Liputan6.com, Washington - Pelantikan Donald Trump tinggal menghitung hari. Jelang peristiwa penting tersebut, miliarder nyentrik ini mengungkap seluruh data pribadinya yang sudah dibuangnya.
Isi dari data-data tersebut sangat mengejutkan. Di dalamnya termasuk kebijakan luar negeri Trump atas beberapa masalah global.
Semua data tersebut dibuka Trump saat diwawancarai media Jerman Bild dan koran Inggris Time. Seluruh isi data politikus Partai Republik ini dinilai sangat mencengangkan dan penuh hasutan.
Advertisement
Ia mengomentari hampir seluruh masalah dunia. Mulai dari China, Rusia, NATO dan Ratu Inggris Elizabeth II.
Dimulai dari Merkel. Trump punya pandangan negatif terhadap perempuan tersebut.
Â
"Dia telah membuat kesalahan terus menerus dalam membuka masuknya semua pengungsi ilegal ke negara tersebut," ucap Trump seperti dikutip dari CNN.
Berlanjut ke Rusia, pernyataan Trump lebih mengejutkan lagi. Diakuinya, sama sekali tak terbesit dalam pikirannya untuk memulai negosiasi dengan Negeri Beruang Merah terutama dalam hal pengurangan senjata nuklir.
"Lihat saja nanti, apakah kami bisa mencapai kesepakatan yang baik dengan Rusia," sebut Trump.
Trump pun menyebut, sebenarnya ada halangan yang membuat AS tak bisa berdialog dengan Rusia. Hal itu karena Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) punya kebijakan tak sesuai perkembangan zaman.
"NATO itu sudah usang, mereka itu dibentuk bertahun-tahun lalu dan beberapa negara tidak memaikan perannya," jelas dia.
Komentar Trump dalam menanggapi Brexit juga cukup mencengangkan. Ia berpendapat kondisi di Inggris saat ini sudah lebih baik dibanding negara Benua Biru lain.
"Lihat Inggris dan lihat Uni Eropa dan Jerman, saya pikir Inggris sangat pintar untuk memilih keluar," ujarnya.
"Brexit akan jadi sesuatu hal yang sangat luar biasa," tegas Trump.
Trump berharap di masa mendatang, Inggris dan AS bisa lebih memperkuat hubungannya. Terutama dibidang perdagangan. Secara khusus Trump punya target nilai perdagangan kedua negara bisa meningkat cepat.
Pernyataan Trump mendapat berbagai reaksi. Perdana Menteri Inggris Theresa May mengatakan ia tak ingin berpendapat lebih jauh atas data-data kebijakan luar negeri yang sudah diungap Trump, khususnya mengenai brexit.
"Komentar Trump harusnya datang di waktu yang lebih tepat," ucap May.
Berbeda dengan May yang malas menanggapi omongan Trump, Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Marc Ayrault terpancing untuk berkomentar.
"Cara terbaik untuk mempertahankan Eropa adalah tidak menerima undangan Trump, dan sudah seharusnya kita ada di dalam blok ini," ucap Ayrault.
Â
Â