Sukses

4 Fakta Mengejutkan Hamza, Putra Mahkota Osama bin Laden

Hamza yang merupakan anak bungsu dari Osama bin Laden dengan Khairiah Sabar tumbuh berdampingan dengan konflik dan perang.

Liputan6.com, Kabul - Departemen Luar Negeri Amerika Serikat telah memasukkan putra Osama bin Laden, Hamza bin Laden, ke dalam Specially Designated Global Terrorist atau daftar Teroris Global Khusus.

Pemerintahan Obama juga menjatuhkan sejumlah sanksi terhadap Hamza bin Laden, pada Kamis 5 Januari 2017. Hal itu dilakukan setelah ia dinyatakan telah melakukan atau berisiko melakukan aksi teroris yang mengancam keamanan warga AS atau keamanan nasional.

Salah satu alasan kuat memasukkan si putra mahkota Al Qaeda adalah pada tahun 2015, Hamza mengeluarkan pesan audio yang menyerukan aksi-aksi teror di ibu kota negara-negara Barat.

Ia juga mengancam akan melakukan balas dendam terhadap Amerika dan memperingatkan warga AS bahwa mereka akan menjadi sasaran di dalam dan luar negeri.

Dikutip dari Al Arabiya pada Rabu (11/1/2017) julukannya sebagai Putra Mahkota bukanlah tanpa sebab. Hamza yang merupakan anak bungsu dari Osama bin Laden dengan Khairiah Sabar tumbuh berdampingan dengan konflik dan perang. Hamza sedari kecil telah dipersiapkan untuk menggantikan Osama.

Berikut adalah 4 fakta mengejutkan tentang sang 'putra mahkota' Al Qaeda, Hamza bin Laden. Liputan6.com mengutip dari berbagai sumber.

2 dari 5 halaman

1. Besar di Iran dalam 'Kondisi' Perang

Hamza dipercaya lahir pada 1991 dari pasangan Osama bin Laden dan Khairiah Sabar. Ia bersama sang ibu, pindah ke Iran setelah Osama melancarkan aksi teror 9/11. Mereka pindah ke Negeri Para Mullah setelah negosiasi antara Al Qaeda dengan Teheran yang telah 'menampung' para petinggi kelompok itu selama bertahun-tahun.

Ibu dan anak itu membawa rombongan yang dipercaya adalah orang-orang kepercayaan Osama. Tim spesial itu bertugas untuk mempertajam idelogi Hamza. Beberapa tahun kemudian, sebuah tim lainnya dari Taliban juga mendidik Hamza.

Yang menjadi misteri adalah, sang ibu, menyusul Osama ke Abbottabad. Tapi Hamza tidak. Meski demikian, keduanya 'akrab' lewat surat.

Hamza menulis surat untuk ayahnya pada 2009. Ia mengekspresikan kerinduannya dan ingin bersatu kembali. Namun tak jelas apakah mereka sempat memiliki kesempatan itu atau tidak.

"Ayahku tersayang, aku telah berpisah denganmu sejak aku masih kecil, belum berumur 13 tahun. Namun usiaku bertambah sekarang, dan telah dewasa," tulis Hamza.

"Namun yang benar-benar membuatku sedih adalah pasukan Mujahidin telah berbaris dan aku belum bergabung dengan mereka," katanya.

3 dari 5 halaman

2. Menikahi Anak 'Tangan Kanan' Osama

Hamza yang memiliki nama alias Abu Moaz menikahi anak perempuan pemimpin Al Qaeda, Al Zawahiri.

Ia menjadi bos kelompok itu setelah Osama tewas. Zawahiri dianggap salah satu tangan kanan Osama.

Hamza memiliki dua anak bernama Saad dan Khayriya. Osama sendiri merestui pernikahan itu.

4 dari 5 halaman

3. Benci Amerika Tapi Suka Coca-Cola

Waktu Hamza kecil, ia kerap kali menyelundupkan minuman paling ikonik AS. Hal itu diungkapkan oleh teman satu pelatihan.

"Hamza... selalu mencoba menyelundupkan minuman itu, padahal kami jelas-jelas dilarang," kata Abdurahman seperti dilansir Daily Mail.

"Ia masih berumur 9 tahun saat itu dan ia membawa Coca-Cola untuk dibagikan kepada kami. Kadang-kadang rokok," ucapnya.

Hal itu bisa dilakukan Hamza sesuka hatinya karena tak ada satu pun penjaga yang berani menggeledahnya. Sebab, dia adalah si anak bin Laden.

"Hamza bisa membawa apa pun. Tak ada satu pun yang berani memeriksanya sekembalinya ke markas karena dia adalah anak bin Laden," ujar Abdurahman.

"Coca-Cola adalah benda mewah, padahal kami wajib hidup sederhana," katanya lagi seraya menambahkan bahwa hal lain yang kerap dicari oleh Hamza adalah es batu.

5 dari 5 halaman

4. Bukan Satu-satunya Putra Mahkota

Hamza merupakan anak paling muda dari Osama dan Khairiah Sabar. Ibunya tinggal di kamp Abbottabad ketika pasukan AS meluncurkan "Operasi Geronimo".

Sebenarnya saudara Hamza, Sa'ad bin Laden, juga dipersiapkan untuk memimpin bahkan mengambil peran penting dalam Al Qaeda.

Namun, layaknya sang ayah, pemuda berusia 29 tahun tersebut dibunuh oleh Amerika. Sebuah serangan pesawat pada 2009 merenggut nyawanya.

Sebagai militan muda yang bergabung dengan Al Qaeda, meningkatnya kemunculan Hamza di depan publik membuatnya menjadi pusat perhatian.

"Hamza memberikan wajah baru untuk Al Qaeda, yang langsung terhubung ke pendiri kelompok. Dia pandai berbicara dan merupakan ancaman berbahaya," ujar Bruce Riedel dari Brookings.

 

 

Â