Liputan6.com, Minsk: Presiden Belarusia Alexander Lukashenko "ngambek" setelah suplai gasnya di potong tiga puluh persen oleh perusahaan gas Rusia. Alexander mengancam untuk tidak mengizinkan negaranya dilewati pipa gas perusahaan gas Gazprom. Dalam pertemuan dengan Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov, President Lukashenko mengatakan pemerintah meminta jalur gas ke Eropa dihentikan selama Gazprom belum membayar biaya transit selama 6 bulan.
"Gazprom yang berhutang kepada kami bukan sebaliknya", tegas Lukashenko di Ibukota Minsk, Belarusia, Selasa (22/6). Menurut Presiden berusia 55 tahun, Gasprom yang berhutang sebanyak US$ 260 juta atau setara Rp 2,34 triliun, sedangkan Belarusia hanya berhutang US$ 190 juta atau sekitar Rp 1,71 triliun. "Ini masalah pelik karena itu kami tidak akan membayar hutang itu yang menyebabkan sengketa gas antara kedua belah pihak" imbuh Alexander.
Namun, Rusia melalui Menlu Sergei tetap menginginkan negara yang merdeka 1990 silam dari Uni Sovyet ini membayar hutangnya terlebih dahulu.Gazprom memutuskan memotong suplai gas ke Belarusia sebesar 30 persen, karena menilai pemeritah Belarusia belum membayar harga gas yang telah digunakannya.(Xinhua/AYB)
"Gazprom yang berhutang kepada kami bukan sebaliknya", tegas Lukashenko di Ibukota Minsk, Belarusia, Selasa (22/6). Menurut Presiden berusia 55 tahun, Gasprom yang berhutang sebanyak US$ 260 juta atau setara Rp 2,34 triliun, sedangkan Belarusia hanya berhutang US$ 190 juta atau sekitar Rp 1,71 triliun. "Ini masalah pelik karena itu kami tidak akan membayar hutang itu yang menyebabkan sengketa gas antara kedua belah pihak" imbuh Alexander.
Namun, Rusia melalui Menlu Sergei tetap menginginkan negara yang merdeka 1990 silam dari Uni Sovyet ini membayar hutangnya terlebih dahulu.Gazprom memutuskan memotong suplai gas ke Belarusia sebesar 30 persen, karena menilai pemeritah Belarusia belum membayar harga gas yang telah digunakannya.(Xinhua/AYB)