Liputan6.com, New York - Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berlangsung pesat dan membawa peradaban manusia ke arah yang tidak diduga sebelumnya.
Namun, sejumlah orang ternyata pernah meramalkan kemajuan yang terjadi saat ini, beberapa abad sebelumnya, misalnya kehadiran Wi-Fi.
Apa yang diramalkan itu tidak selalu berdampak positif bagi manusia, karena ada juga teknologi yang malah menjadi alat pembunuh masal.
Advertisement
Baca Juga
Tentu saja, ada sejumlah 'ramalan' tentang bencana, semisal tenggelamnya Titanic atau hadirnya Perang Dingin.
Disarikan dari Wonderslist.com pada Rabu (18/1/2017) berikut ini adalah sejumlah terawangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang tercetus lama sebelum temuan itu sendiri:
1. H. G. Wells dan Bom Atom, 1914
Pada 1914, H. G. Wells, penulis buku The Time Machine dan The War of the Worlds meramalkan kerusakan kota yang bahkan tidak disangka-sangka pada saat Perang Dunia II, yaitu kehancuran karena bom atom.
Melalui novel The World Set Free, ia menjelaskan tentang granat tangan berbasis uranium yang "bisa meledak terus menerus".
Dia memang sedikit mengerti tentang unsur-unsur radioaktif karena membaca tentang fisika atom, tapi tidak mengetahui bahwa daya nuklir bisa dijadikan senjata di masa depan.
Proyek pertama perancangan bom atom, Manhattan Project, baru mulai 28 tahun sesudah buku itu.
Hasil proyek itu adalah dua bom atom yang dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki di penghujung Perang Dunia II. Itu adalah kali pertama sekaligus terakhir senjata nuklir digunakan dalam perang.
Advertisement
2. Nikola Tesla dan Wi-Fi, 1901
Penemu dan insinyur Nikola Tesla, warga Amerika keturunan Serbia, kerap dijuluki "manusia pencipta Abad ke-20", terkenal terutama karena pengembangan sistem modern pasokan listrik.
Melalui wawancara dengan New York Times pada 1909, Tesla membahas gagasan dan ramalan tentang masa depan teknologi. Menurutnya, akan sedemikian mudahnya mengirim pesan nirkabel ke seluruh dunia sehingga siapapun bisa membawa dan mengoperasikan perangkatnya sendiri.
Mengejutkan untuk masa itu, karena telepon mobil pertama baru hadir pada 1973 dan Wi-Fi baru diperkenalkan pada 1991.
Ia bahkan menduga hadirnya temuan Skype dan panggilan video.
Pada 1926, ia mengatakan bahwa "melalui televisi dan telepone, kita bisa melihat dan mendengar satu sama lain seakan sedang bertatap muka, walaupun terpisah jarak ribuan mil."
Pada 2013, didirikanlah patung mengenang Tesla di San Francisco. Uniknya, patung itu memancarkan Wi-Fi bebas biaya bagi pengunjung, serupa dengan apa yang diangankannya.
3. Robert Boyle dan Transplantasi Organ, 1660-an
Robert Boyle adalah seorang ilmuwan fenomenal yang dikenal juga sebagai "bapak kimia modern", terutama melalui hukum Boyle tentang perilaku gas, demikian juga dengan eksperimen yang dilakukannya untuk menguji hipotesis tersebut, bukan sekedar silang pendapat yang lazim pada masa itu.
Dia juga dikenal berpikir jauh. Pada 1660-an, ia membuat daftar angan-angan tentang masa depan ilmu pengetahuan dan menulis secara jelas bahwa kedokteran akan tiba pada "penyembuhan penyakit melalui transplantasi."
Sekitar 300 tahun kemudian, pada 1954, Dr. Joseph Murray dan Dr. David Hume melakukan transplantasi sukses pertama kalinya, yaitu suatu transplantasi ginjal. Selanjutnya, transplantasi demikian menolong banyak jiwa.
Bukan hanya itu, ia juga berangan-angan tentang kapal selam, bibit termodifikasi secara genetik, dan obat psikedelik.
