Sukses

15-1-2007: Hukum Gantung Kepala Intelijen Kerabat Saddam Hussein

Barzan dieksekusi di gedung yang sama dengan lokasi eksekusi mati terhadap Saddam Hussein beberapa pekan sebelumnya.

Liputan6.com, Baghdad - 10 tahun silam pada hari ini, menjadi hari terakhir bagi dua pembantu Presiden Irak Saddam Hussein di pemerintahan.

Kepala Badan Intelijen Irak sekaligus saudara Saddam Hussein Barzan al-Tikriti digantung mati. Bersama Saddam Hussein, Barzan divonis hukuman mati karena dinyatakan bertanggung jawab atas pembunuhan massal terhadap ratusan warga Syiah pada tahun 1980-an.

Barzan dieksekusi di gedung yang sama dengan lokasi eksekusi mati terhadap Saddam Hussein beberapa pekan sebelumnya, tepatnya 30 Desember 2006. Eksekusi terhadap kepala intelijen ini dilakukan pada pukul 03.00 dini hari waktu setempat.

Jaksa penuntut umum Jaafar al-Moussawi yang berada di sekitar lokasi eksekusi mengatakan eksekusi gantung terhadap Barzan begitu mengerikan, karena hingga menyebabkan kepalanya terputus.

"Saya kira terpidana Barzan lolos dari jerat, karena saat saya mengintip bagian atas, tak ada kepala yang terjerat di tali. Tapi ternyata kepala dan tubuhnya sudah terpisah," tutur Jaafar, seperti dimuat BBC.

Video eksekusi ini beredar di seluruh dunia dan menuai protes dari pegiat hak asasi manusia (HAM), karena cara hukumannya dianggap terlalu sadis dan tidak berperikemanusiaan.

Seorang pejabat pertahanan Issam al-Ghazzawi mengaku sangat geram dengan cara eksekusi tersebut. "Ini sangat memprihatinkan. Seharusnya tidak sampai seperti ini, kepalanya terlepas."

Barzan adalah kepala badan intelijen yang paling ditakuti selama pemerintahan Saddam Hussein. Dia menjadi tokoh senior di pemerintahan Irak semasa adanya invasi dari Amerika Serikat.

Saudara tiri Saddam Hussein ini menjadi salah satu target utama penangkapan. Selama dalam masa tahahan, Barzan terserang penyakit kanker dan harus izin keluar tahanan untuk berobat.

Selain Barzan, seorang Kepala Hakim Pengadilan Revolusi Irak semasa Saddam Hussein, Awad Hamad al-Bandar juga dieksekusi mati di lokasi dan hari yang sama atas kasus serupa.

Sejarah lain mencatat terjadi peristiwa Malari (Malapetaka Limabelas Januari), demonstrasi mahasiswa dan kerusuhan sosial terjadi pada 15 Januari 1974. Peristiwa itu terjadi saat Perdana Menteri (PM) Jepang Tanaka, Kakuei sedang berkunjung ke Jakarta.

Mahasiswa merencanakan menyambut kedatangannya dengan berdemonstrasi di Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma. Karena dijaga ketat, rombongan mahasiswa tidak berhasil menerobos masuk pangkalan udara. Tanggal 17 Januari 1974 pukul 08.00, PM Jepang itu berangkat dari Istana tidak dengan mobil, tetapi diantar Presiden Soeharto dengan helikopter dari Bina Graha ke pangkalan udara.

Sementara pada 15 Januari 1970, tercatat sebagai momen saat Moammar Khadafi memproklamirkan diri menjadi Perdana Menteri Libya.