Sukses

Cegah Kecelakaan, Nyaris 70.000 Burung di New York Mati Dibantai

Petugas mengklaim terpaksa menghabisi burung-burung tersebut untuk mencegah terjadinya kecelakaan udara.

Liputan6.com, New York City - Nyaris 70.000 burung dari berbagai jenis seperti camar, jalak dan lainnya di area New York City dibunuh dengan cara ditembak dan dijerat lewat perangkap.

Langkah ini dilakukan untuk "membersihkan" langit demi mencegah kecelakaan pesawat seperti yang terjadi pada tahun 2009 lalu di mana sebuah pesawat terpaksa mendarat di sungai Hudson setelah sejumlah burung tersedot ke mesin kapal terbang itu.

Sejak saat itulah perburuan terhadap burung dilakukan. Meski demikian tidak disebutkan apakah cara ini cukup efektif untuk membuat ruang udara menjadi lebih aman.

Seorang analis data federal dari Associated Press mengungkap hal mengejutkan. Setelah bertahun-tahun program perburuan burung di bandara LaGuardia dan Newark berlangsung, jumlah insiden akibat hewan itu cenderung meningkat.

Setidaknya terjadi 158 serangan per tahun selama lima tahun sebelum 2009. Namun enam tahun setelah program tersebut dilakukan, serangan meningkat menjadi 299 per tahun. Berkembang asumsi, ini mungkin terjadi karena orang-orang lebih rajin melaporkan serangan burung.

Di bandara Kennedy, yang menjadi rute utama migrasi burung dan juga melaksanakan program pembantaian burung, jumlah serangan pun dilaporkan meningkat. Sementara itu jumlah burung yang tewas sedikit menurun.

"Harus ada solusi jangka panjang yang tidak bergantung pada program pembantaian burung untuk menjaga langit kita tetap aman," ujar Jeffrey Kramer, anggota LSM GooseWatch yang menyarankan tersedianya sistem radar yang lebih baik untuk mendeteksi kawanan burung seperti dilansir The Guardian, Minggu, (15/1/2017).

Para pejabat yang terlibat dengan program perburuan burung menyakini langkah mereka berhasil membuat medan penerbangan lebih aman. Mereka berargumen belum ada insiden besar yang dipicu serangan burung di wilayah New York pasca kecelakaan pada tahun 2009 lalu.

"Kami melakukan yang terbaik untuk mengurangi risiko sebanyak mungkin," kata Laura Francoeur, kepala ahli biologi satwa liar di distrik pelabuhan (Port Authority) New York dan New Jersey yang mengawasi bandara.

Pada 15 Januari 2009, pesawat milik maskapai US Airways dengan nomor penerbangan 1549 berangkat dari LaGuardia di New York menuju Charlotte di North Carolina. Namun tak lama, burung besi itu menabrak kawanan angsa.

Akibatnya dua mesin pesawat tak berfungsi. Sang pilot, Chesley Sullenberger terpaksa mendaratkan pesawat di sungai Hudson. Beruntung, seluruh kru dan penumpang pesawat selamat.

Ketika Sullenberger menjadi pahlawan nasional, kawanan angsa justru menjadi perburuan di sekitar LaGuardia, JFK, dan Newark. Dalam sebuah kasus, burung-burung tersebut dikumpulkan dengan dijebak dalam perangkap sebelum akhirnya dibantai.

Data Port Authority menyebutkan pembantaian burung-burung kecil di sekitar bandara di New York City antara tahun 2009 hingga Oktober lalu telah mencapai ribuan jumlahnya. Dari nyaris 70.000 yang mati kebanyakan adalah burung camar 28.000, burung jalak Eropa 16.800, burung sai berkepala cokelat 6.000 dan burung merpati 4.500 ekor.

Jenis angsa Kanada disebut yang paling sedikit jumlahnya, yakni 1.830 ekor. Insiden pesawat dihantam burung terjadi setiap hari di New York, namun peristiwa tersebut tidak mengakibatkan kerusakan parah pada pesawat karena pada umumnya kecelakaan fatal dipicu oleh spesies burung yang lebih besar.

"Dari 249 kecelakaan yang dipicu burung dari tahun 2004 hingga April tahun lalu, 54 di antaranya disebabkan oleh burung camar, 12 ospres, 11 kormoran dua jambul, dan 30 angsa," demikian data Administrasi Penerbangan Federal (FAA).

Selama periode yang sama setidaknya 35.000 jalak Eropa mati di tiga bandara di kota New York. Namun hanya seekor dari burung tersebut yang pernah memicu kerusakan parah pada pesawat dalam sebuah insiden.

Pada 10 September 2008, seekor burung jalak menghantam pesawat dari maskapai JetBlue yang akan mendarat di bandara JFK. Peristiwa ini mengakibatkan rusaknya taxi light di landasan.

FAA mencatat 138 kasus lain yang dipicu burung jalak Eropa. Namun peristiwa tersebut tidak membahayakan kondisi pesawat.

Burung jalak kecil disebut dapat begitu berbahaya. Sebuah kawanan jalak kecil disalahkan atas peristiwa mematikan, yakni kecelakaan pesawat Boston 1960 di mana 62 orang dilaporkan tewas.

Menurut Francoeur, perburuan burung hanyalah salah satu cara untuk mengontrol keberadaan hewan tersebut di area sekitar bandara khususnya radius lima mil dari landasan pacu pesawat. Para petugas menurutnya juga mengupayakan cara lain, yakni menggunakan perangkap untuk kemudian merelokasi burung-burung itu.

Ada pula dengan menyalakan kembang api atau dengan bantuan sinar laser untuk membubarkan kawanan hewan tersebut. Mengubah habitat sekitar bandara dengan menanam rumput dan pohon atau menempatkan serangga tertentu untuk mencegah mereka membuat sarang pun dilakukan.

Tahun lalu Port Authority menandatangani perjanjian lima tahun senilai US$ 9,1 juta dengan Kementerian Pertanian AS untuk melakukan survei, mengelola, dan meneliti satwa liar di sekitar bandara.