Advertisement
4. Mark Twain, Kematian, dan Internet, 1898
Dalam otobiografinya terbitan 1909, ikon kesusastraan Amerika, Mark Twain, menuliskan ramalan yang ganjil tentang kematiannya sendiri. Twain lahir pada 30 November 1835, sesaat setelah penampakan komet Halley dari Bumi.
Komet itu hadir dalam penampakan dari Bumi setiap 75 atau 76 tahun. Pada usia 74 tahun, Twain menulis, "Saya hadir bersama komet Halley pada 1835. Ia datang lagi tahun depan, dan saya berharap untuk pergi bersamanya."
Begitulah, ia meninggal dunia pada 21 April 1910, saat komet Halley tampak lagi dari planet Bumi.
Tapi itu bukan satu-satunya ramalan tepat oleh Twain. Pada 1898, penulis itu menciptakan karya fiksi pendek berjudul From the 'London Times' in 1904.
Di dalamnya, ia menceritakan tentang suatu perangkat bernama "Telelectroscope" yang "terhubung dengan sistem telepone dunia" sehingga "kegiatan harian dunia dapat terlihat oleh semua orang."
Bisa dikatakan bahwa Twain seakan meramalkan tentang Internet, sekitar 90 tahun sebelum Tim Berners-Lee launched meluncurkan World Wide Web.
5. Jules Verne dan Pendaratan di Bulan
Seorang penulis lain yang kisah fiksinya sangat menyerempet kenyataan adalah Jules Verne, novelis abad 19 dari Prancis dengan karya klasiknya Around the World in Eighty Days.
Pada 1865, ia menulis fiksi ilmiah singkat berjudul From the Earth to the Moon, yang membeberkan saat manusia pertama kalinya menjejakkan kaki di bulan.
Pada 20 Juli 1969, Neil Amstrong melakukan "satu lompatan besar bagi kemanusiaan" ketika menjejakkan kaki di bulan, sekitar 1 abad setelah Jules Verne mencetuskan hal itu.
Tapi bukan hanya terawangan itu yang membuatnya terkenal. Ada banyak kemiripan misi sesungguhnya Apollo dan perjalanan dalam kisah From the Earth to the Moon, termasuk jumlah astronot di dalamnya dan tempat peluncuran roket di Florida.
Tapi, yang paling mencengangkan adalah dugaan Verne tentang keadaan tanpa bobot.
Padahal, pada masanya, para ilmuwan belum mengetahui bahwa gravitasi berperilaku berbeda di angkasa.
Advertisement
6. Leonardo da Vinci
Leonardo da Vinci, seorang ilmuwan, seniman, ahli matematika, dan musisi pada masa Renaissance, mungkin cocok juga disebut sebagai peramal.
Buku-buku catatan da Vinci memuat pikiran-pikirannya sejak pertengahan 1480-an hingga wafatnya pada 1519 dan bertebaran rancangan-rancangan temuan dan teknologi yang amat maju pada zamannya.
Memang bukan da Vinci yang mencipta benda-benda tersebut, karena diagram-diagramnya tidak mencakup perincian tentang cara kerja temuan, tapi lebih sebagai dugaan temuan yang mungkin ada.
Misalnya, ia menggambar rancangan kendaraan perang berlapis baja mirip tank, sekitar 400 tahun sebelum benda itu menjadi kenyataan.
Selain itu, da Vinci pernah menggambar diagram parasut, sekitar 3 abad sebelum terjun menggunakan parasut pertama kalinya dilakukan oleh Andre-Jacques Garnerin pada 1797.
Pada tahun 2000, seorang skydiver bernama Adrian Nicholas menguji sebuah parasut yang diciptakan berdasarkan rancangan da Vinci dan menggunakannya untuk terjun dengan selamat dari balon udara panas di ketinggian 3.000 meter.
Menurutnya, rasa terjun itu lebih mulus daripada parasut modern, tapi beratnya 9 kali lebih besar daripada parasut masa kini dan berat itulah yang menimbulkan risiko cedera ketika mendarat.