Sukses

Rusia Kecam Pengerahan Pasukan AS ke Polandia, Pertanda Perang?

Pasukan AS nantinya akan berotasi mulai dari Polandia, ke Estonia, Latvia, Lithuania, Rumania, Bulgaria, dan Hungaria.

Liputan6.com, Moskow - Penempatan pasukan Amerika Serikat (AS) di Polandia merupakan ancaman bagi kepentingan dan keamanan nasional Rusia. Demikian pernyataan yang disampaikan Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov.

Sebanyak tiga brigade tempur lapis baja dari Angkatan Darat AS, bagian dari Divisi Infanteri ke-4 dilaporkan telah melintasi perbatasan Jerman menuju Polandia pada Kamis pagi waktu setempat.

Jumlah penempatan pasukan AS ini merupakan yang terbesar di Eropa sejak era Perang Dingin. Terdapat 3.500 tentara serta 2.800 tank, kendaraan lapis baja, artileri, dan berbagai kendaraan pendukung lainnya yang tiba di Eropa.

Transfer pasukan ini merupakan realisasi janji Presiden Barack Obama yang mengatakan akan menempatkan lebih dari 3.000 pasukan AS ke Eropa Timur. Keputusan tersebut diambil sebagai langkah siaga NATO dalam menghadapi agresi Rusia.

"(Ancaman) ini bahkan terlihat lebih jelas ketika pihak ketiga (AS) memperkuat kehadiran militernya di depan pintu rumah kami di Eropa," tegas Peskov seperti dilansir News.Sky.com, Jumat, (13/1/2017).

Sementara itu, Wakil Menlu Rusia, Alexei Meshkov menggambarkan kehadiran AS sebagai faktor destabilisasi keamanan Eropa.

Dari basis mereka di Zagan, Polandia barat, pasukan AS nantinya akan bergerak ke Estonia, Latvia, Lithuania, Rumania, Bulgaria, dan Hungaria.

"Mereka akan meningkatkan kemampuan pencegahan (agresi) Rusia di wilayah tersebut, meningkatkan kemampuan AS untuk menanggapi krisis potensia serta membela sekutu dan mitra, " ujar seorang juru bicara militer.

Penempatan pasukan AS ini terjadi kurang lebih satu minggu sebelum pelantikan presiden AS terpilih, Donald Trump. Miliarder properti itu dalam beberapa kesempatan mengungkapkan keinginannya untuk mencairkan hubungan Washington-Moskow.

Namun, Rex Tillerson, calon Menlu AS yang dipilih Trump mengatakan, NATO memiliki hak untuk khawatir terhadap Rusia.

Dalam momen dengar pendapatnya dengan Komite Hubungan Luar Negeri di Senat AS, Tillerson menekankan bahwa Washington harus memiliki dialog terbuka dan jujur dengan Rusia.