Liputan6.com, Tel Aviv - Israel mungkin tidak akan pernah melupakan peristiwa yang terjadi pada 18 Januari 1991. Saat itu, dua kota besar di sana, Tel Aviv dan Haifa diserang rudal Scud Irak.
Tragedi tersebut memicu kekhawatiran, negeri zionis akan melibatkan diri dalam Perang Teluk yang memang tengah membara kala itu. Serangan dimulai pada pukul 03.00 waktu setempat di mana sebagian besar warga tengah terlelap.
Baca Juga
Seperti dikutip dariÂ
Advertisement
BBC,Â
laporan dari Tel Aviv kala itu menyebutkan bahwa raungan sirene sebagai tanda peringatan akan terjadinya serangan memenuhi udara. Selang beberapa menit kemudian, 8 rudal melesat, lalu meledak.
Karena kesiagaan negara itu, warga sudah bersiap diri untuk memakai pakaian pelindung dan masker gas. Dua benda ini telah dibagikan kepada sebagian besar penduduk sebelum konflik pecah.
Tak ada korban tewas dalam serangan tersebut. Hanya sejumlah orang yang dilaporkan terluka.
Meski demikian, peristiwa itu selamanya akan terukir dalam sejarah mengingat untuk pertama kalinya, Tel Aviv, ibu kota negara berhasil diserang sepanjang konflik Arab-Israel bergulir.
Laporan awal dari pihak Israel bahwa salah satu rudal memiliki hulu ledak kimia belakangan tidak terbukti. Pasca-serangan, sirene kembali meraung, menandai peristiwa serupa akan kembali terjadi. Namun itu tak lebih dari alarm palsu.
Israel yang diklaim memiliki pasukan militer terkuat di Timur Tengah mengatakan setiap serangan yang diluncurkan Irak akan dibalas dengan "hukuman" serius. Sementara itu, sekutu dekatnya, Amerika Serikat (AS), mengimbau agar Israel menahan diri untuk tidak membalas hantaman rudal tersebut.
AS yang kala itu dipimpin George HW Bush memerintahkan kepada komandan pasukan sekutu untuk membuat serangan dadakan demi mencari dan menghancurkan situs rudal Irak dan peluncur rudal bergerak yang mengancam Israel. Bush juga menekankan tekadnya untuk melindungi Israel dari serangan lanjutan.
Walau pun diminta menahan diri, Israel tentu tak berdiam diri. PM Yitzhak Shamir segera menggelar rapat darurat dengan petinggi militer demi memutuskan tanggapan Israel.
Dan setelah rapat yang panjang, Menteri Luar Negeri Israel, David Levy mengatakan kepada wartawan, belum ada keputusan yang diambil untuk menentukan tindakan balasan.
"Israel berhak membalas dengan cara, skala, dan metode yang dipilihnya sendiri," kata dia meski pada akhirnya mereka menyerahkan urusan 'balas dendam' tersebut kepada pasukan koalisi.
Pilihan tersebut tak lepas dari pertimbangan bahwa setiap tindakan Israel dapat memecah koalisi multi-nasional dalam melawan Irak dengan cara memprovokasi anggota Liga Arab untuk menarik dukungan mereka.
Sementara itu, di lain sekutu dilaporkan menggenjot serangan udara yang menargetkan militer Irak. Rata-rata 2.000 serangan setiap harinya.
Peristiwa bersejarah lain terjadi pada 18 Januari 1997. Penjelajah, fotografer, dan penulis asal Norwegia, Børge Ousland tercatat sejarah sebagai orang pertama yang melintasi Antartika seorang diri. Perjalanannya dimulai dari tanjung Arktichevsky di Rusia.
Dan dalam kejadian terpisah, tepatnya pada 18 Januari 2002, perang saudara di Sierra Leone dinyatakan berakhir.