Sukses

Jelang Pelantikan Trump, Eksodus Massal di Gedung Putih Dimulai

Pada Kamis 19 Januari 2017 malam, seluruh barang sudah harus diangkut keluar agar tim Trump bisa masuk ke kantor itu.

Liputan6.com, Washington, DC - Para pekerja di Gedung Putih berbaris di koridor menuju Oval Office. Mereka mengular hingga Cabinet Room. Mereka berdiri bersama pasangan dan anak-anaknya.

Pemandangan itu merupakan antrean untuk mendapatkan kesempatan terakhir para staf Gedung Putih berpamitan dengan Presiden Barack Obama.

Mereka mengucapkan selamat berpisah, berfoto, dan memeluk untuk terakhir kalinya Obama sebagai presiden.

Pindahan massal tengah berlangsung di Gedung Putih di mana Obama dan staf intinya mengepak barang-barang di kantor mereka dan mengembalikan BlackBerry.

Dikutip dari News.com.au pada Rabu (18/1/2017), beberapa staf inti Obama adalah orang-orang dekatnya semenjak dari kuliah.

Barang-barang Obama diangkut dari Gedung Putih ke rumah kontrakan sementara di Kalorama, Washington (Cliff Owen/AP)

Siapa pun presidennya, perpisahan adalah hal yang mengharukan dan penuh dengan nostalgia. Hal itu terjadi karena mereka kembali menjadi orang "sipil" yang tak lagi memegang kekuasaan di negara yang masih dianggap adikuasa itu.

Ditambah lagi, kali ini perpisahan para staf lokal Obama dibayangi oleh ketakutan pada pemerintahan baru di bawah presiden terpilih Donald Trump.

"Kami selalu sadar bahwa ini adalah kesempatan spesial untuk bekerja di Gedung Putih penuh keikhlasan tanpa mengambil keuntungan sedikit pun," kata Nate Loewentheil yang bekerja untuk tim Obama’s National Economic Council selama tiga tahun terakhir.

"Namun, akan sulit ketika mengetahui orang-orang yang akan datang ke sini akan mengganti semua hal yang telah kami rintis dari awal," ujarnya.

Sementara itu, juru bicara Gedung Putih, Josh Earnest, kepada wartawan untuk terakhir kalinya menggelar konferensi pers berkisah tentang hari-hari terakhirnya.

Ernest mengatakan, para wakilnya dan staf lainnya meneteskan air mata. Wajah-wajah mereka terlihat murung.

Di belakang ruangan James S. Brady Press Briefing Room beberapa mantan dan pekerja staf Obama berkumpul untuk menyaksikan penampilan terakhir kali Earnest memberikan keterangan pers kepada awak media.

"Saya akan merindukan ini semua," kata Earnest. Press briefing itu adalah tugasnya ke-354 kali sebagai juru bicara Gedung Putih.

"Butuh waktu beberapa lama untuk membiasakan diri untuk melihat orang lain berbicara di sini," lanjutnya.

Di tengah salam perpisahan itu, beberapa staf tinggal mengepak sisa-sisa barang seperti toples-toples panganan, mesin, kopi dan foto-foto.

Pada Kamis 19 Januari 2017 malam, seluruh barang sudah harus diangkut keluar agar tim Trump bisa masuk ke kantor itu.

Sebelum akhirnya mereka harus benar-benar meninggalkan kantor, mereka harus melewati sejumlah pengecekan. Antara lain, mengembalikan ponsel, password komputer, dan dokumen-dokumen tersimpan dengan rapi untuk arsip.

Langkah terakhir, dan ini yang paling berat: menyerahkan kartu ID yang selama ini memberikan akses bagi mereka untuk keluar masuk Gedung Putih.

Lantas, mereka akan meninggalkan gedung dan membuat penyesuaian diri dari 18 jam kerja setiap harinya menjadi seorang pengangguran.

"Hari terakhir saya kira-kira dua minggu lalu. Saya sudah membaca tiga novel, tidur 10 hingga 12 jam di malam hari, dan untuk pertama kalinya dalam beberapa tahun terakhir, mematikan alarm pagi," kata Nate Loewentheil.

Email-email pengumuman hari terakhir bekerja makin lama makin banyak menjelang 20 Januari. Para staf mulai saling menukar nomor telepon dan surel pribadi. Kartu-kartu ucapan terima kasih berseliweran.

"Saya sangat merasa terhormat menjadi bagian dari keluarga Gedung Putih. Dan, tentu saja, saya masih tertarik dengan apa yang terjadi di sini. Jadi, saya akan terus mengikuti perkembangannya," ujar Earnest.

Hanya sedikit staf Gedung Putih menemukan pekerjaan baru mereka. Sebagian besar memilih untuk istirahat sejenak.

"Ini adalah satu-satunya dunia yang saya miliki," kata Clay Dumas, yang cuti dari kuliah untuk kerja selama kampanye Obama pada 2008. Dumas kemudian ditarik ke Gedung Putih setelah Obama menang pertama kalinya.

Dumas kini tengah mencari pekerjaan di mana ia bisa melanjutkan nilai-nilai dan kebijakan seperti ia lakukan di Gedung Putih.

Â