemuruh dan sorakan dari penonton.
"Saya menolak diskriminasi terhadap Muslim Amerika," ujar Barack Obama.
3. Perubahan Iklim
Dalam pidato perpisahan, Obama juga menyinggung isu perubahaan iklim dan langkah-langkah yang sudah dilakukan pemerintahannya dalam delapan tahun terakhir.
Di antaranya adalah, mengurangi ketergantungan pada impor BBM, meningkatkan investasi bidang energi terbarukan, dan menandatangani Paris Accord soal perubahan iklim.
Obama menyerukan agar bangsa Amerika Serikat tidak meninggalkan ilmu pengetahuan.
"Tanpa tindakan berani, anak-anak kita tidak akan punya waktu untuk memperdebatkan adanya perubahan iklim. Mereka akan sibuk berurusan dengan efeknya, seperti bencana lingkungan, gangguan ekonomi, dan gelombang pengungsi mencari tempat perlindungan dari efek perubahan iklim itu," kata Obama.
"Sekarang, kita dapat dan harus berdebat tentang pendekatan terbaik untuk masalah ini. Tapi dengan menyangkalnya, sama saja mengkhianati generasi mendatang, mengkhianati arti penting inovasi dan pemecahan masalah yang telah ditunjukkan para pendiri negeri ini," ujarnya.
Sebaliknya, mayoritas Partai Republik dan Donald Trump menganggap perubahan iklim adalah mitos semata.Â
Advertisement
4. Obama Singgung Rusia dan China
Dalam pidato perpisahaan itu, Obama juga menyinggung Rusia dan China. Bahkan dengan gamblang ia menyebut kedua negara itu adalah lawan.
"Mari lebih berani lagi, jangan hanya takut pada ISIS yang mencoba membunuh warga sipil tak bersalah. Mereka tak bisa mengalahkan Amerika kecuali kita sendiri yang mengkhianati Konstitusi dan prinsip. Lawan seperti Rusia dan China tak sebanding dengan pengaruh kita di dunia," tegas Obama.
"Kecuali kita menyerah, dan berubah menjadi negara besar yang gemar mem-bully negara tetangganya yang lebih kecil," ujarnya.
5. Obama Minta Warga Tak Tinggal Diam
Hal penting lainnya yang Obama sampaikan adalah meminta seluruh warga negara AS untuk aktif. Terutama dalam politik.
"Jika Anda lelah berbicara dengan orang asing di internet, cobalah berbicara dengan salah satu di antara mereka di dunia nyata," ujar Obama.
"Jika sesuatu butuh untuk diperbaiki, gulung lengan baju dan mulai lah melakukan sesuatu."
"Jika Anda kecewa dengan pejabat terpilih, ambil kertas, kumpulkan tanda tangan, dan bertindak. Tunjukkan diri Anda, terjun, dan berkubang di dalamnya. Kadang Anda menang, kadang Anda kalah."
Advertisement