Liputan6.com, Guantanamo - Menjelang lengsernya Presiden Barack Obama, kebijakan untuk mengurangi tahanan di Guantanamo mulai dijalankan. Kali ini, Oman menerima 10 napi dari penjara yang terletak di Kuba itu.
Transfer tahanan ke negara-negara ketiga merupakan upaya  Presiden Obama untuk mengurangi jumlah napi di penjara yang janjinya ia tutup pada masa pemerintahan.
Sejauh ini, tak ada komentar dari Kementerian Pertahanan AS terkait transfer narapidana dari Penjara Guantanamo. Demikian pula, tak ada respon dari pihak Oman terkait hal ini. Demikian dikutip dari Associated Press, Senin (16/1/2017).
Advertisement
Kesultanan Oman berada di timur Semenanjung Arab. Sebelumnya sudah menerima 10 tahanan Guantanamo asal Yaman pada Januari 2016. Demikian pula pada Juni 2015, 5 napi Gitmo -- nama lain Guantanamo -- diterima oleh negara itu.
Beberapa hari sebelumnya, otoritas mengatakan masih ada 19 dari 55 tahanan yang tersisa di Kuba. Mereka menunggu keputusan apakah dibebaskan atau ditransfer menjelang lengsernya Obama.
Namun, presiden terpilih AS, Donald Trump menolak gagasan Obama.
Selama kampanyenya Trump berjanji ia tak hanya membatalkan penutupan Guantanamo, tapi akan mengisi lebih banyak lagi orang jahat ke dalam penjara-penjara di sana.
Pemerintah AS mulai menggunakan fasilitas militer di Guantanamo sebagai rumah tahanan semenjak Januari 2002. Dalam 18 bulan, jumlah napi membludak mencapai 680 orang.
Ada sekitar 242 tahanan saat Obama menjabat pada tahun 2009.
Obama telah meminta Senat untuk izin penutupan penjara karena kritik internasional atas perlakukan aparat AS terhadap tahanan.
Namun, Obama gagal untuk menutup Guantanamo karena oposisi di Kongres menolak menerima tahanan untuk ditransfer ke lapas di AS.
Opsi lain Obama mentransfer ke negara-negara yang setuju menerima bekas tahanan Guantanamo. Seperti yang dilakukan oleh Oman.